Receh.in - Sebuah kabar bergulir dari Kementerian BUMN soal rencana penggabungan provider internet milik PLN ICON+ dengan PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM).
Hal itu disampaikan sendiri oleh Erick Thohir, menteri BUMN, dengan tujuan agar bisnis broadband milik sesama BUMN tidak saling berkompetisi.
Sebenarnya jadi kurang bagus, karena berpotensi menghadirkan kekuatan yang terlalu dominan dan bisa membuat harga diatur oleh pemain yang terlalu powerful, bukan oleh kompetisi.
Saat ini ICON+ telah memiliki lebih dari 45 ribu pelanggan dengan jangkauan jaringan sampai ke Indonesia Timur. ICON+ menerapkan strategi product bundling antara listrik dan internet.
ICON+ membagi produknya untuk segmen pelanggan korporasi (enterprise business) kedalam 4 (empat) kategori produk yaitu ICONect, ICONWeb, ICONBase dan ICONApps. Sementara untuk segmen pelanggan retail (rumah) produk Fixed Broadband Internet yang dikenal dengan ICONNET.
Adapun ide penggabungan ini didasarkan pada kesamaan bisnis di antara keduanya.
Tujuannya agar streamlining BUMN-BUMN agar dapat menjadi lebih sinkron dan efektif. Sinergi dalam bidang penyediaan internet dinilai akan dapat mendukung percepatan digitalisasi dan pemerataan konektivitas di seluruh Indonesia.
Tentnya, rencana inipun disambut baik oleh TLKM.
Hingga saat ini, penetrasi fixed broadband di Indonesia baru mencapai 15% dari 69 juta rumah tangga.
Ditambah lagi, pembatasan aktivitas selama pandemi semakin menyadarkan pentingnya kehadiran internet secara luas. Hal tersebut dianggap sebagai peluang untuk pertumbuhan bisnis Telkom.
Penggabungan ini akan mencegah persaingan antar-BUMN untuk produk layanan internet. Sebelumnya Jasa Marga juga sempat diberitakan akan membuka layanan internet dengan menyediakan infrastruktur fiber optik yang dbutuhkan para provider.
Kinerja TLKM
Sementara itu, selama 6 bulan pertama 2021 TLKM berhasil mencatatkan pendapatan pada segmen mobile mencapai Rp33,36 triliun atau tumbuh 4,7 persen year-on-year (yoy).
Kontribusi layanan digital terhadap total pendapatan TLKM naik dari 72,4 persen per kuartal II/2020 menjadi 77,3 persen per kuartal II/2021.
Adapun, besarnya basis pelanggan TLKM sebesar 169,2 juta orang, dengan pengguna mobile data tercatat sebanyak 117,7 juta pelanggan atau tumbuh 12 persen yoy.
Lalu lintas data segmen Mobile juga tumbuh 54,5persen yoy menjadi 6.,57 juta terabyte.
Segmen enterprise menyumbang pendapatan hingga Rp8,7 triliun atau tumbuh 12,2 persen yoy.
Pertumbuhan segmen itu berasal dari layanan IT dan solusi konektivitas.
Manajemen mengatakan strategi itu mendorong digitalisasi pelanggan korporasi melalui konektivitas yang andal sebagai core competencies perusahaan dan layanan yang beragam.
Adapun pendapatan perseroan dari segmen Wholesale & International Business juga naik 1,2 persen yoy menjadi Rp6,9 triliun.
Peningkatan ini disebabkan adanya pertumbuhan bisnis menara telekomunikasi, data center, dan A2P service.
Manajemen TLKM menyatakan data center menjadi platform digital yang permintaannya tumbuh signifikan seiring dengan peningkatan aktivitas pemain di bisnis digital.
Balance Sheet
- Cash 37.027,0 B
- Total Asset 263.977,0 B
- S.T Debt 91.091,0 B
- L.T Debt 62.779,0 B
- Total Equity 110.107,0 B
Income Statement
- Revenue 69.480,0 B
- Gross Profit 1.618,0 B
- Operating Profit 23.615,0 B
- Net. Profit 12.451,0 B
- EBITDA 38.313,0 B
- Interest Exp. 2.065,0 B
Ratio
- Deviden 168,01
- EPS 125,64
- PER 26,58x
- BVPS 1.111,49
- PBV 3,00x
- ROA 4,72%
- ROE 11,31%
- EV/EBITDA 11,69
- Debt/Equity 1,40
- Debt/TotalCap 0,58
- Debt/EBITDA 4,02
- EBITDA/IntExp. 18,55
0 Komentar