Ticker

4/recent/ticker-posts

Saham-saham dengan Harga di Bawah Rp50 di Bursa Efek Indonesia (IDX)

Daftar Isi [Tampilkan]


Receh.in
– Di tengah gemerlapnya pasar modal Indonesia, ada satu sudut yang sering luput dari perhatian investor pemula: saham-saham dengan harga di bawah Rp50 per lembar. Di kalangan pelaku pasar, kelompok ini kerap dijuluki “saham gocap”, merujuk pada harga minimal yang dulu menjadi batas bawah perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kini, sejak adanya aturan baru, sebagian saham di papan akselerasi bahkan bisa jatuh hingga Rp1 per lembar — menciptakan fenomena unik yang memadukan antara potensi besar dan risiko ekstrem.

Secara sederhana, saham-saham di bawah Rp50 merupakan cerminan perusahaan yang sedang berada di fase sulit. Ada yang tengah merugi bertahun-tahun, terlilit utang besar, kehilangan pasar, atau bahkan terseret masalah hukum dan tata kelola. Harga yang sangat rendah itu mencerminkan hilangnya kepercayaan investor terhadap prospek bisnisnya. Namun, di sisi lain, sebagian pelaku pasar justru melihat segmen ini sebagai “ladang spekulasi” — peluang untuk berburu cuan dari pergerakan kecil yang bisa berarti persentase kenaikan luar biasa.

Dalam sejarah pasar saham Indonesia, tak sedikit cerita menarik muncul dari saham gocap. Beberapa emiten yang dulu nyaris tak dilirik, tiba-tiba “bangkit” karena restrukturisasi bisnis, masuknya investor strategis, atau perubahan manajemen yang membawa arah baru. Lonjakan dari Rp5 ke Rp25 misalnya, berarti kenaikan 400 %. Tetapi di balik kisah spektakuler itu, ada jauh lebih banyak perusahaan yang tetap terpuruk atau bahkan akhirnya didelisting karena tak mampu bertahan. Itulah sebabnya, saham gocap selalu berada di wilayah abu-abu antara harapan dan kehancuran.

Dari perspektif teknis, harga saham di bawah Rp50 juga identik dengan risiko likuiditas tinggi. Transaksi harian cenderung sepi, antrean jual-beli menipis, dan spread harga bisa sangat lebar. Investor yang sudah masuk sering kali kesulitan keluar tanpa menurunkan harga. Karena itu, memahami konteks pergerakan dan kondisi fundamental emiten menjadi hal mutlak — sebab dalam segmen ini, mekanisme pasar tidak selalu berjalan efisien seperti pada saham-saham blue chip.

Namun, penting diingat bahwa murah tidak selalu berarti murah secara valuasi. Harga Rp10 atau Rp20 per lembar tidak otomatis menjadikan sebuah saham “bargain”, apalagi bila nilai buku per saham, arus kas, dan kinerja laba menunjukkan tren memburuk. Sebaliknya, saham yang tampak mahal di harga ribuan rupiah bisa jauh lebih sehat secara finansial. Artinya, bagi investor yang ingin menjajal saham ultra-murah, riset menjadi benteng utama — pahami laporan keuangannya, cek catatan BEI tentang notasi khusus, dan lihat apakah perusahaan masih aktif menjalankan bisnisnya.

Pada akhirnya, saham di bawah Rp50 bukanlah wilayah untuk semua orang. Ia lebih cocok bagi investor yang siap berspekulasi, punya disiplin ketat dalam mengelola risiko, dan sadar sepenuhnya bahwa peluang keuntungan besar datang bersama potensi kehilangan modal secara total. Di tengah dinamika pasar yang makin transparan dan teregulasi, segmen ini tetap menarik sebagai cermin ekstrim dari ekosistem pasar modal Indonesia: di satu sisi menunjukkan kerentanan bisnis, di sisi lain memperlihatkan bahwa setiap perusahaan — sekecil apa pun nilainya di bursa — masih memiliki kemungkinan untuk bangkit.

 

Daftar emiten dengan harga saham di bawah Rp50 per 10 November 2025

Kode Emiten

Nama Perusahaan

Harga (Rp)

MKNT

Mitra Komunikasi Nusantara Tbk.

1

SBAT

Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk.

1

TOPS

Totalindo Eka Persada Tbk.

1

ARTI

Ratu Prabu Energi Tbk

2

BEBS

Berkah Beton Sadaya Tbk.

5

DEAL

Dewata Freightinternational Tbk.

6

TOYS

Sunindo Adipersada Tbk.

8

TELE

Omni Inovasi Indonesia Tbk.

9

WMPP

Widodo Makmur Perkasa Tbk.

12

IKAI

Intikeramik Alamasri Industri Tbk.

14

IPPE

Indo Pureco Pratama Tbk.

14

BTEK

Bumi Teknokultura Unggul Tbk

15

TAXI

Express Transindo Utama Tbk.

15

KREN

Quantum Clovera Investama Tbk.

16

PTDU

Djasa Ubersakti Tbk.

16

SWAT

Sriwahana Adityakarta Tbk.

16

MTFN

Capitalinc Investment Tbk.

17

ALTO

Tri Banyan Tirta Tbk.

18

GAMA

Aksara Global Development Tbk.

18

KAYU

Darmi Bersaudara Tbk.

18

JGLE

Graha Andrasentra Propertindo Tbk.

19

ELTY

Bakrieland Development Tbk.

20

KIAS

Keramika Indonesia Assosiasi Tbk.

21

PPRO

PP Properti Tbk.

21

BAPI

Bhakti Agung Propertindo Tbk.

22

EPAC

Megalestari Epack Sentosaraya Tbk.

22

ANDI

Andira Agro Tbk.

23

WSBP

Waskita Beton Precast Tbk.

23

HADE

Himalaya Energi Perkasa Tbk.

24

ASMI

Asuransi Maximus Graha Persada Tbk.

26

KKES

Kusuma Kemindo Sentosa Tbk.

26

POLY

Asia Pacific Fibers Tbk

26

PURA

Putra Rajawali Kencana Tbk.

26

TARA

Agung Semesta Sejahtera Tbk.

26

WMUU

Widodo Makmur Unggas Tbk.

26

BLTA

Berlian Laju Tanker Tbk

27

TGRA

Terregra Asia Energy Tbk.

27

ARKA

Arkha Jayanti Persada Tbk.

28

TAMA

Lancartama Sejati Tbk.

28

BEKS

Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk.

29

VIVA

Visi Media Asia Tbk.

29

ZINC

Kapuas Prima Coal Tbk.

29

LAND

Trimitra Propertindo Tbk.

30

NASA

Andalan Perkasa Abadi Tbk.

30

ISAP

Isra Presisi Indonesia Tbk.

31

MARI

Mahaka Radio Integra Tbk.

32

SAGE

Saptausaha Gemilangindah Tbk.

32

TAMU

Pelayaran Tamarin Samudra Tbk.

32

BHIT

MNC Asia Holding Tbk.

33

MDIA

Intermedia Capital Tbk.

33

RBMS

Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.

34

DIGI

Arkadia Digital Media Tbk.

35

KOTA

DMS Propertindo Tbk.

35

PCAR

Prima Cakrawala Abadi Tbk.

35

POLA

Pool Advista Finance Tbk.

35

MYTX

Asia Pacific Investama Tbk.

36

WINR

Winner Nusantara Jaya Tbk.

37

BAUT

Mitra Angkasa Sejahtera Tbk.

38

BNBR

Bakrie & Brothers Tbk

38

INTA

Intraco Penta Tbk.

38

BKDP

Bukit Darmo Property Tbk

39

HRME

Menteng Heritage Realty Tbk.

39

MIRA

Mitra International Resources Tbk.

39

PBRX

Pan Brothers Tbk.

39

ASHA

Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk.

40

IPTV

MNC Vision Networks Tbk.

40

RAFI

Sari Kreasi Boga Tbk.

40

MDRN

Modern Internasional Tbk.

41

WIDI

Widiant Jaya Krenindo Tbk.

41

AKKU

Anugerah Kagum Karya Utama Tbk.

42

KBAG

Karya Bersama Anugerah Tbk.

42

BIPP

Bhuwanatala Indah Permai Tbk.

43

ENZO

Morenzo Abadi Perkasa Tbk.

43

INCF

Indo Komoditi Korpora Tbk.

43

SQMI

Wilton Makmur Indonesia Tbk.

43

RELF

Graha Mitra Asia Tbk.

44

TIRT

Tirta Mahakam Resources Tbk

44

BMBL

Lavender Bina Cendikia Tbk.

45

CANI

Capitol Nusantara Indonesia Tbk.

45

RODA

Pikko Land Development Tbk.

45

HDIT

Hensel Davest Indonesia Tbk.

48

IBFN

Intan Baru Prana Tbk.

48

MSIE

Multisarana Intan Eduka Tbk.

49

 

A. Restrukturisasi berat: volatilitas tinggi, “binary outcomes”

  • WSBP (Waskita Beton Precast) — Melanjutkan kewajiban sesuai perjanjian homologasi (bayar CFADS tahap VI Rp110,75 miliar pada 25 Sep 2025). Namun fundamental masih sangat menantang: sampai 9M25 defisit Rp9,78 triliun, ekuitas negatif, kas menipis; auditor menyorot going concern. Ini tipikal spekulatif murni. (kontan.co.id)
  • PBRX (Pan Brothers) — Masih dalam proses restrukturisasi (PKPU & utang dolar). Arah ke depan ditentukan hasil akhir renegosiasi & realisasi arus kas. Profil risiko tinggi, sensitif kabar aksi korporasi/PKPU. (Tempo)

B. Properti: tanda perbaikan selektif, tetapi tekanan margin & kas

  • PPRO (PP Properti) — Ada perbaikan: rugi menyusut tajam di 9M25 menurut beberapa laporan; tetap tekanan di pendapatan dan laba kotor. Perlu lihat pipeline proyek, penjualan inventory, dan arus kas operasi (yang mulai membaik namun belum “lega”). Likuiditas pasar saham juga penting. (kontan.co.id)
  • ELTY (Bakrieland) — 3Q25 masih rugi, meski membaik vs tahun lalu. Sentimen cenderung event driven (penjualan aset, restrukturisasi), bukan fundamental yang sudah kokoh. Periksa notasi & likuiditas sebelum masuk. (Indo Premier)
  • LAND (Trimitra Propertindo) dan RBMS (properti kecil) di level harga sangat rendah biasanya sangat sensitif berita proyek/pendanaan. Untuk keduanya, kunci ada di realisasi penjualan dan cash conversion. (Inference berbasis tren sektor & pola likuiditas—silakan verifikasi laporan keuangan kuartalan terbaru di KSEI/IDX.)

C. Konglomerasi media: sentimen grup & putaran bisnis

  • IPTV (MNC Vision Networks) — Harga sub-Rp50 menjadikannya sangat peka sentimen grup MNC dan kabar monetisasi/efisiensi. Pergerakan pendek terlihat di data pasar (mingguan/bulanan positif menjelang minggu ini), tapi tesis jangka panjang tetap bertumpu pada kinerja pelanggan, ARPU, dan beban utang konsolidasian. (TradingView)
  • MDIA dan BHIT — Eksposur ke ekosistem MNC; untuk BHIT, 2025 mengkomunikasikan kemajuan restrukturisasi di level induk. Namun tetap perlu haircut ekspektasi karena arus kas dan leverage adalah isu struktural. (bakrie-brothers.com)

D. Daerah & BUMD: turnaround butuh katalis kongkret

  • BEKS (Bank Banten) — Sempat ada sentimen positif terkait aksi korporasi pihak eksternal, tetapi ini belum otomatis mengubah fundamental perbankan (CAR, NPL, profitabilitas, dukungan pemegang saham). Spekulatif dan mudah “panas dingin” di harga gocap. (Banten Pos)

3) Cara menyaring (pragmatis & bisa dipakai langsung)

  1. Status papan & notasi: hindari yang berada di pemantauan khusus kategori berat (harga < Rp51 enam bulan + indikator going concern), kecuali murni untuk trade jangka super-pendek. (IDX)
  2. Arus kas & ekuitas: prioritas ke nama yang mulai menghasilkan arus kas operasi positif dan/atau memperbaiki ekuitas (mis. PPRO mulai menunjukkan tanda perbaikan walau terbatas). (kontan.co.id)
  3. Utang & restrukturisasi: cek jadwal pembayaran, kepatuhan covenant, dan progres resmi (WSBP membayar CFADS adalah sinyal baik, tapi defisit & opini auditor tetap jadi red flag). (kontan.co.id)
  4. Likuiditas pasar: pilih yang value traded-nya cukup agar bisa keluar masuk tanpa “ngedrop” harga.
  5. Katalis 3–6 bulan: aksi korporasi (right issue, asset sale, akuisisi), penyelesaian PKPU/restrukturisasi, atau peluncuran proyek yang benar-benar terealisasi (bukan wacana).

4) Ringkasan praktis

  • Spektrum risiko ekstrem: mayoritas nama di bawah Rp50 berada di wilayah high risk, event-driven. Pergerakan tajam bisa terjadi, tetapi probabilitas sustained recovery kecil tanpa perbaikan fundamental nyata. (IDX)
  • Nama dengan narasi “progress tapi rapuh”: PPRO (perbaikan rugi & ekuitas, tetap perlu pantau kas & penjualan), WSBP (bayar CFADS tapi rasio & going concern masih merah). (kontan.co.id)
  • Nama event-play: BEKS (sentimen aksi korporasi), IPTV/MDIA/BHIT (sentimen grup & monetisasi), PBRX (PKPU/restrukturisasi). Tingkatkan disiplin eksekusi & position sizing. (Banten Pos)

 

 

Posting Komentar

0 Komentar