Receh.in | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan hari ini, Rabu (15/10/2025). Tekanan jual dari investor asing serta pelemahan harga komoditas global menjadi dua faktor utama yang menahan laju indeks di tengah meningkatnya volatilitas pasar global.
Pada perdagangan Selasa (14/10), IHSG anjlok 1,95% ke level 8.066 — penurunan harian terdalam dalam hampir dua bulan terakhir. Sebanyak 583 saham melemah, sementara hanya 138 saham menguat, dan 84 stagnan. Nilai transaksi melonjak tajam menjadi Rp32,02 triliun, naik signifikan dibandingkan hari sebelumnya yang sebesar Rp27,43 triliun.
Asing Masih Kabur dari Pasar Domestik
Aksi jual bersih (net sell) asing kembali menjadi penekan utama. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing membukukan net sell Rp1,32 triliun di pasar reguler. Koreksi ini menunjukkan investor global cenderung mengalihkan portofolio dari emerging market, termasuk Indonesia, di tengah ketidakpastian kebijakan suku bunga AS dan pelemahan data ekonomi Tiongkok.
Wall Street turut menambah tekanan. Ketiga indeks utama AS kompak melemah pada perdagangan Selasa waktu setempat: Dow Jones turun 0,16%, S&P 500 turun 0,76%, dan Nasdaq melemah 0,42%. Koreksi tersebut dipicu oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, seiring inflasi inti AS yang masih tinggi dan data tenaga kerja yang solid.
“IHSG diprediksi melanjutkan pelemahan, dengan level support di 7.960 dan 7.855, serta resistance di 8.175 dan 8.280,” tulis Tim Riset PT CGS International Sekuritas Indonesia dalam riset harian yang diterima Receh.in.
Harga Komoditas Tekan Sentimen
Selain faktor eksternal, pelemahan IHSG juga tidak lepas dari koreksi harga komoditas unggulan Indonesia. Harga minyak mentah melemah ke kisaran US$78 per barel, seiring peningkatan stok di AS dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Komoditas lain seperti CPO, nikel, timah, dan tembaga juga terkoreksi akibat berkurangnya permintaan industri di Tiongkok dan India. Penurunan harga tersebut memberi tekanan pada saham-saham berbasis sumber daya alam, seperti AALI, DSNG, dan NCKL, meski secara teknikal justru bisa menjadi peluang akumulasi di harga rendah.
Saham Pilihan Hari Ini
Dalam laporan yang sama, CGS International Sekuritas merekomendasikan akumulasi beli (buy on weakness) pada beberapa saham yang memiliki fundamental kuat dan prospek jangka menengah menarik, antara lain:
- NCKL (Harita Nickel) — potensi rebound jangka pendek setelah tekanan harga nikel global, dengan prospek jangka panjang dari proyek hilirisasi nikel.
- INDY (Indika Energy) — diversifikasi ke bisnis energi baru terbarukan menjadi katalis positif di tengah tren transisi energi.
- SIDO (Sidomuncul) — saham defensif sektor consumer goods dengan fundamental solid dan margin stabil.
- AALI (Astra Agro Lestari) dan DSNG (Dharma Satya Nusantara) — potensi rebound seiring proyeksi permintaan CPO global yang mulai pulih menjelang akhir tahun.
- AMRT (Alfamart) — saham ritel defensif dengan pertumbuhan stabil di tengah inflasi yang relatif terkendali.
Prospek Jangka Pendek: Waspada Tapi Tetap Rasional
Secara teknikal, IHSG masih berpotensi terkoreksi hingga kisaran 7.950–7.850, terutama bila tekanan asing berlanjut. Namun, valuasi sejumlah saham big cap kini mulai masuk area menarik untuk trading jangka pendek.
“Pelemahan kali ini lebih bersifat technical correction setelah kenaikan yang cukup panjang dalam dua minggu terakhir. Investor masih bisa memanfaatkan momentum buy on dip pada saham-saham berfundamental kuat,” tulis riset tersebut.
Sementara itu, dari sisi domestik, investor akan mencermati rilis neraca perdagangan September 2025 yang diproyeksikan masih surplus, meski menurun akibat harga komoditas ekspor yang terkoreksi. Jika data ekonomi lokal cukup kuat, IHSG berpeluang menahan tekanan eksternal dalam jangka menengah.
📊 Kesimpulan Receh.in:
Pelemahan IHSG hari ini masih berlanjut seiring tekanan global dan aksi jual
asing. Namun untuk investor rasional, kondisi ini justru membuka ruang
akumulasi pada saham-saham unggulan dengan prospek jangka menengah solid
seperti NCKL, INDY, SIDO, AALI, DSNG, dan AMRT.
2 Komentar
atau BEI disuruh bereskan gorengan saham