Receh.in – Pengaruh inflasi terhadap investasi akan selalu ada. Apalagi, tujuan investasi kita salah satunya adalah menghindari efek inflasi terhadap harta atau kekayaan yang dimiliki.
Maka, semakin tinggi inflasi, bakal semakin keras kita mencari instrumen investasi yang bisa menahan efek enurunan nilai mata uang oleh inflasi.
Namun, kita coba tengok dahulu bagaimana pemahaman akan investasi tersebut.
Secara umum, investasi dimaknai sebagai penanaman modal atau uang, yang biasanya dilakukan dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva lengkap atau pembelian saham-saham dan surat berharga lain untuk memperoleh keuntungan di masa depan.
Dalam level
negara-bangsa, investasi juga jadi faktor penting
bagi pembangunan ekonomi. Alasannya, dengan dana dari investasi bisa
dialihkan ke usaha produktif sehingga akan memicu pertumbuhan ekonomi.
Namun,
dalam hal ini kita akan membahas hubungan antara inflasi dan investasi dalam
skala personal saja.
Di Indonesia, tingkat inflasi bisa diukur dengan indikator Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK ini dikelompokkan dalam 7 kelompok pengeluaran:
- Kelompok bahan makanan
- Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
- Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
- Kelompok sandang
- Kelompok kesehatan
- Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga
- Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Jenis-jenis Inflasi (Berdasar Dampak)
1. Inflasi Ringan
Apa maksud dari inflasi rendah? Inflasi rendah adalah inflasi yang relatif mudah untuk dikendalikan dan belum begitu mengganggu perekonomian suatu negara. Terjadi kenaikan harga barang/jasa secara umum, biasanya di bawah 10% per tahun dan dapat dikendalikan.
2. Inflasi Sedang
Inflasi sedang adalah inflasi yang dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat berpenghasilan tetap, tetapi (relatif) belum membahayakan aktivitas perekonomian negara. Inflasi sedang berada di kisaran kenaikan harga 10%–30% per tahun.
3. Inflasi Berat
Inflasi berat adalah inflasi yang bisa mengakibatkan kekacauan perekonomian di suatu negara. Kondisi ini umumnya membuat masyarakat lebih memilih menyimpan barang dan tidak mau menabung karena bunganya jauh lebih rendah ketimbang nilai inflasi. Kenaikan harga di besaran 30%–100% per tahun.
4. Inflasi Sangat Berat (Hyperinflation)
Hiperinflasi adalah tingkat inflasi yang telah mengacaukan perekonomian suatu negara dan sangat sulit untuk dikendalikan meskipun dilakukan kebijakan moneter dan fiskal. Level onflasi ini berada di kisaran 100% ke atas per tahun.
Inflasi dapat menggerus daya beli masyarakat, padahal konsumsi masyarakat adalah pendorong pertumbuhan ekonomi. Jika belanja masyarakat berkurang maka pertumbuhan ekonomi suatu negara pasti bakal terpengaruh.
Inflasi juga akan mengurangi minat orang menabung di bank karena bunga simpanan terlalu kecil untuk mengurangi efek kenaikan harga. Tambah lagi, inflasi juga membuat stabilisasi harga barang dan jasa sulit dilakukan.
Nah, dengan melihat inflasi ini kita tentu bisa mengambil kesimpulan bahwa inflasi mempengaruhi nilai mata uang. Jika dahulu pada 90-an uang Rp5.000 sudah bisa buat makan enak di restoran, kini tentunya tidak bisa lagi. Harga nasi padang yang biasa saja sudah di atas Rp10.000, apalagi kalau mau makan di restoran.
Dengan kondisi seperti itu, menyimpan uang Rp5.000 di rumah pada 90-an kemudian mau dipakai pada saat sekarang tentunya tidak menguntungkan. Ini karena uang 5 ribu tidak bisa berkembang mengikuti inflasi, dia tetap seperti yang tertera di nominalnya.
Cara untuk menghindari aset/harta kita tergerus inflasi, salah satunya, ya dengan investasi. Tentu investasi pada instrumen yang nilainya bertumbuh dan bisa mengalahkan nilai inflasi.
Menabung dinilai bukan investasi karena bunga tabungan tidak bisa mengimbangi inflasi. Karena itu, menabung dianggap merugikan ketika inflasi di suatu negara tinggi.
Deposito atau tabungan berjangka biasanya masih dianggap sebagai investasi karena bunganya mengikuti inflasi (dengan kebijakan suku bunga acuan). Namun, ini juga perlu diperhatikan, karena bunga bersih yang diterima dari deposito itu beda dengan bunga yang ditawarkan bank. Ada pajak.
Instrumen investasi untuk megimbangi atau bahkan melampaui angka inflasi itu banyak. Mulai dari produk finansial, hingga ke barang riil seperti properti, dan emas. Barang seni juga sering dijadikan investasi karena semakin tua usianya semakin mahal harganya.
Produk finansial buat investasi juga banyak, dan biasanya bisa dibeli dengan biaya yang lebih kecil dibandingkan misalnya beli properti. Contohnya saham atau reksa dana, bisa dibeli mulai dari nominal yang kecil.
Namun, tingkat risiko pada produk investasi harus diperhatikan. Ini karena investasi bukan hanya soal keuntungan semata, tetapi ada risiko juga yang siap-siap ditanggung.
Beli saham bisa turun harganya. Beli reksadana juga bisa turun harganya di masa depan.
Instrumen investasi yang relatif rendah risikonya a.l. properti, reksadana pasar uang, dan emas juga kadang-kadang disebut rendah risiko.
Jadi, apakah inflasi itu baik atau buruk terhadap investasi... ya jelas buruk karena inflasi jadi faktor penggerus nilai aset. Inflasi yang rendah membuat return investasi kita lebih stabil.
0 Komentar