Ticker

4/recent/ticker-posts

Cara Memilih Reksa Dana

Daftar Isi [Tampilkan]

Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 Angka 27 (UUPM) Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

Saat ini reksa dana sudah cukup dikenal masyarakat Indonesia, meskipun masih banyak juga yang awam. Bahkan, mereka yang sudah punya SID atau identitas investor reksa dana pun masih banyak yang belum paham betul soal reksa dana. 

Padahal, reksa dana termasuk cara yang relatif gampang untuk jadi investor di pasar modal. Kita tinggal beli produknya, manajer investasi yang kelola uangnya.

  • Manajer investasi (MI) menghimpun dana dari investor atau nasabah.
  • Total dana yang berhasil dihimpun tersebut kemudian diinvestasikan ke sejumlah instrumen investasi, seperti pasar uang, obligasi dan saham, sesuai dengan kesepakatan dengan nasabah (bisa dilihat pada prospektus).
  • Nasabah menerima laporan investasi dari MI mengenai dana yang diinvestasikannya tersebut secara berkala. Secara umum, laporan tersebut berisi : kinerja produk, komposisi set dan portofolio efek. Bisa juga dicek pada laporan fund fact sheet yang dibuat bulanan.

Namun, dengan jumlah manajer investasi yang kini mencapai 98 entitas dan 2.229 produk reksa dana, tentu tidak mudah memilih mana yang bagus dan sesuai dengan Anda. 

Jumlah produk reksa dana itu bahkan lebih banyak daripada jumlah perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia yang per hari ini, 11 Maret 2021, mencapai 719 emiten.

Untuk itu, berikut adalah sejumlah tips atau kiat buat investor saat akan memilih produk reksa dana.

1. Reputasi Manajer Investasi

Pilih manajer investasi yang terbukti memiliki rekam jejak dan tata kelola yang baik dalam jangka panjang. Pengalaman dan reputasi itu penting mengingat sejumlah kasus pasar modal yang beberapa kali terkait dengan manajer investasi.

Kamu bisa langsung cek situs resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di www.ojk.go.id yang memberikan berbagai macam informasi, mulai dari peraturan dasar modal sampai daftar perusahaan yang telah dibekukan izin usahanya.

Perhatikan kualitas manajer investasi dari jejak pengalaman pengelola dana, latar belakang kepemilikan, manajemen perusahaan yang bersangkutan, sejak kapan didirikan, serta kondisi finansialnya.

Tabel Dana Kelolaan Produk Reksa Dana 10 MI Terbesar


 No

Manajer Investasi

NAB Des 2020

NAB Des 2019

1

Manulife Aset Manajemen Indonesia

Rp49,35 T

Rp29,69 T

2

Mandiri Manajemen Investasi

Rp49,29 T

Rp44,98 T

3

Batavia Prosperindo Aset Manajemen

Rp46,54 T

Rp47,14 T

4

Bahana TCW Investment Management

Rp45,45 T

Rp40,96 T

5

Schroder Investment Management Indonesia

Rp37,56 T

Rp40,72 T

6

Danareksa Investment Management

Rp30,73 T

Rp22,68 T

7

BNP Paribas Asset Management

Rp25,78 T

RP18,55 T

8

Ashmore Asset Management

Rp25,36 T

Rp16,04 T

9

BNI Asset Management

Rp25,11 T

Rp20,28 T

10

Syailendra Capital

Rp23,43 T

Rp20,71 T

 Sumber: OJK

2. Tingkat Imbal Hasil (Return)

Perhatikan, mencetak keuntungan secara konsisten dalam jangka panjang jauh lebih penting daripada keuntungan dalam jangka pendek saja. Mungkin sejumlah marketing produk reksa dana menunjukkan data kinerja yang fantastis atas suatu produk, namun kalian pasti tahu bahwa itu tidak menggambarkan kinerja masa depan.

Perhatikan apakah keuntungan yang didapat dari produk reksa dana itu konsisten, atau hanya dalam tempo tertentu. Coba dilihat juga, apakah produk tersebut untung saat jenis aset yang dipegang sedang naik, atau dia juga bisa bermanuver kala pasar sedang buruk.

Misalnya nih, wajar sebuah produk reksa dana naik saat IHSG juga naik. Ini karena aset yang dipegang nilainya naik. Namun, perhatikan kenaikannya, apakah bisa mengalahkan indeks acuan aatau tidak. Bagaimana juga dengan periode saat IHSG jeblok.

Reksa dana yang turun saat IHSG turun tentu wajar, contohnya saat awal pandemi di Indonesia. Jadi, jangan langsung mengabaikan reksa dana yang sedang merah atau berkinerja negatif, jangan-jangan saat kamu masuk dia akan rebound dan kamu bisa mendapatkan untung. Ingat, saat masuk juga menentukan keuntungan.

3. Tingkat Risiko

Reksa dana juga punya risiko. Tingkat risikonya tergantung pada aset dasar yang dipegang. Ini berkaitan dengan jenis reksa dana yang mau kamu beli.

Perhatikan, jenis reksa dana yang kamu pegang ini bisa menentukan cuan di masa depan. Setidaknya ada 4 jenis reksa dana, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham. Ada sih jenis seperti reksa dana terproteksi dan reksa dana lainnya, tapi sekarang kita fokus terkait dengan aset dasarnya.

Reksa dana pasar uang itu yang risikonya paling rendah, tingkat returnnya juga sering kalah dengan produk reksa dana lain. Tapi, tidak selalu kalah ya. Pada saat pasar saham crash, produk reksa dana pasar uang kinerjanya bisa mengalahkan reksa dana saham. Aset dasarnya adalah efek dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun, yaitu deposito berjangka dan surat utang bertenor kurang dari 1 tahun.

Reksa dana pendapatan tetap. Dari namanya, ‘pendapatan tetap’ kita tahu ada pemasukan tetap. Pendapatan tetap di sini berasal dari produk surat utang atau obligasi yang jadi aset utamanya. Obligasi memberikan pendapatan tetap lewat kupon yang dibayarkan dalam bulanan, triwulan, atau kadang per semester. Kupon itu seperti bunga. Pendapatan lain biasanya dari transaksi jual-beli obligasi di pasar sekunder. Tingkat risikonya rendah, tapi di atas pasar uang.

Reksa dana campuran. Dari namanya kita tahu porsinya campur. Kalau pendapatan tetap itu minimal 80 persen asetnya adalah surat utang, sedangkan reksa dana saham minimal 80 persen adalah equity atau saham. Nah, kalau campuran ini lebih fleksibel, asal tidak melewati batas kategori reksa dan lain. Misalnya, bisa saja 50 persen saham dan 50 persen obligasi. Ada juga yang 70 persen saham, 30 persen obligasi. Asal tidak melewati 80 persen saham/obligasi, karena kalau lewat berarti dia masuk reksa dana saham pendapatan tetap atau reksa dana saham.

Nah, yang tingkat risikonya paling tinggi adalah reksa dana saham. Minimal 80 persen asetnya berupa saham. Bisa saham di Bursa Efek Indonesia, bisa juga saham di bursa negara lain (luar negeri).

Dari jenis-jenis itu kalian bisa mencocokan dengan kebutuhan saat akan berinvestasi pada produk reksa dana. 

4. Dana Kelolaan atau Asset Under Management (AUM)

Semakin besar dana kelolaan reksa dana, artinya tingkat kepercayaan investor terhadap kualitas manajer investasi reksa dana tersebut juga tinggi. 
 

Reksa Dana dengan NAB Terbesar Per 26 Februari 2021

Manajer Investasi

Nama Produk Reksa Dana

Jenis

NAB Rp Triliun

Mandiri Manajemen Investasi, PT

Reksa Dana Mandiri Investa Pasar Uang

Money Market Fund

14,28

Schroder Investment Management Indonesia, PT

Reksa Dana Schroder Dana Prestasi Plus

Equity Fund

11,70

Sinarmas Asset Management, PT

Danamas Stabil

Fixed Income Fund

7,76

Batavia Prosperindo Aset Manajemen, PT

Reksa Dana Batavia Dana Kas Maxima

Money Market Fund

6,54

Eastspring Investments Indonesia, PT

Reksa Dana Eastspring IDR Fixed Income Fund Kelas B

Fixed Income Fund

6,24

Batavia Prosperindo Aset Manajemen, PT

Batavia Dana Saham

Equity Fund

5,97

Manulife Aset Manajemen Indonesia, PT

Reksa Dana Manulife Pendapatan Bulanan II

Fixed Income Fund

5,53

Bahana TCW Investment Management, PT

Reksa Dana Bahana Dana Likuid

Money Market Fund

5,46

Manulife Aset Manajemen Indonesia, PT

Reksa Dana Syariah Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS

Global Fund

5,45

Ashmore Asset Management Indonesia, PT

Reksa Dana Ashmore Dana Ekuitas Nusantara

Equity Fund

5,40

 Sumber: reksadana.ojk.go.id

5. Alokasi Biaya & Imbalan Jasa MI atau Expanse Ratio

Ini mengukur seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mengelola reksa dana tersebut. Bisa dari fee beli, fee transaksi, atau imbalan untuk manajer investasi. 

Semakin aktif suatu produk reksa dana, biasanya makin tinggi biayanya. Contohnya, reksa dana indeks termasuk yang paling kecil karena dikelola secara pasif. Setiap investor beli produknya, maka dana akan dibelikan saham secara proporsional berdasarkan indeks yang jadi acuan.


Posting Komentar

0 Komentar