Ticker

4/recent/ticker-posts

Pertumbuhan Diperkirakan Lebih Lambat

Daftar Isi [Tampilkan]


Poin Penting

  1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan melambat ke +4,96% yoy pada 3Q25 karena konsumsi rumah tangga dan investasi melemah masing-masing ke +4,80% dan +4,22% yoy.
  2. Konsumsi pemerintah tumbuh kuat +33,45% yoy, menopang momentum menjelang 4Q25, sementara ekspor naik +10,96% yoy didukung kenaikan harga komoditas.
  3. Pertumbuhan PDB FY25 diperkirakan tetap di kisaran +5,0%, dengan dorongan stimulus fiskal dan ekspor komoditas yang stabil pada kuartal keempat.

 

Pertumbuhan Melambat, Konsumsi dan Investasi Melemah

Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh +4,92% yoy pada 3Q25, melambat dari +5,12% pada 2Q25, seiring pelemahan konsumsi dan investasi.
Riset IndoPremier Sekuritas menyebutkan bahwa konsumsi rumah tangga kemungkinan hanya tumbuh +4,80% yoy, mencerminkan perlambatan belanja masyarakat di tengah pesimisme ketenagakerjaan dan keterlambatan realisasi stimulus fiskal.

Beberapa indikator yang menekan daya beli antara lain:

  • Penjualan ritel turun -0,2% yoy pada 3Q25.
  • Indeks Kondisi Ketenagakerjaan melemah ke 94,3 (vs. 97,1 pada 2Q25).
  • Sentimen pendapatan rumah tangga menurun ke 117,4 (vs. 121,3).

Meski demikian, indikator mobilitas masyarakat masih relatif kuat, menandakan sektor jasa seperti transportasi dan hiburan tetap aktif. Namun, kontribusinya terhadap total pengeluaran rumah tangga masih terbatas di sekitar 32%.

 

Konsumsi Pemerintah Menguat Tajam

Berbeda dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah melonjak signifikan +33,45% yoy pada 3Q25, sejalan dengan percepatan realisasi belanja fiskal.

Proyeksi belanja menunjukkan peningkatan tajam pada akhir kuartal, mencerminkan percepatan penyerapan anggaran, terutama dari program subsidi energi dan infrastruktur dasar. Dampak positif terhadap konsumsi masyarakat diperkirakan baru terasa lebih kuat pada 4Q25.

 

Investasi Lesu Setelah Kuartal Kuat

Pertumbuhan investasi (PMTB) diperkirakan melambat menjadi +4,22% yoy, setelah ekspansi kuat +6,99% yoy pada 2Q25.
Pelemahan ini terjadi akibat kontraksi belanja modal pemerintah sebesar -32,5% yoy, setelah sebelumnya tumbuh +30,3% yoy pada 2Q25.

Dari sisi sektor swasta, beberapa indikator juga menunjukkan penurunan:

  • Penjualan alat berat -13,1% yoy (vs. +31,5% pada 2Q25).
  • Penjualan semen -3,0% yoy (vs. +1,8% pada 2Q25).
  • Penjualan mobil komersial -2,3% yoy, meski membaik dibanding -7,4% pada kuartal sebelumnya.

Kondisi ini menunjukkan adanya penundaan investasi baru, baik dari proyek pemerintah maupun korporasi, terutama di sektor konstruksi dan manufaktur berat.

 

Ekspor Netto Masih Menjadi Penopang

Pertumbuhan ekspor barang dan jasa diperkirakan mencapai +10,96% yoy pada 3Q25, didukung oleh:

  • Kinerja ekspor minyak sawit yang kuat (volume/harga naik +48,5%/+13,2% yoy).
  • Lonjakan kunjungan wisatawan internasional +14,0% yoy (+15,3% qoq), membantu memperbaiki neraca jasa.
  • Kenaikan harga batu bara pada Agustus dan stabilnya ekspor besi dan baja.

Sementara impor diproyeksikan datar di +0,8% yoy, turun tajam dari +11,6% yoy pada 2Q25, akibat kontraksi impor barang -6,2% yoy selama Juli–Agustus 2025.

Dengan ekspor yang tumbuh lebih cepat dibanding impor, neraca perdagangan Indonesia tetap mencatat surplus besar, mendukung pertumbuhan ekonomi bersih (net export) pada kuartal ini.

 

Proyeksi FY25: Bertahan di Sekitar 5%

IndoPremier memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia FY25 akan bertahan di kisaran +5,0% yoy, dengan momentum pemulihan lebih kuat di 4Q25.

Dukungan utama berasal dari:

  • Stimulus fiskal tambahan senilai Rp37,3 triliun (bansos dan program realokasi anggaran).
  • Belanja modal pemerintah sekitar Rp72,1 triliun pada 4Q25.
  • Proyek Danantara senilai Rp82–100 triliun, yang siap mendorong investasi di sektor infrastruktur dan energi hijau.
  • Stabilitas harga komoditas ekspor utama (minyak sawit, batu bara, logam dasar) yang tetap tinggi hingga akhir tahun.

Dengan kombinasi kebijakan fiskal ekspansif, pemulihan investasi, dan harga komoditas yang mendukung, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 diperkirakan akan tetap solid — meski belum cukup untuk kembali ke tren pra-pandemi di atas 5,2%.

Posting Komentar

0 Komentar