Ticker

4/recent/ticker-posts

Harga Gandum Global Turun di Tengah Gejolak Geopolitik

Daftar Isi [Tampilkan]


JAKARTA – Di penghujung Desember 2023, harga berjangka gandum berada di kisaran $6,3 per bushel, dengan proyeksi penutupan tahun ini hampir 15% lebih rendah akibat pasokan melimpah dari produsen kunci yang menetralisir risiko pasokan dari tahun kedua perang di Ukraina. 

Ramalan terbaru dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menunjukkan bahwa panen raya dari Rusia diperkirakan akan mencapai 90 juta ton pada tahun pemasaran 2023/24, mendekati rekor tertinggi 92 juta ton dari periode sebelumnya, dan meningkatkan ketersediaan ekspor gandum ke rekor tertinggi sepanjang masa, yaitu 50 juta ton, yang terbesar di dunia. 

Panen yang kuat di Amerika Selatan juga menambah pasokan global, memperbesar penurunan harga berjangka gandum ke titik terendah dalam tiga tahun pada bulan September. Namun, kerusakan infrastruktur di Ukraina akibat serangan militer Rusia dan berakhirnya koridor perdagangan aman di Laut Hitam bagi biji-bijian Ukraina di awal tahun, membatasi ekspor dari lumbung roti Eropa, dan membatasi penurunan harga.

Gandum telah menurun sebanyak 162,11 USd/BU atau 20,47% sejak awal 2023, menurut perdagangan kontrak perbedaan (CFD) yang mengikuti pasar acuan untuk komoditas ini. 

Diperkirakan gandum akan diperdagangkan pada 598,37 USd/BU pada akhir kuartal ini, menurut model makro global dan harapan analis dari Trading Economics. Trading Economics memperkirakan bahwa gandum akan diperdagangkan pada 548,29 USd/BU dalam waktu 12 bulan.

Laporan ini telah disusun dengan mempertimbangkan data terkini yang tercermin dalam grafik pergerakan harga gandum, menampilkan fluktuasi sepanjang tahun hingga bulan Desember. 


Grafik tersebut menggambarkan turun naiknya harga gandum yang tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi pasar, tetapi juga oleh dinamika geopolitik yang rumit, serta dampak perubahan iklim yang berpengaruh terhadap hasil panen di berbagai belahan dunia.

Dalam analisis mendalam, terlihat bahwa surplus produksi dari Rusia memberikan dampak signifikan terhadap harga gandum global. 

Rusia, yang merupakan salah satu produsen gandum terbesar di dunia, berhasil mempertahankan output yang tinggi meski di tengah tekanan sanksi internasional dan tantangan logistik akibat konflik dengan Ukraina. Hal ini mengindikasikan kemampuan negara tersebut untuk mengatasi hambatan yang ada dan memperkuat posisinya di pasar global.

Sementara itu, Ukraina, yang historisnya merupakan eksportir gandum utama, mengalami kendala serius dalam distribusi hasil panennya ke pasar internasional. Struktur logistik yang rusak dan terhentinya koridor perdagangan yang aman mengurangi kemampuan Ukraina untuk berpartisipasi secara efektif di pasar gandum, mempengaruhi keseimbangan pasokan dan permintaan.

Di sisi lain, negara-negara di Amerika Selatan seperti Argentina dan Brasil melaporkan hasil panen yang baik, menambah berlimpahnya pasokan gandum ke pasar global. Peningkatan ini juga turut mempengaruhi dinamika harga gandum, seiring dengan kecenderungan meningkatnya kapasitas produksi di wilayah tersebut.

Mempertimbangkan faktor-faktor ini, para analis dan model ekonomi global dari Trading Economics memproyeksikan bahwa harga gandum akan mengalami penyesuaian lebih lanjut dalam beberapa bulan ke depan. Prediksi harga yang lebih rendah dalam 12 bulan mendatang menandakan bahwa, kecuali terjadi perubahan drastis dalam kondisi produksi atau politik global, kita mungkin akan melihat kecenderungan penurunan harga gandum berlanjut.

Namun, proyeksi tersebut tidak tanpa ketidakpastian. Faktor-faktor seperti perubahan iklim, konflik geopolitik, kebijakan perdagangan internasional, dan perkembangan ekonomi makro dapat mempengaruhi tren pasar gandum. Dinamika ini memerlukan pemantauan yang terus-menerus untuk dapat memahami sepenuhnya bagaimana interaksi antara berbagai elemen tersebut akan membentuk pasar gandum di masa mendatang.


Posting Komentar

0 Komentar