Ticker

4/recent/ticker-posts

Ulasan Pasar Obligasi Indonesia Februari 2024, Yield SUN Tenor 10 Tahun Turun

Daftar Isi [Tampilkan]


JAKARTA – Pada 15 Februari 2024, yield obligasi Pemerintah Indonesia tenor 10 tahun mencapai 6,631%, turun dari 6,642% pada hari sebelumnya. Sementara itu, Departemen Keuangan Amerika Serikat mencatat yield sebesar 4,24%, lebih rendah dibandingkan dengan 4,27% pada hari sebelumnya.

Volume transaksi obligasi pemerintah mencapai IDR58,63 triliun, didominasi oleh tenor medium term (5-15 tahun). Volume tersebut meningkat dibandingkan dengan transaksi hari sebelumnya sebesar IDR45,80 triliun. Volume tersebut juga melampaui rata-rata tahun ini sebesar IDR44,83 triliun. Sementara itu, transaksi outright mencapai IDR32,23 triliun, naik dari transaksi hari sebelumnya sebesar IDR18,12 triliun.

Sementara itu, total volume obligasi korporat tercatat sebesar IDR1.077,12 miliar, didominasi oleh tenor short term (<5 tahun). Volume transaksi mengalami penurunan dibandingkan dengan volume transaksi hari sebelumnya sebesar IDR1.630,17 miliar. Volume tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tahun ini sebesar IDR1.982,85 miliar. Transaksi outright mencapai IDR1.077,12 miliar, turun dari transaksi hari sebelumnya sebesar IDR1.606,17 miliar.


Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah sebesar 0,16% menjadi IDR15.620 dari IDR15.595, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan sebesar 1,30% dari 7.210 menjadi 7.303. Harga Brent naik dari 84,38 menjadi 84,81 USD per barel, sementara harga WTI Cushing Crude Oil Spot turun dari 76,92 menjadi 76,64 USD per barel.


Global: Jepang Masuk Resesi Teknis

Jepang tergelincir ke resesi teknis pada kuartal keempat tahun 2023, kehilangan posisi sebagai ekonomi terbesar ketiga kepada Jerman. Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang menyusut sebesar 0,4% dengan tingkat tahunan pada kuartal keempat tahun 2023, mengikuti kontraksi sebesar 3,3% pada kuartal sebelumnya. 

Efek inflasi, meskipun hanya berada di sekitar 2-3%, mungkin lebih merugikan bagi konsumen Jepang yang biasanya mengalami inflasi sekitar 0%. Kontraksi tersebut dapat meningkatkan ketidakpastian mengenai waktu kenaikan suku bunga Bank of Japan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

Di sisi lain, penjualan ritel AS melambat secara signifikan menjadi 0,6% tahun-ke-tahun, terendah sejak Mei 2020 karena penjualan turun sebesar 0,8% secara bulanan. Penurunan bulanan tersebut lebih buruk dari konsensus -0,1% secara bulanan. Harga turun di sejumlah kategori tetapi masih meningkat dalam kategori Makanan.


Domestik: Surplus Neraca Dagang Menurun

Dari dalam negeri, surplus neraca dagang Indonesia menurun menjadi US$2,02 miliar, didorong oleh kelanjutan penurunan ekspor. Lonjakan surplus berlanjut hingga 45 bulan.

Ekspor Indonesia turun menjadi US$20,5 miliar, menandai penurunan sebesar 8% dari tahun sebelumnya dan bulan sebelumnya. Ekspor batu bara khususnya mengalami penurunan tajam, mencapai level terendah dalam 7 bulan dengan volume turun menjadi 29,5 juta ton, penurunan sebesar 18,1% secara bulanan.

Impor total mencapai US$18,5 miliar, mewakili kenaikan tahunan yang marginil sebesar 0,4%. Secara bulanan, impor turun sebesar 3,1%, didorong oleh penurunan sebesar 20,0% dalam impor minyak dan gas, dengan impor produk minyak turun sebesar 2,25%. Namun, impor non-migas menunjukkan ketahanan, meningkat sebesar 0,5% secara bulanan dan 1,7% secara tahunan. Yang cukup menggembirakan adalah kenaikan impor Mesin/Peralatan Mekanik (HS 84) dan Mesin/Peralatan Listrik (HS 85) sebesar 4,5% dan 17,9% secara bulanan, masing-masing, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas manufaktur.


Posting Komentar

0 Komentar