Receh.in – Emiten telekomunikasi PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) atau Surge, yang terafiliasi dengan pengusaha Hashim Djojohadikusumo, bersiap mengguncang industri internet tanah air lewat peluncuran layanan Internet Rakyat (IRA) pada Desember 2025.
Layanan ini akan menjadi salah satu implementasi Fixed Wireless Access (FWA) berbasis frekuensi 1,4 GHz, yang dimenangkan WIFI dalam lelang nasional beberapa waktu lalu. Dengan harga hanya Rp100.000 per bulan untuk kecepatan 100 Mbps tanpa batas kuota, Internet Rakyat berpotensi menjadi disrupsi terbesar dalam industri broadband Indonesia.
Surge menggandeng OREX SAI Inc. untuk menghadirkan sistem 5G FWA 1,4 GHz berbasis Open RAN pertama di dunia, menggunakan teknologi jaringan generasi terbaru dari NEC Corporation. Kolaborasi ini dirancang untuk menyediakan layanan internet cepat dan murah ke rumah tangga yang belum atau kurang terlayani jaringan fiber di seluruh Indonesia.
Anak usaha WIFI, PT Telemedia Komunikasi Pratama, telah menandatangani perjanjian distribusi dengan 26 mitra lokal untuk memulai program Go-To-Market di wilayah regional I. Sistem ini memungkinkan distribusi cepat perangkat dan layanan, sekaligus mempercepat adopsi koneksi broadband hingga lapisan masyarakat bawah.
Target Ambisius: 2,5 Juta Rumah Tersambung Hingga Akhir Tahun
Hingga September 2025, WIFI telah mencatat 1,5 juta home passed dan 813.000 home connects, dengan target 2,5 juta rumah pada akhir tahun — atau sekitar 60% tingkat adopsi (take-up rate). Ke depan, analis memperkirakan ekspansi WIFI akan semakin agresif setelah masuk ke fase FWA penuh.
Dalam riset terbaru, Sucor Sekuritas mencatat bahwa WIFI menargetkan 5 juta home passed hingga Juni 2026, dengan take-up rate sekitar 85%. Penggunaan teknologi wireless diprediksi mempercepat ekspansi jaringan hingga 1 juta rumah per bulan mulai awal 2026.
Selain mengandalkan pertumbuhan organik, WIFI juga disebut tengah menawar akuisisi PT Link Net Tbk. (LINK) dari Axiata, yang mengoperasikan jaringan 4,4 juta home passed di bawah merek XL Home.
Jika akuisisi ini berhasil dan tingkat adopsi pelanggan mencapai 50%, dengan tarif rata-rata Rp250.000 per bulan untuk layanan 500 Mbps, potensi pendapatan WIFI bisa mencapai Rp13 triliun, dengan EBITDA Rp8 triliun dan margin sekitar 60%.
Analis menilai langkah WIFI sebagai strategi transformatif, yang dapat mengubah lanskap kompetisi broadband di Indonesia. Dengan model bisnis berbasis FWA 5G dan penetrasi harga ultra-kompetitif, Surge berpotensi menjadi pemain disruptif utama di sektor telekomunikasi tetap dalam dua tahun ke depan.
Risiko dan Tantangan Ekspansi
Meski menjanjikan, ekspansi besar WIFI tidak bebas dari risiko. Dalam riset Henan Putihrai Sekuritas, setidaknya ada tiga tantangan besar yang perlu dicermati.
Pertama, regulasi pemerintah masih berperan signifikan dalam menentukan arah industri telekomunikasi. Perubahan biaya spektrum, lisensi, atau kebijakan berbagi infrastruktur bisa langsung memengaruhi profitabilitas WIFI.
Kedua, risiko teknologi. Penerapan spektrum 1,4 GHz untuk 5G FWA adalah yang pertama di dunia. Walau bekerja sama dengan pemain global seperti OREX SAI dan NEC, tetap ada risiko kegagalan teknologi yang dapat menimbulkan biaya besar.
Ketiga, risiko keuangan. Strategi ekspansi masif dan ambisi WIFI menuntut belanja modal besar, mulai dari infrastruktur jaringan, perangkat pelanggan (CPE), hingga pembangunan sistem distribusi nasional.
Namun, analis menilai kombinasi akses murah, inovasi teknologi, dan agresivitas ekspansi menempatkan Surge dalam posisi unik untuk memimpin revolusi broadband Indonesia. Jika Internet Rakyat benar-benar terealisasi sesuai janji — Rp100 ribu untuk 100 Mbps unlimited — bukan mustahil, tahun depan bisa menjadi awal era baru internet cepat dan terjangkau bagi seluruh rakyat Indonesia.
0 Komentar