Receh.in – Konsumsi bahan bakar nabati (BBN) berupa biodiesel di Indonesia bergerak naik-turun sepanjang periode September 2024 hingga September 2025. Berdasarkan data GAPKI, penggunaan biodiesel selama setahun terakhir rata-rata mencapai 1,03 juta ton per bulan, dengan pertumbuhan bulanan sekitar 1,40%. Secara nominal, pertumbuhan tersebut setara 11.330 ton setiap bulan.
Angka ini menegaskan bahwa biodiesel tetap menjadi tulang punggung bauran energi Indonesia, terutama sebagai substitusi diesel fosil. Dengan suplai bahan baku yang kuat dari kelapa sawit, konsumsi dalam negeri cenderung stabil meski tetap dipengaruhi dinamika musiman dan kebutuhan industri.
Puncak Konsumsi: Agustus 2025 Jadi yang Tertinggi
Periode puncak dalam setahun terakhir terjadi pada Agustus 2025, ketika konsumsi biodiesel mencapai 1,11 juta ton. Setelah itu, terjadi penurunan ke 1,07 juta ton pada September 2025, atau turun sekitar 3,69% secara bulanan.
Beberapa periode lain juga mencatat konsumsi tinggi, seperti Maret 2025 di level 1,097 juta ton serta Juni 2025 di kisaran 1,080 juta ton. Pola ini menunjukkan adanya korelasi dengan kebutuhan sektor transportasi, aktivitas industri, dan pemulihan ekonomi yang masih berlangsung.
Di sisi lain, Januari 2025 menjadi titik terendah dengan konsumsi hanya 916.000 ton. Bulan tersebut mencatat kontraksi terdalam dalam satu tahun, merosot 12,42% dibandingkan Desember 2024.
Kenaikan Tahunan Mencapai 14,56%
Jika dibandingkan secara tahunan, konsumsi biodiesel Indonesia menunjukkan lonjakan signifikan. Pada September 2024, konsumsi berada di 934.000 ton, sedangkan September 2025 naik menjadi 1,07 juta ton. Kenaikan sebesar 14,56% ini memperlihatkan percepatan pemakaian biodiesel yang konsisten dengan perluasan program mandatori dan meningkatnya kebutuhan energi nasional.
Kenaikan bulanan tertinggi terjadi pada Oktober 2024, ketika konsumsi naik 12,63% seiring destok industri dan persiapan memasuki akhir tahun.
Biodiesel dan Perannya dalam Transisi Energi
Sebagai bahan bakar alternatif yang dibuat dari minyak nabati seperti kelapa sawit, kedelai, hingga jarak pagar, biodiesel menawarkan dua keunggulan utama bagi Indonesia: dapat diperbarui dan lebih ramah lingkungan dibandingkan diesel berbasis minyak bumi. Penggunaannya pun tidak membutuhkan modifikasi besar pada mesin, sehingga adopsinya relatif cepat.
Dengan tren konsumsi yang meningkat secara tahunan dan produksi yang bergantung pada kekuatan industri sawit, biodiesel tetap menjadi pilar penting transisi energi nasional. Fluktuasi bulanan memang masih terlihat, namun secara makro, arah jangka panjangnya menunjukkan penguatan permintaan domestik yang stabil.
0 Komentar