Ticker

4/recent/ticker-posts

Dibayangi Net Sell Asing, IHSG Tetap Tangguh; Saatnya Buy on Weakness

Daftar Isi [Tampilkan]



📌 Pokok Berita:

  • IHSG menguat 1,04% ke level 8.251 pada Kamis (9/10) meski dibayangi aksi jual bersih asing Rp1,48 triliun.
  • BNI Sekuritas rekomendasikan speculative buy untuk saham MDKA, BRMS, PTRO, MINA, SCMA, dan SSIA.
  • Mirae Asset Sekuritas menilai tren IHSG masih uptrend, didukung stimulus ekonomi domestik dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatannya pada perdagangan Kamis (9/10), ditutup naik 84,9 poin atau 1,04% ke level 8.251, menandai penguatan harian tertinggi dalam dua pekan terakhir. Namun, aksi jual investor asing yang mencapai Rp1,48 triliun di pasar reguler menjadi penahan utama reli lebih lanjut.

Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan, nilai transaksi harian menembus Rp30,27 triliun dengan frekuensi lebih dari 3 juta kali transaksi. Saham-saham sektor logam dasar, energi, dan media memimpin penguatan, sementara sektor perbankan menjadi pemberat indeks.

Penjualan terbesar tercatat pada saham BBRI, BBCA, BUMI, AADI, dan BBNI, sedangkan arus dana asing justru mengalir ke saham PANI, CUAN, TINS, BRPT, dan BRMS.

Potensi Koreksi Jangka Pendek

Menurut Fanny Suherman, Head of Retail Research BNI Sekuritas, tren penguatan IHSG masih berpeluang berlanjut, tetapi dengan risiko koreksi jangka pendek akibat tekanan jual asing yang belum mereda.

“Meski kemarin indeks naik cukup signifikan, investor asing masih mencatatkan net sell besar. Ini menunjukkan potensi technical pullback pada perdagangan Jumat (10/10), terutama jika tidak ada katalis positif baru dari eksternal,” ujar Fanny dalam riset hariannya.

Fanny memperkirakan support IHSG berada di kisaran 8.130–8.200, sementara resistance berada di area 8.270–8.300. Ia menilai momentum koreksi dapat dimanfaatkan untuk trading buy pada saham-saham berfundamental kuat.

BNI Sekuritas juga merekomendasikan enam saham pilihan untuk perdagangan jangka pendek, yakni:

  • MDKA (PT Merdeka Copper Gold Tbk) – seiring prospek positif harga tembaga dan emas.
  • BRMS (PT Bumi Resources Minerals Tbk) – diuntungkan sentimen logam mulia dan peningkatan produksi.
  • PTRO (PT Petrosea Tbk) – potensi pertumbuhan dari ekspansi proyek tambang luar negeri.
  • MINA (PT Surya Esa Perkasa Tbk) – stabilitas sektor energi dan rencana diversifikasi gas industri.
  • SCMA (PT Surya Citra Media Tbk) – rebound iklan dan ekspansi digital.
  • SSIA (PT Surya Semesta Internusa Tbk) – prospek kawasan industri dan proyek infrastruktur baru.

“Strateginya speculative buy dengan disiplin cut loss di bawah support terdekat. Fokus tetap pada saham yang memiliki katalis fundamental kuat dan valuasi menarik,” tambah Fanny.

 

Sentimen Positif dari The Fed dan Stimulus Domestik

Sementara itu, M. Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menilai tren jangka menengah IHSG masih dalam fase uptrend.

“Secara teknikal, IHSG tetap berada di jalur positif dengan posisi harga di atas MA20 dan MA60. Kami melihat potensi lanjutan kenaikan menuju area 8.300–8.350 jika tekanan jual asing mulai mereda,” jelasnya.

Menurut Nafan, sentimen global saat ini cenderung positif bagi pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Risalah FOMC September yang bernada dovish mengindikasikan peluang dua kali pemangkasan suku bunga The Fed hingga akhir 2025, masing-masing sebesar 25 basis poin pada Oktober dan Desember.

“Ekspektasi pemangkasan suku bunga memberikan ruang penguatan bagi aset berisiko seperti saham, sekaligus menekan imbal hasil obligasi AS,” ujarnya.

Dari dalam negeri, Nafan menilai stimulus ekonomi dan stabilitas makro tetap menjadi fondasi utama. “Belanja modal BUMN dan APBN yang meningkat melalui holding Danantara akan menopang investasi riil dan sentimen pasar. Selain itu, inflasi yang tetap terkendali di kisaran 2,7% (yoy) menjaga daya beli,” tambahnya.

 

Strategi Investor: Buy on Dip

Dengan berbagai katalis tersebut, Mirae Asset menyarankan investor untuk menerapkan strategi buy on dip, khususnya pada saham berkapitalisasi besar dengan prospek pertumbuhan stabil.

“Investor sebaiknya fokus pada saham dengan kinerja kuartal III yang berpotensi solid, seperti sektor pertambangan logam, infrastruktur, dan konsumer. Hindari saham-saham yang bergerak terlalu spekulatif pasca auto reject atas,” tegas Nafan.

Secara keseluruhan, meski tekanan jual asing masih membayangi pergerakan jangka pendek, tren teknikal dan fundamental IHSG tetap positif. Dukungan dari kebijakan The Fed yang lebih akomodatif dan stimulus fiskal dalam negeri diperkirakan menjaga momentum uptrend hingga akhir kuartal keempat 2025.

“Koreksi jangka pendek justru menjadi peluang akumulasi. Selama IHSG bertahan di atas level 8.100, tren kenaikan masih terjaga,” tutup Nafan.

Posting Komentar

0 Komentar