Ticker

4/recent/ticker-posts

Analisis dan Prediksi Saham Emiten Unggas CPIN JPFA MAIN

Daftar Isi [Tampilkan]


JAKARTA – Saham-saham emiten unggas di Bursa Efek Indonesia (BEI) cukup menarik buat investor. Selain karena beberapa saham emiten unggas cukup atraktif dan likuid untuk memancing cuan, kinerja perusahaanya pun cukup bagus.  

Saat ini setidaknya ada lima saham unggas di Bursa, mereka adalah

  1. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk - CPIN
  2. PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk - JPFA 
  3. PT. Malindo Feedmill Tbk - MAIN
  4. PT. Sreeya Sewu Indonesia Tbk - SIPD
  5. PT Widodo Makmur Unggas Tbk - WMUU

Namun, secara fundamental mungkin ada kabar yang kurang mengenakkan buat pemegang saham emiten unggas. 

Industri unggas di Indonesia mengalami beberapa tantangan yang signifikan pada kuartal keempat tahun 2023. Beberapa faktor utama yang memengaruhi industri ini adalah kenaikan harga jagung yang lebih tinggi dari yang diprediksi dan penurunan harga ayam hidup yang tidak sesuai dengan ekspektasi.


Salah satu penyebab utama kenaikan biaya jagung adalah cuaca El Nino yang menyebabkan kekeringan. Hal ini telah mengakibatkan lonjakan harga jagung yang signifikan, mencapai Rp7.583 per kilogram pada akhir Desember 2023. 

“Ini adalah lonjakan yang cukup besar dibandingkan dengan harga Rp4.815 per kilogram pada Desember 2022. Kenaikan ini mencerminkan peningkatan tahun ke tahun sebesar 18% dalam harga rata-rata jagung, yang mencapai Rp5.686 per kilogram untuk seluruh tahun 2023,” ujar Victor Stefano dan Wilastita Muthia Sofi, tim analis BRI Danareksa Sekuritas dalam riset terbarunya yang di-publish pada 23 Januari 2024. 

Harga jagung yang diperkirakan untuk tahun 2023 melebihi perkiraan awal BRI Sekuritas sebesar Rp5.333 per kilogram, yang disebabkan oleh impor jagung dan gandum pakan yang minimal pada kuartal keempat 2023. 


Selain itu, harga ayam hidup yang lebih rendah dari yang diprediksi pada Desember 2023 telah mengakibatkan harga rata-rata selama 2023 sebesar Rp19.518 per kilogram, yang tidak mencapai ekspektasi awal analis sebesar Rp20.284 per kilogram.

Alhasil, kinerja emiten unggas kemungkinan mengalami penurunan pendapatan pada kuartal keempat 2023 dan mengakibatkan penurunan perkiraan laba bersih pada 2023 dan 2024.

Padahal, pendapatan pada kuartal ketiga pada 2023 emiten unggas cukup mengesankan. Analis BRI Danareksa Sekuritas pun memprediksi potensi pergeseran ke kerugian yang diramal terjadi pada kuartal keempat 2023. 

“Peningkatan harga jagung lokal dan Soybean Meal (SBM) diperkirakan akan berkontribusi pada biaya pakan yang lebih tinggi selama kuartal tersebut,” kata mereka di website resminya.

Oleh karena itu, BRI Danareksa Sekuritas menurunkan perkiraan laba bersih pada 2023 dan 2024 untuk Charoen Pokphand Indonesia (CPIN), Japfa Comfeed Indonesia (JPFA), dan Malindo Feedmill Indonesia (MAIN) sebesar 29,7/16,1%, 44,9/36,9%, dan 22,4/6,3%, masing-masing, untuk mempertimbangkan harga ayam hidup yang lebih rendah dari yang diharapkan dan harga jagung lokal yang lebih tinggi dari yang diharapkan.


Potensi risiko penilaian negatif jangka pendek


BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan risiko penurunan penilaian pada awal 2024 karena analis memperkirakan pendapatan kuartal keempat 2023 yang mungkin negatif dan harga ayam yang lemah pada kuartal pertama 2024 akibat kelebihan pasokan dan kurangnya program pengurangan (seperti pada awal 2023). 

Selain itu, analis BRI Danareksa Sekuritas juga mencatat bahwa posisi dana lokal di sektor unggas saat ini masih lebih tinggi (dibandingkan dengan Desember 2022), meskipun masih di bawah bobot yang diharapkan. 

Pada Desember 2023, posisi dana lokal berada di bawah bobot sebesar 0,3%, lebih tinggi daripada posisi Desember 2022 (di bawah bobot sebesar 0,5%), yang berpotensi menghadirkan risiko penilaian yang lebih besar dibandingkan dengan tahun 2023. 

Hal ini terjadi meskipun sektor ini mengalami penurunan kapitalisasi pasar sebesar 8,3% sepanjang tahun, di bawah performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

BRI Danareksa Sekuritas menurunkan peringkat sektoral menjadi Netral; CPIN adalah pilihan teratas. 

Seiring dengan pemangkasan perkiraan EBITDA untuk tahun 2024, BRI Danareksa Sekuritas menurunkan peringkat sektor menjadi Netral dan menurunkan peringkat JPFA menjadi Hold (TP Rp1,100) dari Buy (TP Rp1,800) karena melihat sentimen negatif jangka pendek (yaitu, pendapatan kuartal keempat tahun 2023 yang lemah dan harga ayam dan jagung yang lemah selama kuartal pertama tahun 2024). 

Meskipun ada penurunan pendapatan jangka pendek, BRI Danareksa Sekuritas masih melihat pertumbuhan dalam sektor ini dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 27,5% pada 2024, dengan margin yang sedikit lebih tinggi dan dasar yang rendah pada 2023. 

BRI Danareksa Sekuritas lebih suka CPIN pada saat ini karena perusahaan ini lebih baik dalam memperoleh jagung lokal yang lebih murah di tengah larangan impor jagung. Risiko untuk pandangan BRI Danareksa Sekuritas adalah kemungkinan dilanjutkannya program pemangkasan dan pengangkatan larangan impor jagung dalam waktu dekat. 


Posting Komentar

0 Komentar