Ticker

4/recent/ticker-posts

Prinsip Umum di Balik Keputusan Kita yang Irasional, Ulasan Buku Predictably Irrational - Dan Ariely

Daftar Isi [Tampilkan]

 


Receh.in – Dalam jagat pemikiran ekonomi klasik, manusia kerap digambarkan sebagai Homo Economicus—makhluk yang sepenuhnya rasional, yang selalu membuat keputusan berdasarkan logika murni demi memaksimalkan keuntungan pribadi.

Namun, Dan Ariely, melalui karyanya yang monumental, Predictably Irrational: The Hidden Forces That Shape Our Decisions, dengan tegas menantang pandangan utopis ini.

Ariely tidak hanya berargumen bahwa kita seringkali tidak rasional, tetapi lebih jauh lagi, ia menunjukkan bahwa ketidakrasionalan kita dapat diprediksi.

Ini berarti, kita cenderung membuat jenis kesalahan yang sama secara sistematis, berulang kali, dalam berbagai situasi.

 

Melampaui Rasionalitas Murni: Mengapa Kita Tersandung

Ariely membuka mata kita terhadap sebuah realitas yang mungkin terasa canggung: keputusan-keputusan yang kita anggap sebagai hasil dari penalaran yang jernih, seringkali sebenarnya dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan tak kasat mata—bias kognitif, emosi, konteks, dan norma-norma sosial.

Ia menunjukkan bahwa pikiran manusia tidak beroperasi seperti kalkulator yang sempurna. Sebaliknya, kita mengandalkan jalan pintas mental (heuristik) dan dipengaruhi oleh cara informasi disajikan, serta oleh perbandingan yang kita buat secara naluriah.

Ketidaksempurnaan ini bukanlah sebuah cacat acak, melainkan sebuah fitur inheren dari cara otak kita bekerja, yang sayangnya, seringkali menjauhkan kita dari pilihan yang optimal.

Salah satu prinsip paling mendasar yang diusung Ariely adalah bahwa kita hidup dalam dunia perbandingan. Kita jarang menilai sesuatu secara absolut.

Sebaliknya, nilai sebuah objek, harga sebuah layanan, atau kualitas sebuah pengalaman, semuanya dievaluasi relatif terhadap pilihan lain yang tersedia atau terhadap titik acuan tertentu yang sudah tertanam di benak kita. Ariely secara gamblang menyatakan:

"Most people don't know what they want unless they see it in context." (Sebagian besar orang tidak tahu apa yang mereka inginkan kecuali mereka melihatnya dalam konteks.)

Kutipan ini adalah jantung dari banyak bias yang ia bahas. Otak kita secara otomatis mencari titik referensi dan perbandingan yang mudah.

Inilah mengapa taktik seperti Efek Decoy bekerja dengan sangat efektif. Sebuah "umpan" yang dirancang secara strategis mengubah konteks keseluruhan, membuat salah satu pilihan asli tiba-tiba tampak jauh lebih menarik hanya karena perbandingannya yang jelas dengan si umpan yang inferior.

Kita tidak tiba-tiba menjadi lebih rasional; kita hanya menjadi lebih baik dalam memilih berdasarkan perbandingan yang baru.

 

Manusia Adalah Kapten Kirk, Bukan Tuan Spock

Ariely menyajikan sebuah analogi yang jenaka namun mendalam untuk menggambarkan sifat dasar manusia dalam pengambilan keputusan. Ia berpendapat:

"We are more like Captain Kirk than Mr. Spock. We are irrational, but predictably so." (Kita lebih mirip Kapten Kirk daripada Tuan Spock. Kita tidak rasional, tetapi dapat diprediksi demikian.)

Analogi ini merujuk pada dua karakter ikonik dari Star Trek: Kapten Kirk yang impulsif, intuitif, dan seringkali didorong oleh emosi, dan Tuan Spock yang logis, rasional, dan selalu didasarkan pada data.

Ariely menegaskan bahwa pada dasarnya, kita lebih mirip Kapten Kirk. Kita adalah makhluk emosional yang keputusan-keputusannya sering dipengaruhi oleh dorongan hati, prasangka, dan bias tak sadar, jauh dari analisis murni seperti Tuan Spock.

Namun, kuncinya adalah bahwa ketidakrasionalan ini bukanlah kekacauan acak. Ada pola yang bisa diamati dan diprediksi dalam bagaimana dan mengapa kita menyimpang dari rasionalitas.

Memahami pola-pola ini adalah langkah pertama untuk mengidentifikasinya dalam diri kita sendiri dan orang lain, dan pada akhirnya, merancang lingkungan yang lebih baik yang mendukung keputusan yang lebih cerdas.

 

Implikasi Praktis dari Ketidakrasionalan yang Dapat Diprediksi

Pemahaman bahwa ketidakrasionalan kita dapat diprediksi memiliki implikasi yang sangat besar. Bagi individu, ini adalah kesempatan untuk menjadi lebih sadar diri tentang perangkap mental yang sering kita hadapi—seperti menunda-nunda, terlalu percaya diri, atau tergoda oleh godaan jangka pendek.

Dengan mengetahui kecenderungan ini, kita dapat merancang "komitmen awal" atau strategi pribadi untuk membantu kita tetap pada jalur yang benar, misalnya dengan menyisihkan uang secara otomatis untuk tabungan atau menetapkan tenggat waktu buatan untuk diri sendiri.

Bagi bisnis dan pembuat kebijakan, wawasan ini adalah sebuah anugerah. Dengan memahami bias konsumen, mereka dapat mendesain produk, layanan, dan kebijakan yang lebih efektif.

Ini bukan tentang memanipulasi, melainkan tentang memahami cara kerja pikiran manusia untuk menciptakan penawaran yang lebih resonan atau kebijakan publik yang lebih efektif dalam mendorong perilaku yang diinginkan, seperti menabung untuk pensiun atau mengurangi konsumsi energi.

Pada akhirnya, Predictably Irrational adalah undangan untuk melihat diri kita dan dunia di sekitar kita dengan kacamata baru, mengakui bahwa di balik setiap keputusan, ada kekuatan tersembunyi yang, jika kita mengerti, dapat membantu kita menavigasi kompleksitas hidup dengan lebih bijaksana.

 

Tentang Penulis Buku

Dan Ariely adalah seorang profesor psikologi dan ekonomi perilaku yang dikenal luas atas penelitiannya mengenai irasionalitas manusia dalam pengambilan keputusan.

Ia saat ini menjabat sebagai Profesor James B. Duke di Universitas Duke, di mana ia mengajar di Departemen Psikologi dan Pusat Ekonomi Perilaku Lanjutan.

Ariely memperoleh gelar doktor dalam psikologi kognitif dari University of North Carolina at Chapel Hill dan doktor dalam sosiologi dari Hebrew University of Jerusalem.

Ia telah menulis beberapa buku bestseller tentang perilaku manusia, termasuk "Predictably Irrational," "The Upside of Irrationality," dan "The Honest Truth About Dishonesty," yang semuanya mengupas fenomena bias kognitif dan bagaimana kekuatan tersembunyi memengaruhi pilihan kita sehari-hari.

Posting Komentar

0 Komentar