Ticker

4/recent/ticker-posts

OPEC+ Batasi Kenaikan Produksi, Harga Minyak Terangkat

Daftar Isi [Tampilkan]


OPEC+ kembali jadi sorotan setelah keputusan terbarunya untuk membatasi kenaikan produksi minyak dunia bulan depan. Langkah ini langsung mengangkat harga minyak berjangka yang sempat lesu dalam beberapa pekan terakhir.

Di pasar Asia, Rabu (8/10), harga minyak mentah Brent naik 0,96 persen menjadi USD66,08 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,07 persen ke USD62,39 per barel.

Kenaikan ini terjadi setelah investor mengabaikan kekhawatiran soal potensi kelebihan pasokan, menyusul keputusan OPEC+ untuk menaikkan produksi hanya sebesar 137.000 barel per hari—angka yang tergolong kecil dibandingkan dengan opsi yang sempat dibahas dalam pertemuan akhir pekan lalu. Para analis menilai langkah itu menunjukkan sikap hati-hati dari kartel minyak tersebut di tengah pasar yang masih rentan.

“Pasar berada dalam kondisi limbo harga. Di satu sisi, ada kekhawatiran kelebihan pasokan, tapi di sisi lain peningkatan produksi ternyata tidak sebesar yang diantisipasi,” ujar Emril Jamil, analis LSEG Oil Research, dikutip Reuters. Ia menambahkan, kenaikan harga kali ini juga dipicu oleh posisi beli sejumlah trader serta pembatasan berkelanjutan terhadap aliran minyak Rusia.

Kendati demikian, reli harga minyak tampak terbatas. Analis ANZ menilai, selama pasar fisik belum menunjukkan tanda-tanda pelemahan nyata—seperti kenaikan signifikan dalam inventori minyak mentah—investor cenderung tetap mempertahankan ekspektasi moderat terhadap harga. Faktanya, pengiriman minyak Rusia masih berada di level tertinggi dalam 16 bulan terakhir, sehingga kekhawatiran gangguan pasokan mulai mereda.

Fokus pasar kini beralih ke data inventori minyak Amerika Serikat yang dirilis oleh Energy Information Administration (EIA). Data sementara dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah AS naik 2,78 juta barel untuk pekan yang berakhir 3 Oktober, sementara stok bensin dan distilat justru menurun. Pasar menunggu konfirmasi dari laporan resmi EIA untuk mendapatkan gambaran lebih akurat soal keseimbangan pasokan dan permintaan.

Dari sisi proyeksi, EIA memperkirakan produksi minyak AS masih akan mencetak rekor baru pada 2025, menembus 13,5 juta barel per hari. Angka ini bisa menekan harga dalam jangka menengah jika pasokan global kembali menumpuk. Di sisi lain, OPEC+ berupaya menjaga kestabilan harga dengan mempertahankan kebijakan disiplin pasokan yang telah mereka jalankan sejak 2023.

Pergerakan harga minyak dunia ini tentu berimbas ke negara-negara pengimpor, termasuk Indonesia. Sebagai net importer energi, setiap kenaikan harga minyak berpotensi meningkatkan beban subsidi dan memperlebar defisit transaksi berjalan. Pemerintah memang berusaha menekan ketergantungan impor dengan memperluas program biodiesel (B35 hingga rencana B50) dan pembangunan kilang baru berkapasitas total satu juta barel per hari, namun upaya tersebut belum cukup untuk sepenuhnya menahan dampak global.

Kenaikan harga minyak juga dapat mendorong inflasi domestik, terutama melalui biaya transportasi dan logistik. Karena itu, pemerintah biasanya akan menempuh kebijakan kompensasi, entah lewat penyesuaian subsidi atau pembatasan harga BBM. Bagi konsumen, situasi seperti ini bisa berujung pada peningkatan biaya hidup, meskipun efeknya mungkin tidak langsung terasa.

Sementara di pasar keuangan, kenaikan harga minyak cenderung memberi napas segar bagi saham-saham sektor energi, tetapi bisa menekan margin di sektor transportasi, logistik, dan konsumsi. Investor umumnya merespons situasi ini dengan memindahkan sebagian dana ke sektor komoditas atau energi terbarukan yang dianggap lebih defensif.

Di tengah kompleksitas pasar global, satu hal yang pasti: harga minyak tetap menjadi indikator penting arah ekonomi dunia. Setiap keputusan OPEC+, laporan EIA, atau perubahan pasokan Rusia dapat menggoyang ekspektasi inflasi, kurs mata uang, dan bahkan kebijakan fiskal di banyak negara. Dalam kondisi seperti ini, pasar keuangan bergerak di antara harapan dan kekhawatiran—menunggu kepastian di tengah fluktuasi yang tak pernah benar-benar reda.

Posting Komentar

0 Komentar