Ticker

4/recent/ticker-posts

Daftar Konglomerat di Bisnis Bauksit

Daftar Isi [Tampilkan]


Receh.in
—Gebrakan kembali dilakukan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) terkait dengan pengelolaan industri tambang di Tanah Air. Setelah melarang ekspor bijih nikel, pemerintah akan melarang bijih bauksit pada Juni 2023.

Keberhasilan larangan ekspor bijih nikel menjadi salah satu alasannya. Jokowi mengklaim pendapatan negara melalui ekspor nikel yang sudah dihilirisasi melejit hingga US$30 miliar dari yang sebelumnya hanya US$1,1 miliar.

Jokowi pun berandai-andai bahwa kebijakan tersebut akan berdampak pada meningkatnya penerimaan negara yang diperkirakan naik dari Rp21 triliun menjadi sekitar kurang lebih Rp62 triliun.

Konglomerat utama yang memiliki bisnis atau eksposur pada industri bauksit.


Harita Group - Cita Mineral Investindo (CITA)

Cita Mineral Investindo (CITA) merupakan salah satu pemain besar di sektor pertambangan bauksit. 

Perusahaan publik ini mayoritas sahamnya dimiliki oleh Grup Harita yang juga bertindak sebagai pengendali. 

Selain Harita, konglomerat tambang raksasa Glencore juga menjadi pemegang saham utama dengan kepemilikan 31,68 persen.

CITA diketahui memiliki total cadangan 144,5 juta bauksit tercuci (washed) dengan sumber daya mencapai 334,2 juta.

Sepanjang tahun 2021, perusahaan memproduksi 8,59 juta ton (wmt) bauksit tercuci, turun dari catatan tahun sebelumnya yang mencapai 11 juta ton. 

Tahun lalu Cita Mineral Investindo mengekspor 7,29 juta ton (dmt) bauksit dengan harga jual rata-rata US$ 37,99/wmt dan 1,12 juta dijual dalam negeri. 

Hingga semester pertama tahun ini, CITA mencatatkan pendapatan Rp2,65 triliun dengan laba bersih seebesar Rp431,5 miliar.


MIND ID - Aneka Tambang (ANTM)

Holding tambang BUMN MIND ID menjadi salah satu pemain utama tambang bauksit di Indonesia. Aneka Tambang (ANTM) menjadi anggota MIND ID yang mengelola tambang bauksit, dengan wilayah operasi berpusat di Kalimantan Barat.

Komoditas bauksit diproduksi oleh UBP Bauksit Kalimantan Barat yang mengoperasikan tambang bauksit Tayan, Kalimantan Barat. 

Bauksit yang ditambang kemudian diolah di pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan serta sebagian dijual kepada pelanggan pihak ketiga. Pabrik CGA Tayan dioperasikan oleh anak perusahaan, PT Indonesia Chemical Alumina (PT ICA).

ANTM memiliki total cadangan 107,29 juta bauksit tercuci (washed) dengan sumber daya mencapai 587,45 juta.


Indika Energy (INDY) dan Adaro Group

Selain dua perusahaan di atas, tidak terdapat lagi konglomerasi bisnis raksasa lain yang memiliki fokus kuat di sektor pertambangan bauksit. 

Namun demikian, sejumlah perusahaan tambang sudah mulai melakukan upaya diversifikasi bisnis ke sektor bauksit, seperti yang dilakukan oleh Indika Energy (INDY) dan Adaro Energy Indonesia (ADRO).

Akhir September 2022, INDY melalui anak usahanya PT Indika Mineral Investindo (IMI) telah menuntaskan akuisisi 100 persen saham PT Perkasa Investama Mineral (PIM).

PIM sendiri memiliki dua anak perusahaan, yaitu PT Mekko Metal Mining yang bergerak di bidang usaha pertambangan bijih bauksit dan PT Perkasa Alumina Indonesia yang bergerak di bidang usaha industri pembuatan logam dasar bukan besi (smelter).

Sementara itu, ADRO sejak tahun lalu telah mengungkapkan rencana berencana pembangunan smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Indonesia. 

Nilai investasi pembangunan smelter ini diperkirakan akan mencapai US$ 728 juta atau kisaran Rp11,28 triliun dan diproyeksikan baru akan selesai 2 tahun ke depan.

Sumber: CNBCIndonesia


Posting Komentar

0 Komentar