Ticker

4/recent/ticker-posts

Pemodal Kakap Borong ACES di Tengah Koreksi Dalam, Ada Apa di Balik Aksi Serok Bawah?

Daftar Isi [Tampilkan]

Receh.in – Saham PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk. (ACES), emiten ritel pemilik brand Ace Hardware dan AZKO, masih berada dalam tekanan sepanjang 2025. Namun, di balik tren melemah itu, justru muncul arus masuk investor institusi global berskala besar yang kompak mengakumulasi saham di harga bawah.

Hingga Kamis (20/11/2025), ACES ditutup turun 0,93% ke level Rp426 per saham. Secara year to date, penurunannya telah mencapai 46,08%—salah satu yang terdalam di sektor ritel non-moda tahun ini.

 

Investor Global Serentak Akumulasi: BlackRock hingga Wisdom Tree Masuk Agresif

Data Bloomberg Terminal menunjukkan pergerakan yang tak biasa dari barisan pemodal kakap. BlackRock Inc., manajer aset terbesar di dunia, tercatat mengakumulasi 2,93 juta lembar ACES sepanjang Oktober–November 2025. Kepemilikannya naik menjadi 155,06 juta lembar, setelah sebelumnya tiga kuartal berturut-turut terus menjual.

Yang jauh lebih agresif adalah Wisdom Tree Inc. Perusahaan ini memborong 124,77 juta lembar hanya dalam dua bulan terakhir. Lonjakan kepemilikan mereka dramatis—dari 15,06 juta lembar pada akhir kuartal III menjadi 139,83 juta lembar.

American Century Cos. juga terlihat ikut masuk, mengangkat kepemilikan dari 1,39 juta menjadi 12,71 juta lembar. Sementara itu, The Vanguard Group Inc., yang memborong 3,85 juta lembar pada kuartal III, memilih mempertahankan posisinya sepanjang kuartal IV sejauh ini.

Aksi serok bawah yang hampir serempak ini menciptakan tanya besar—apakah investor besar melihat valuasi ACES sudah terlalu murah, atau mereka sudah mengantisipasi katalis fundamental yang belum sepenuhnya terlihat oleh pasar ritel?

 

Analis Masih Optimistis: Konsensus Harga Wajar Naik 34% dari Current Price

Tren akumulasi ini sejalan dengan pandangan analis. Dari total 30 firma riset yang mengulas ACES, sebanyak 20 menyematkan rekomendasi beli. SISAnya memilih hold—tanpa ada yang menyarankan jual.

Target harga rata-rata 12 bulan berada di Rp574 per lembarnya, memberikan potensi kenaikan sekitar 34,7% dari harga pasar saat ini. Namun optimisme tersebut tidak tanpa catatan.

Beberapa analis, termasuk Ciptadana Sekuritas, menurunkan rekomendasi dari buy menjadi hold setelah melihat tekanan margin pada kuartal III/2025. Laba usaha ACES turun 14,78% YoY menjadi Rp637,46 miliar. Sementara beban pokok penjualan dan beban usaha sama-sama membengkak di tengah permintaan barang rumah tangga yang belum sepenuhnya pulih.

Pendapatan sepanjang 2025 diproyeksikan mencapai Rp8,68 triliun—hanya naik 1,17% YoY. Tetapi laba bersih diperkirakan turun 18,27% menjadi Rp729 miliar. Artinya, pertumbuhan topline tidak cukup untuk mengimbangi kenaikan beban operasional.

 

Menjelang Nataru: Harapan Pemulihan dari Brand AZKO dan Segmen Baru ‘Neka’

Dari sisi operasional, ACES tetap menatap tahun ini dengan optimistis. Seperti tahun-tahun sebelumnya, momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) menjadi periode dengan kontribusi penjualan terbesar. Perseroan kembali menggelar program Year-End Sale dengan fokus pada produk BBQ, perlengkapan outdoor living, traveling, hingga kitchen appliances—kategori yang biasanya mencatat lonjakan permintaan musiman.

Brand AZKO, yang selama ini menjadi mesin peningkatan penjualan saat Nataru, diharapkan kembali mendorong performa kuartal IV.

Selain itu, ACES mulai memperlebar ceruk pasar lewat brand baru bernama Neka, yang menyasar masyarakat berpendapatan menengah-bawah. Langkah ini mencerminkan upaya diversifikasi terhadap kelompok konsumen yang lebih price-sensitive, di tengah tekanan daya beli barang tahan lama (durable goods).

Namun analis mengingatkan bahwa pemulihan belanja segmen ini cenderung lebih lambat. Ini menjadi salah satu alasan sebagian analis memilih menurunkan rating ACES.

 

Analisis: Apakah ACES Mulai Masuki Fase 'Oversold Fundamental'?

Kombinasi penurunan harga hampir 50%, aksi akumulasi institusi besar, dan target harga konsensus yang masih 30–35% lebih tinggi menunjukkan satu hal: pasar ritel mungkin lebih pesimistis dibandingkan investor profesional.

Kinerja ACES memang sedang tertekan, terutama margin dan belanja konsumen kelas menengah. Tetapi fundamentalnya belum sepenuhnya memburuk—pendapatan masih tumbuh, ekspansi segmen baru berjalan, dan penjualan musiman berpotensi menjadi katalis jangka pendek.

Jika pola yang terjadi di saham-saham ritel global menjadi referensi, sering kali fase terburuk harga justru muncul menjelang titik balik permintaan. Aksi borong BlackRock, Wisdom Tree, dan institusi lain memberi sinyal bahwa mereka melihat valuasi ACES sudah terlalu dalam untuk diabaikan.

Namun pertanyaannya kini kembali ke pasar: apakah sikap sabar investor institusi akan lebih tepat dibandingkan kepanikan investor ritel? Waktu yang akan menguji.

 

Posting Komentar

0 Komentar