![]() |
Ilustrasi aktivotas perbankan (gambar dihasilkan AI Dream Lab) |
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan nilai pemegang saham dengan mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai maksimal Rp3 triliun.
Aksi ini akan menggunakan kas internal perusahaan dan dijadwalkan berlangsung dari 12 Maret 2025 hingga 11 Maret 2026, dengan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan digelar pada 11 Maret 2025.
Langkah buyback bukanlah hal baru bagi BRI. Sejak 2015, perusahaan telah melakukan beberapa kali aksi serupa dengan tujuan utama mendukung program kepemilikan saham bagi karyawan, direksi, dan dewan komisaris.
Manajemen menyatakan bahwa buyback ini tidak akan berdampak signifikan terhadap pendapatan maupun biaya operasional, meskipun aset dan ekuitas akan menurun sebesar jumlah buyback ditambah biaya transaksi.
Dari sudut pandang investor, aksi buyback sering kali menjadi sinyal positif bahwa manajemen menilai saham perusahaan dalam kondisi undervalued. Hal ini sejalan dengan kondisi harga saham BBRI yang terkoreksi hingga 26,41% secara tahunan (YoY), berada di level Rp4.250 per saham. Saham perbankan besar lainnya, seperti BNI (BBNI), juga mengalami koreksi signifikan sebesar 16,87% YoY ke Rp4.780 per saham.
Saham BBRI Mulai Bangkit?
Seperti diberitakan sejumlah media ekonomi seperti CNBC Indonesia, Investor.id, hingga Kontan.co.id, pasar merespons positif pengumuman buyback ini. Pada perdagangan 31 Januari 2025, saham BBRI melonjak 2,43% ke Rp4.220 setelah sempat melemah dalam beberapa hari sebelumnya. Pergerakan ini didukung oleh aksi beli asing yang mencatatkan net buy sebesar Rp270 miliar, dengan UBS Sekuritas dan Bahana Sekuritas menjadi broker utama yang memborong saham BBRI.
Secara teknikal, analis CGS International Sekuritas merekomendasikan speculative buy untuk BBRI dengan support di Rp4.130 dan cut loss jika menembus di bawah Rp4.040. Jika harga bertahan di atas Rp4.130, potensi kenaikan ke level Rp4.310-Rp4.400 dalam jangka pendek terbuka lebar.
Di sisi lain, CEO Edvisor.id, Praska Putrantyo, menilai buyback saham dapat menjadi katalis yang meningkatkan kepercayaan investor. Buyback juga berpotensi memperbaiki rasio keuangan perusahaan, seperti earning per share (EPS), yang meningkat seiring dengan berkurangnya jumlah saham yang beredar.
Ia juga menekankan bahwa valuasi saham perbankan besar saat ini masih menarik. PBV BBRI berada di level 1,94x, lebih murah dibandingkan BCA yang memiliki PBV 5,55x.
Mengutip Kontan, Investment Analyst PT Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menambahkan bahwa buyback merupakan indikasi bahwa manajemen melihat valuasi sahamnya masih murah.
Ia memproyeksikan target harga BBRI bisa mencapai Rp4.600 dalam beberapa bulan ke depan, terutama karena saham ini memiliki dividend yield yang menarik menjelang musim pembagian dividen di kuartal kedua.
Prospek Saham Perbankan di 2025
Selain BRI, BNI juga dikabarkan tengah mempertimbangkan aksi buyback untuk meningkatkan kepercayaan investor.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, menyatakan bahwa pihaknya tengah mengajukan perizinan kepada regulator sebelum meminta persetujuan pemegang saham. Bahkan, Royke secara pribadi berencana menambah kepemilikan sahamnya di BNI, yang saat ini berjumlah 3,66 juta lembar saham atau 0,0098% dari total saham beredar.
Prospek saham perbankan di tahun 2025 tetap menarik, meskipun saat ini banyak saham big bank yang masih mengalami tekanan. Dengan PBV yang tergolong murah, BBRI, BBNI, dan BMRI berpotensi mengalami rebound seiring dengan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan kredit. Menurut Ekky Topan, BBNI bisa mencapai target harga Rp5.000 per saham, sementara BSI, sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, berpeluang menembus Rp3.350.
Secara keseluruhan, aksi buyback yang dilakukan BRI dan rencana buyback oleh bank-bank besar lainnya menjadi indikator bahwa manajemen memiliki keyakinan terhadap fundamental bisnisnya. Investor yang ingin memanfaatkan momentum koreksi pasar dapat mempertimbangkan akumulasi saham perbankan, terutama yang memiliki potensi pertumbuhan dividen dan valuasi yang masih menarik.
Beli Saat Murah, Panen Saat Naik
Dengan valuasi yang masih tergolong murah dan aksi buyback yang mempertegas optimisme manajemen, saham BBRI layak menjadi perhatian investor jangka panjang.
Meskipun volatilitas masih akan terjadi, langkah buyback ini dapat memberikan dorongan positif terhadap harga saham dalam beberapa bulan ke depan. Bagi investor yang ingin mencari peluang, momentum koreksi ini bisa dimanfaatkan sebagai saat yang tepat untuk masuk ke saham big banks yang undervalued.
Apa Itu Buyback?
Buyback saham adalah aksi korporasi di mana perusahaan membeli kembali sahamnya yang beredar di pasar. Setelah dibeli, saham ini bisa disimpan sebagai treasury stock, dibatalkan (mengurangi jumlah saham beredar), atau digunakan untuk program insentif seperti kepemilikan saham karyawan dan direksi.
Buyback biasanya dilakukan ketika perusahaan merasa bahwa harga sahamnya sedang undervalued atau ingin memberikan sinyal kepercayaan kepada investor. Langkah ini juga bisa menjadi strategi untuk mengoptimalkan struktur permodalan perusahaan.
Dampak Buyback bagi Korporasi dan Investor
Dampak bagi Korporasi
Meningkatkan Nilai Saham
- Dengan mengurangi jumlah saham yang beredar, buyback dapat meningkatkan earning per share (EPS).
- Investor melihat ini sebagai sinyal positif, yang berpotensi menaikkan harga saham di pasar.
Mengoptimalkan Penggunaan Dana
- Jika perusahaan memiliki kelebihan kas tetapi tidak memiliki peluang investasi yang lebih menguntungkan, buyback bisa menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan menyimpan dana di kas.
Meningkatkan Kepercayaan Investor
- Buyback sering dianggap sebagai sinyal bahwa manajemen percaya pada fundamental perusahaan dan valuasi sahamnya.
Mengurangi Risiko Dilusi
- Jika perusahaan sebelumnya menerbitkan saham baru, buyback dapat membantu mengimbangi efek dilusi dan menjaga kepentingan pemegang saham eksisting.
Dampak pada Likuiditas
- Buyback bisa mengurangi jumlah saham yang beredar, yang berpotensi menurunkan likuiditas saham di pasar jika jumlahnya signifikan.
Dampak bagi Investor
Potensi Kenaikan Harga Saham
- Dengan jumlah saham yang lebih sedikit, ada potensi peningkatan harga saham karena penawaran yang berkurang.
Meningkatkan EPS dan Dividen
- EPS bisa naik karena laba perusahaan dibagi ke lebih sedikit saham.
- Jika perusahaan tetap membayar dividen dalam jumlah yang sama atau meningkat, investor bisa mendapat dividend per share yang lebih besar.
Sinyal Kepercayaan dari Manajemen
- Investor sering melihat buyback sebagai tanda bahwa perusahaan undervalued dan memiliki prospek yang baik.
Berbeda dengan Dividen
- Tidak seperti dividen yang langsung memberikan cash ke investor, buyback lebih bersifat tidak langsung dalam menciptakan nilai.
Potensi Ketidakpastian
- Jika perusahaan melakukan buyback tetapi kondisi keuangannya melemah (misalnya berutang untuk buyback), hal ini bisa menimbulkan risiko di masa depan.
0 Komentar