Ticker

4/recent/ticker-posts

Inflasi AS Guncang Saham Global

Daftar Isi [Tampilkan]


 

Inflasi di Amerika Serikat mencapai 8,6% YoY pada Mei 2022, lebih tinggi daripada ekspektasi konsensus pasar sebesar 8,3%. Ini merupakan kenaikan inflasi tahunan tertinggi di AS sejak Desember 1981.

Catatan ini membuat Amerika Serikat telah mengalami inflasi di atas 8% selama tiga bulan beruntun sejak Maret 2022. Sementara itu, inflasi inti pada Mei 2022 sedikit turun menjadi 6% dibandingkan 6,2% pada April 2022.

Sama seperti bulan sebelumnya, inflasi Amerika Serikat pada Mei 2022 didorong oleh kenaikan harga energi dan bahan makanan. Harga energi mengalami kenaikan hingga +34,6%, tertinggi sejak September 2005. Adapun harga bahan makanan naik hingga +10,1%, yang menjadi kenaikan lebih dari 10% yang pertama sejak Maret 1981.

Kondisi tersebut memicu gejolak di pasar keuangan global. Indeks Dow Jones ditutup melemah -2,73% pada Jumat (10/6), sementara indeks Nasdaq dan S&P 500 masing-masing turun -3,52% dan -2,91%.

Investor khawatir bahwa inflasi mungkin belum mencapai puncaknya. Di sisi lain, The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga secara lebih agresif yang dikhawatirkan dapat memicu resesi ekonomi.

Dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa dan Rabu pekan ini, The Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 bps.

Key Takeaway 

Sebagai imbas kejatuhan indeks saham di Amerika Serikat, mayoritas bursa saham global berada di zona merah pada perdagangan Senin (13/6). Indeks Nikkei dan Hang Seng masing-masing terkoreksi hingga lebih dari -3%, sedangkan IHSG sempat melemah hingga lebih dari -2%.

Selain The Fed, Bank Sentral Eropa (ECB) juga dikabarkan siap menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada Juli 2022, yang menjadi kenaikan pertama dalam 11 tahun. Tren kenaikan suku bunga di negara-negara maju dapat memicu aliran keluar dana asing (capital outflow) di negara berkembang, termasuk Indonesia, yang dapat berpengaruh pada nilai tukar rupiah.

Bank Indonesia sendiri diprediksi akan mulai menaikkan suku bunga acuan pada semester-II 2022, mengingat tren inflasi di Indonesia yang juga mulai meningkat. Pada akhir Mei lalu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, memperkirakan bahwa inflasi tahunan pada akhir 2022 akan mencapai 4,2%.

Posting Komentar

0 Komentar