Ticker

4/recent/ticker-posts

Utang Luar Negeri RI Tumbuh Melambat, per Agustus 2025 Capai USD431,9 Miliar

Daftar Isi [Tampilkan]


Receh.in
| Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir Agustus 2025 mencapai USD431,9 miliar, atau tumbuh 2% secara tahunan (year-on-year/yoy). Meski mengalami peningkatan nominal, laju pertumbuhan tersebut melambat signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 4,2% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan ULN ini mencerminkan penyesuaian strategi pembiayaan pemerintah dan swasta di tengah ketidakpastian global yang meningkat, terutama akibat gejolak geopolitik, kenaikan biaya pinjaman global, dan fluktuasi nilai tukar dolar AS.

 

ULN Pemerintah Naik 6,7%, Masih dalam Batas Aman

BI mencatat, ULN pemerintah per Agustus 2025 sebesar USD213,9 miliar, naik 6,7% (yoy) — lebih rendah dibandingkan kenaikan 9% (yoy) pada Juli. Perlambatan ini terutama disebabkan oleh menurunnya aliran modal asing ke Surat Berharga Negara (SBN), seiring meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global dan ekspektasi perubahan arah kebijakan moneter di Amerika Serikat.

Pemerintah tetap mengelola utang luar negeri secara hati-hati, terukur, dan akuntabel. Pemanfaatannya diarahkan untuk mendukung program prioritas nasional dan memperkuat perekonomian,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan resminya, Rabu (15/10).

Pemerintah juga memastikan bahwa sebagian besar pembiayaan luar negeri difokuskan pada sektor produktif dan berdaya dorong tinggi, seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, serta mitigasi perubahan iklim.

 

ULN Swasta Terus Menurun

Di sisi lain, ULN sektor swasta mengalami kontraksi yang lebih dalam, turun 1,1% (yoy) menjadi USD194,2 miliar, setelah pada Juli sempat terkontraksi 0,2% (yoy).

Penurunan ini disebabkan oleh dua faktor utama:

  1. Menurunnya utang perusahaan non-keuangan sebesar 1,6%, terutama dari sektor manufaktur dan pertambangan, yang mengurangi ekspansi akibat pelemahan harga komoditas global.
  2. Melambatnya pertumbuhan utang lembaga keuangan menjadi 0,8% (yoy), seiring perbankan nasional yang lebih selektif dalam menarik pinjaman luar negeri untuk menjaga stabilitas likuiditas.

Perusahaan swasta domestik juga cenderung mengalihkan pembiayaan ke dalam negeri, di mana suku bunga pinjaman rupiah lebih stabil dibandingkan pinjaman valas, yang saat ini menghadapi risiko volatilitas nilai tukar.

 

Struktur ULN Tetap Sehat dan Terkendali

Meski pertumbuhannya melambat, BI menegaskan bahwa struktur ULN Indonesia masih sehat dan terkendali. Rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat 30%, relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya (29,9%). Angka ini jauh di bawah ambang batas aman internasional sekitar 60% dari PDB, yang menunjukkan bahwa posisi utang luar negeri Indonesia masih berkelanjutan.

Selain itu, komposisi ULN jangka panjang mendominasi hingga 85,9% dari total, mencerminkan risiko pembiayaan jangka pendek yang rendah dan struktur pembayaran yang lebih terkendali.

“Bank Indonesia bersama Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau perkembangan ULN agar tetap sehat, berdaya dukung terhadap pembangunan, dan tidak menimbulkan risiko makroekonomi,” tambah Ramdan.

 

Analisis Receh.in: Momentum Penyesuaian yang Sehat

Perlambatan ULN ini dapat dipandang sebagai fase penyesuaian yang sehat. Setelah periode pertumbuhan tinggi dalam dua tahun terakhir, Indonesia kini berada dalam siklus stabilisasi eksternal, di mana pembiayaan luar negeri diarahkan lebih selektif untuk proyek strategis jangka panjang.

Dari sisi kebijakan, penurunan ULN swasta sejalan dengan strategi BI dan OJK dalam mengurangi ketergantungan korporasi pada utang valas dan memperkuat hedging exposure terhadap fluktuasi kurs dolar.

Sementara itu, pertumbuhan ULN pemerintah yang moderat menunjukkan kebijakan fiskal yang berhati-hati, dengan fokus pada program pembangunan prioritas tanpa menambah risiko utang berlebihan.

 

Kesimpulan Receh.in

Dengan rasio ULN terhadap PDB sebesar 30% dan komposisi jangka panjang yang dominan, risiko utang luar negeri Indonesia tetap terkendali. Perlambatan ini justru menjadi sinyal positif bahwa kebijakan pembiayaan eksternal kini lebih selektif, adaptif, dan berorientasi pada keberlanjutan.

💬 “Di tengah ketidakpastian global, perlambatan ULN bukan sinyal pelemahan, melainkan bukti kedewasaan kebijakan fiskal dan moneter Indonesia,”Receh.in Economic Desk.

Posting Komentar

0 Komentar