Jakarta, 30 April 2025 — Indonesia memiliki peluang besar untuk mencapai status negara berpenghasilan tinggi (high-income economy) pada tahun 2045, tetapi jalan menuju ke sana menuntut transformasi struktural dan percepatan produktivitas secara drastis. Laporan terbaru McKinsey Global Institute (MGI) bertajuk The Enterprising Archipelago: Propelling Indonesia's Productivity menyoroti bahwa Indonesia harus meningkatkan pertumbuhan produktivitas sebesar 1,6 kali lipat dan mempercepat pertumbuhan PDB hingga 5,4% per tahun selama dua dekade ke depan.
Untuk mencapai pendapatan per kapita US$14.000, Indonesia harus mengubah struktur ekonominya secara signifikan, termasuk mendorong terjadinya capital deepening—yakni peningkatan rasio modal terhadap jumlah pekerja—dan memperbesar proporsi perusahaan menengah dan besar yang saat ini masih sangat kecil.
“Indonesia harus meningkatkan jumlah perusahaan menengah dan besar sebanyak tiga kali lipat untuk menciptakan lapangan kerja formal yang produktif dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan,” ujar Chris Bradley, Senior Partner McKinsey dan Direktur MGI.
Peran Lima Modal Kunci
Transformasi menuju ekonomi berpendapatan tinggi membutuhkan sinkronisasi lima bentuk modal utama:
- Modal Keuangan – Indonesia memiliki tingkat tabungan domestik yang tinggi (38% dari PDB), namun belum sepenuhnya dimobilisasi melalui sistem keuangan yang efisien. Rasio kapitalisasi pasar saham terhadap PDB masih di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Reformasi pasar modal dan peningkatan akses terhadap instrumen keuangan jangka panjang menjadi krusial.
- Modal Manusia – Tingkat penyelesaian pendidikan menengah atas di kalangan usia 25–34 tahun hanya mencapai 40%, sementara tingkat pengangguran tinggi justru datang dari lulusan pendidikan vokasi dan tinggi yang tidak sesuai kebutuhan industri. Keselarasan antara keterampilan dan pasar kerja menjadi agenda mendesak.
- Modal Institusional – Proses pembukaan usaha masih memerlukan waktu hingga 43 hari dengan biaya tinggi, menciptakan hambatan bagi perusahaan untuk tumbuh. Dibutuhkan penyederhanaan regulasi dan digitalisasi layanan pemerintah agar efisiensi bisnis meningkat.
- Modal Infrastruktur – Indonesia masih tertinggal dalam hal kerapatan jalan, kecepatan unduh digital, serta biaya logistik yang mencapai 24% dari PDB. Pengembangan infrastruktur fisik dan digital akan menjadi penopang utama produktivitas lintas sektor.
- Modal Kewirausahaan – Tingkat pembentukan usaha formal baru sangat rendah, hanya 0,33 per 1.000 penduduk usia kerja. Investasi di sektor venture capital dan private equity pun belum signifikan. Membangun ekosistem yang sehat bagi start-up dan UKM menjadi salah satu kunci pertumbuhan ekonomi masa depan.
Dominasi Mikro, Tantangan Produktivitas
Menurut data sensus usaha 2016, lebih dari 97% unit usaha di Indonesia merupakan usaha mikro, dengan 59% angkatan kerja bekerja di sektor informal. Hal ini menyebabkan produktivitas rendah dan akses terbatas terhadap pembiayaan maupun teknologi. Laporan McKinsey menekankan perlunya transformasi struktur ketenagakerjaan: pangsa pekerja di perusahaan besar harus meningkat dari 15% menjadi 31% pada 2045, sementara peran usaha mikro dikurangi secara signifikan.
“Jika tidak ada pergeseran struktural, Indonesia bisa terjebak dalam middle-income trap,” ujar Kevin Russell, Senior Fellow MGI.
Sektor Jasa Sebagai Pendorong Utama
Sektor jasa diproyeksikan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, berkontribusi hingga 70% PDB pada 2045. Namun, produktivitas sektor ini masih jauh tertinggal dari negara-negara pembanding. Modernisasi sektor perdagangan, transportasi, dan pariwisata serta pengembangan layanan bernilai tambah tinggi seperti teknologi informasi dan jasa keuangan akan menjadi pengungkit utama.
Di sisi lain, sektor manufaktur yang sempat berjaya pada awal 2000-an kini melemah. Untuk menghidupkan kembali peran strategisnya, Indonesia harus masuk lebih dalam ke rantai nilai global dan mendorong hilirisasi pada komoditas unggulan seperti nikel, yang menjadi kunci dalam industri kendaraan listrik global.
Urbanisasi dan Tata Kota sebagai Peluang
Dengan proyeksi 70 juta penduduk akan bermigrasi ke kota pada 2045, urbanisasi menjadi tantangan sekaligus peluang. Jika dikelola dengan baik melalui pembangunan infrastruktur publik, transportasi massal, dan konsep X-minute city, urbanisasi dapat menjadi katalis pertumbuhan produktivitas dan peningkatan kualitas hidup.
Dari Aspirasi Menuju Aksi
Indonesia tidak kekurangan mimpi besar, tetapi keberhasilan hanya mungkin tercapai jika aspirasi diiringi dengan langkah konkret. Pengembangan perusahaan produktif dan penciptaan lingkungan usaha yang mendukung pertumbuhan menjadi jalan utama. Untuk itu, peran aktif semua pihak—pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil—mutlak diperlukan.
“Menuju 2045, Indonesia perlu menjadi negara yang enterprising, bukan hanya dari semangat, tapi juga dari ekosistemnya,” pungkas Khoon Tee Tan, Managing Partner McKinsey Indonesia.
0 Komentar