Ticker

4/recent/ticker-posts

Rugi Bersih WSKT Kuartal III Bengkak 5,66% Jadi Rp3,17 Triliun

Daftar Isi [Tampilkan]


Receh.in
| Kinerja keuangan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Emiten konstruksi pelat merah itu kembali mencatat rugi bersih sebesar Rp3,17 triliun hingga akhir kuartal III/2025, meningkat 5,66% year-on-year (yoy) dari rugi Rp3,00 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Data ini berdasarkan laporan keuangan konsolidasian interim Waskita yang dipublikasikan melalui laman resmi Bursa Efek Indonesia (IDX), Selasa malam (14/10). Dengan kinerja tersebut, rugi per saham dasar juga melebar menjadi Rp110,21, dibandingkan Rp104,22 pada akhir September 2024.

 

Pendapatan Turun, Beban Keuangan Menekan

Secara operasional, kinerja Waskita masih tertekan oleh penurunan pendapatan usaha. Hingga September 2025, pendapatan usaha tercatat Rp5,28 triliun, turun signifikan dibandingkan Rp6,78 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan pendapatan tersebut tidak diimbangi efisiensi biaya, karena beban keuangan tetap tinggi mencapai Rp2,83 triliun. Selain itu, perseroan juga menanggung rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama, yang semakin memperdalam tekanan laba bersih.

Alhasil, rugi periode berjalan Waskita mencapai Rp3,58 triliun, menegaskan bahwa beban bunga dan kewajiban finansial masih menjadi hambatan utama dalam restrukturisasi kinerja perseroan.

 

Neraca Melemah, Ekuitas Tergerus

Tekanan berlanjut pada sisi neraca keuangan. Hingga 30 September 2025, total aset Waskita turun menjadi Rp71,93 triliun, merosot dari posisi Rp77,15 triliun pada akhir 2024.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya nilai proyek konstruksi yang belum tertagih (receivables), serta pelepasan sejumlah aset nonproduktif dalam rangka efisiensi.

Sementara itu, total liabilitas tercatat Rp67,55 triliun, sedikit turun dari Rp69,27 triliun pada akhir tahun lalu. Penurunan ini dipengaruhi oleh berkurangnya utang jangka pendek dan pelunasan sebagian kewajiban jangka panjang hasil restrukturisasi dengan perbankan.

Namun di sisi lain, ekuitas Waskita anjlok tajam menjadi Rp4,37 triliun, dari posisi Rp7,88 triliun per Desember 2024 — penurunan lebih dari 44% hanya dalam sembilan bulan. Penurunan tajam ini mencerminkan tekanan solvabilitas yang kian berat, dengan rasio utang terhadap ekuitas (DER) kini mendekati 15 kali, jauh di atas rata-rata sektor konstruksi BUMN.

 

Restrukturisasi Belum Tuntas

Waskita Karya masih berada dalam proses restrukturisasi keuangan dan operasional yang dijalankan sejak 2023. Perseroan sebelumnya telah menandatangani kesepakatan restrukturisasi utang dengan lebih dari 20 bank dan lembaga pembiayaan, mencakup perpanjangan tenor, penurunan bunga, dan konversi sebagian kewajiban menjadi instrumen ekuitas.

Meski begitu, hasilnya masih terbatas. Menurut pengamat pasar modal, restrukturisasi Waskita belum berhasil menurunkan tekanan arus kas secara signifikan, karena portofolio proyeknya masih didominasi kontrak-kontrak berisiko tinggi dari masa lalu.

“Waskita sedang berjuang di dua front — menjaga keberlangsungan operasional sekaligus menata ulang struktur keuangan. Kombinasi margin tipis dan beban bunga tinggi membuat laba bersih sulit positif dalam jangka pendek,” kata analis infrastruktur Indo Premier Securities, Fauzan Rahman, dalam risetnya.

 

Tantangan 2026: Likuiditas dan Prospek Proyek Baru

Dalam beberapa bulan ke depan, fokus utama Waskita akan tertuju pada penguatan likuiditas dan restrukturisasi lanjutan utang korporasi.
Pemerintah melalui Kementerian BUMN disebut tengah mempertimbangkan skema tambahan penyertaan modal negara (PMN) terbatas pada 2026, dengan syarat restrukturisasi internal sudah menunjukkan hasil nyata.

Dari sisi proyek, Waskita masih berharap pada proyek infrastruktur publik dan kerja sama investasi strategis, terutama di sektor transportasi dan energi. Namun, sentimen pasar terhadap saham WSKT masih tertekan, seiring risiko dilusi dari potensi penambahan modal baru.

 

Kesimpulan Receh.in

Kinerja kuartal III/2025 memperlihatkan bahwa beban restrukturisasi masih membayangi Waskita Karya. Dengan rugi bersih yang kembali membengkak, penurunan aset, dan ekuitas yang tergerus tajam, prospek pemulihan keuangan perseroan dalam jangka pendek masih terbatas.

Namun, langkah efisiensi dan restrukturisasi utang yang berkelanjutan bisa menjadi fondasi penting untuk memperbaiki arus kas di 2026, asalkan didukung peningkatan realisasi proyek dan dukungan konsisten dari pemerintah.

💬 “Waskita butuh lebih dari sekadar restrukturisasi; ia butuh model bisnis baru yang lebih efisien dan disiplin proyek agar bisa bangkit kembali,”Receh.in Market Insight.

Posting Komentar

0 Komentar