JAKARTA – Harga uranium tetap berada di bawah $70 per pon, menghentikan koreksi dari puncak 12 tahun sebesar $73 yang dicapai pada minggu pertama Oktober. Hal ini menghentikan dua belas minggu berturut-turut kenaikan harga.
Penjual memanfaatkan harga yang lebih tinggi untuk melakukan transaksi. Meskipun ada koreksi, indeks acuan masih meningkat lebih dari 40% sepanjang tahun ini. Penurunan persediaan bertepatan dengan ancaman terhadap pasokan.
Dalam suasana pasokan minyak yang tidak pasti dan tujuan dekarbonisasi, Tiongkok mengungkapkan rencana untuk membangun 32 reaktor nuklir tambahan hingga akhir dekade ini.
Sementara itu, Jepang mengesahkan rencana untuk menghidupkan kembali beberapa pabrik dan membangun fasilitas baru. Perkembangan ini mendorong Asosiasi Nuklir Dunia untuk merevisi perkiraan produksi daya nuklir global ke arah yang lebih tinggi.
Namun, perkembangan positif ini disertai dengan kekhawatiran yang muncul kembali mengenai pasokan setelah pengiriman bahan bakar nuklir dari Rusia dihentikan lagi karena masalah asuransi.
Kerusuhan politik di Niger juga menyebabkan Orano menghentikan operasinya di negara tersebut. Selain itu, Cameco dari Kanada merevisi produksi ke bawah untuk tahun ini.
Kenaikan harga uranium selama dua belas minggu berturut-turut sebelumnya menjadi indikasi dari ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan. Dengan persediaan yang rendah dan ancaman terhadap pasokan, harga mencapai puncak 12 tahun.
Namun, kenaikan harga yang tajam membuat penjual memanfaatkan momentum, yang pada gilirannya menghentikan kenaikan harga.
Rencana ambisius Tiongkok untuk menambah 32 reaktor nuklir merupakan bagian dari upayanya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mencapai target dekarbonisasi.
Jepang, yang sebelumnya sangat berhati-hati dalam operasi pabrik nuklir pasca bencana Fukushima, kini semakin memperluas kapasitasnya dengan menghidupkan kembali dan membangun fasilitas baru.
Keputusan ini mencerminkan kebutuhan global yang meningkat untuk sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Namun, tantangan pasokan terus muncul. Rusia, salah satu eksportir bahan bakar nuklir terbesar di dunia, menghadapi hambatan dalam pengiriman karena masalah asuransi.
Sementara itu, kerusuhan politik di Niger, salah satu produsen uranium terbesar di dunia, mengakibatkan penghentian operasional oleh Orano. Kerusuhan ini mempengaruhi pasokan dan bisa menambah tekanan pada harga global.
Cameco, salah satu produsen terbesar di Kanada, merevisi proyeksi produksinya ke bawah. Meskipun alasan spesifik dari revisi ini tidak disebutkan dalam berita masukan, bisa diasumsikan bahwa tantangan operasional atau masalah pasokan mungkin menjadi alasan.
Dalam jangka panjang, dunia akan memerlukan pasokan uranium yang stabil untuk memenuhi permintaan yang meningkat. Dengan negara-negara besar seperti Tiongkok dan Jepang memperluas operasi nuklir mereka, pasokan yang konsisten akan menjadi kunci.
Saat ini, pasar sedang menunggu respons dari produsen besar lainnya dan negara-negara yang memiliki cadangan uranium. Apakah mereka akan meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan atau apakah kita akan melihat lebih banyak gangguan pasokan di masa mendatang?
Kesimpulannya, meskipun harga uranium telah mengalami koreksi dari puncak 12 tahun terakhirnya, tantangan pasokan dan permintaan yang meningkat menunjukkan bahwa sektor energi nuklir akan tetap menjadi fokus utama di masa mendatang. Dengan tantangan pasokan yang sedang berlangsung dan kebutuhan global untuk energi yang lebih bersih, dinamika pasar uranium diharapkan akan tetap volatil.
0 Komentar