Receh.in – Salah satu emiten konsumer, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) terus menjadi pusat perhatian di pasar modal.
Setelah aksi korporasi strategis dan rilis kinerja semesteran, sahamnya menunjukkan vitalitas dengan dibuka menguat 1,12% ke level Rp 1.810 pada perdagangan Rabu (13/8/2025).
Di balik optimisme yang dipancarkan manajemen, terdapat pandangan analis yang beragam, mencerminkan kompleksitas jalan pemulihan yang dihadapi raksasa barang konsumsi ini.
Kinerja H1-2025: Tekanan Margin di Tengah Tanda Awal Pemulihan
UNVR membukukan penjualan bersih Rp 18,2 triliun dengan laba bersih Rp 2,2 triliun pada Semester I 2025. Meskipun angka ini terkoreksi secara tahunan (YoY), ada sinyal positif yang kuat jika dilihat dari kinerja semester-ke-semester, di mana laba bersih melonjak signifikan.
Namun, riset analis menyoroti tantangan yang lebih dalam. Laba yang tertekan salah satunya disebabkan oleh penurunan Margin Laba Kotor (GPM) pada Kuartal II 2025 menjadi 48% (turun 144 bps YoY). Penurunan ini dipicu oleh kenaikan harga bahan baku utama seperti CPO (+8,5% YoY) yang bertepatan dengan pertumbuhan penjualan yang masih lemah.
Meskipun demikian, sinyal pemulihan fundamental tetap terlihat dari keberhasilan UNVR menaikkan kembali pangsa pasarnya secara volume menjadi 33,1% di Kuartal II, sebuah indikasi bahwa produk-produknya mulai kembali mendapatkan traksi di konsumen.
Respons Manajemen: Strategi "6P" dan Narasi Melawan "Rohana-Rojali"
Menghadapi dinamika pasar, termasuk fenomena "Rohana-Rojali" (rombongan hanya nanya, rombongan jarang beli), manajemen UNVR memberikan respons yang tegas dan terstruktur.
Presiden Direktur, Benjie Yap, menyatakan optimismenya untuk paruh kedua tahun ini. Optimisme ini bukan tanpa dasar. Ia mengungkap bahwa 55% dari portofolio UNVR, yang merupakan merek-merek inti, telah berhasil mencatat pertumbuhan. Ini menjadi bukti penerimaan konsumen dan ketangguhan portofolio di tengah pasar yang dinamis.
Untuk mengakselerasi pemulihan, UNVR mengadopsi kerangka kerja "6P":
- Product (Produk): Inovasi dan relevansi produk.
- Price (Harga): Kalibrasi harga yang tepat.
- Place (Tempat): Ketersediaan produk di semua kanal (omnichannel).
- Promotion (Promosi): Aktivitas pemasaran yang efektif.
- Prepositions (Preposisi): Memperkuat posisi dan nilai merek.
- Pack (Pengemasan): Kemasan yang menarik dan fungsional.
Sementara itu, Direktur Keuangan, Neeraj Lal, menepis kekhawatiran berlebih terhadap fenomena "Rohana-Rojali". Ia berargumen bahwa sebagian besar portofolio inti UNVR, terutama produk kecantikan dan perawatan pribadi, tidak terlalu terdampak karena jalur pembeliannya seringkali bukan dari mal atau ritel modern. Ia menegaskan bahwa kunci utamanya adalah memastikan ketersediaan produk di semua kanal, baik fisik maupun e-commerce, dan menciptakan produk yang memiliki daya saing kuat untuk mengubah "penanya" menjadi "pembeli".
Aksi Korporasi: Kekuatan Pendorong di Balik Buyback Rp 2 Triliun
Langkah paling konkret untuk mengembalikan kepercayaan investor adalah rencana pembelian kembali (buyback) saham senilai Rp 2 triliun. Aksi ini memiliki beberapa poin penting:
- Sinyal Valuasi: Buyback akan dilakukan pada harga maksimum Rp 1.700 per lembar saham, memberikan sinyal kuat kepada pasar mengenai valuasi minimum yang diyakini oleh manajemen.
- Jadwal Pelaksanaan: Aksi ini akan berlangsung dari 31 Juli 2025 hingga 30 Oktober 2025.
- Sumber Dana: Menggunakan dana internal, menunjukkan posisi kas dan likuiditas perusahaan yang sehat tanpa menambah utang.
- Tujuan: Meningkatkan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan menegaskan komitmen perusahaan terhadap pertumbuhan.
Pandangan Analis: Antara Optimisme Bullish dan Peringatan Sektoral
Kondisi UNVR saat ini menciptakan pandangan yang terpolarisasi di kalangan analis, yang mencerminkan pertarungan antara prospek internal perusahaan dan tantangan eksternal sektor.
|
Sekuritas |
Rekomendasi/Pandangan |
Target Harga |
Alasan Utama |
|
Mirae Asset Sekuritas |
Sangat Bullish |
Rp 2.200 |
Mengapresiasi aksi buyback dan melihat adanya perbaikan makroekonomi domestik yang akan menopang kinerja. |
|
RHB Research Sekuritas |
Trading Buy |
Rp 1.930 |
Melihat potensi kenaikan jangka pendek seiring membaiknya kinerja, namun dengan target yang lebih konservatif. |
|
IndoPremier Research |
Neutral (pada sektor) |
- |
Prospek makro yang masih lemah dan pemulihan penjualan pasca-lebaran yang lambat menjadi perhatian. UNVR bukan pilihan utama di sektor ini. |
Meskipun IndoPremier memberikan pandangan netral pada sektor, riset mereka mengungkap fakta menarik: para manajer investasi lokal justru terpantau menambah kepemilikan saham UNVR pasca rilis kinerja Kuartal II. Ini menunjukkan bahwa "smart money" kemungkinan melihat adanya potensi pemulihan yang lebih kuat dari yang terlihat di permukaan.
Titik Balik Terkonfirmasi, Namun Kecepatan Pemulihan Dipertanyakan
Unilever Indonesia (UNVR) telah berhasil mengkonfirmasi adanya titik balik. Manajemen telah meletakkan fondasi yang solid melalui strategi "6P" yang jelas dan didukung oleh aksi buyback jumbo yang memberikan kepercayaan diri pada pasar.
Namun, jalan ke depan tidak sepenuhnya mulus. Tekanan margin akibat harga komoditas dan daya beli konsumen yang menjadi tantangan bagi keseluruhan sektor consumer staples adalah rintangan nyata. Polarisasi target harga dari analis—mulai dari Rp 1.930 hingga Rp 2.200—secara sempurna menggambarkan dilema ini.
Tesis investasi pada saham UNVR kini bergeser. Pertanyaannya bukan lagi jika UNVR akan pulih, tetapi seberapa cepat dan seberapa kuat pemulihan ini dapat dieksekusi di tengah tantangan yang ada. Kinerja pada Kuartal III dan IV 2025 akan menjadi pembuktian krusial bagi strategi manajemen.
Disclaimer: Ulasan ini bersifat informatif dan didasarkan pada data yang tersedia. Ini bukan merupakan saran atau rekomendasi keuangan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab investor.

0 Komentar