📌 Intisari Berita:
- Pemerintah menaruh harapan besar pada holding BUMN Danantara sebagai motor penggerak investasi strategis nasional.
- Belanja modal BUMN diproyeksikan melonjak dua kali lipat dari Rp380 triliun (2025) menjadi Rp720 triliun (2026).
- Sinergi antara Danantara dan APBN diharapkan memperkuat efisiensi investasi dan menurunkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR).
Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya menjadikan holding BUMN Danantara sebagai penggerak utama investasi nasional pada tahun 2026. Konsolidasi besar-besaran di bawah Danantara diyakini akan menciptakan kekuatan baru dalam ekosistem investasi dan mempercepat pembangunan infrastruktur bernilai tambah tinggi.
Dilansir dari Kontan, Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, mengatakan bahwa Danantara akan memainkan peran penting dalam memperkuat koordinasi antara BUMN dan pemerintah, terutama dalam pembiayaan pembangunan strategis.
“Penajaman-penajaman, khususnya dengan cara baru, yaitu melalui Danantara. Holding ini akan menyinergikan seluruh BUMN secara benchmarking dan koordinasi kuat dengan APBN,” ujar Febrio di Jakarta, Kamis (9/10/2025).
Lonjakan Belanja Modal BUMN di Bawah Danantara
Menurut Febrio, belanja modal (capital expenditure/capex) BUMN diperkirakan melonjak signifikan setelah Danantara beroperasi penuh.
Pada 2025, capex BUMN diproyeksikan sebesar Rp380 triliun, dan pada 2026 meningkat hampir dua kali lipat menjadi Rp720 triliun.
“Kita berharap investasi ini akan banyak didorong oleh teman-teman di Danantara. Kalau tahun 2025 estimasi capex dari BUMN sekitar Rp380 triliun, maka 2026 kita harapkan meningkat cukup tajam di bawah Danantara, sekitar Rp720 triliun.”
Dengan peningkatan tersebut, belanja modal BUMN menjadi pilar utama pembentukan investasi nasional tahun depan.
Pemerintah memperkirakan Danantara akan menyumbang sekitar 9% terhadap Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) nasional, sementara APBN berkontribusi sekitar 7%.
APBN Tetap Kuat untuk Infrastruktur Dasar
Meski Danantara akan berperan besar dalam investasi strategis, Febrio menegaskan bahwa alokasi belanja modal dari APBN tetap kuat dan berkelanjutan.
Capex dari APBN diperkirakan sebesar Rp490 triliun pada 2025, dan naik menjadi Rp530 triliun pada 2026, dengan fokus pada pembangunan infrastruktur dasar seperti jembatan, jalan, sekolah, serta proyek konektivitas di daerah.
“APBN tetap melakukan capex untuk konektivitas dasar, seperti jembatan, jalan, dan infrastruktur daerah. Jadi bukan berarti belanja APBN berkurang, tapi justru semakin komplementer dengan peran Danantara,” - Febrio.
Sinergi antara capex BUMN dan APBN diharapkan dapat memperkuat struktur investasi nasional, menciptakan lapangan kerja baru, serta menurunkan ICOR (Incremental Capital Output Ratio) — indikator efisiensi antara investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Investasi Bernilai Tambah Tinggi Jadi Fokus Utama
Pemerintah juga menegaskan bahwa arah investasi strategis di bawah Danantara akan berfokus pada sektor-sektor bernilai tambah tinggi, sejalan dengan agenda hilirisasi dan diversifikasi ekonomi nasional.
Sektor-sektor prioritas meliputi:
- Pengolahan sumber daya alam (SDA) seperti mineral dan pertanian,
- Industri manufaktur berbasis hilirisasi,
- serta proyek strategis yang mendukung ketahanan energi dan pangan nasional.
“Sektor-sektornya seperti yang sudah sering kita sebutkan: pilarisasi SDA, baik dari pertanian maupun mineral dan tambang. Kita harapkan semua itu akan menciptakan manufaktur dengan nilai tambah tinggi,” ujar Febrio.
Target Pertumbuhan Investasi dan Efisiensi Modal
Pemerintah menargetkan pertumbuhan investasi nasional mencapai sekitar 5% pada 2025, dan meningkat menjadi 5,2% atau lebih pada 2026, seiring dengan perbaikan kualitas dan efisiensi investasi.
“Kualitas investasinya kita harapkan lebih bernilai tambah tinggi, sehingga ICOR-nya akan secara gradual turun,” kata Febrio.
Dalam pandangan pemerintah, Danantara bukan sekadar
holding finansial, melainkan mesin pertumbuhan ekonomi baru yang
mengintegrasikan kekuatan investasi BUMN dengan instrumen fiskal negara.
Holding ini juga diharapkan mampu meningkatkan daya saing Indonesia di tengah
ketidakpastian global, terutama dalam pembiayaan infrastruktur dan penguatan
sektor riil.
Danantara dan Arah Baru BUMN
Danantara, yang baru saja diperkuat dalam revisi
Undang-Undang BUMN, didesain untuk menjadi super holding serupa dengan
Temasek di Singapura atau Khazanah Nasional di Malaysia.
Namun, tantangan tata kelola dan koordinasi antar entitas masih menjadi isu
utama yang harus diatasi.
Pemerintah menilai bahwa transformasi BUMN melalui Danantara akan membuka ruang baru bagi investasi swasta dan asing, mempercepat proyek-proyek strategis, serta memperkuat kemandirian fiskal nasional.
“Kita ingin Danantara menjadi lokomotif investasi strategis Indonesia — bukan hanya di atas kertas, tapi benar-benar mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tutup Febrio.
0 Komentar