Receh.in - PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) disebut-sebut menetapkan harga saham dalam Penawaran Umum Saham Perdana (Initial Public Offering/IPO) di level Rp800 per saham.
Harga Rp800 per saham itu sudah beredar di media, sekalipun dalam informasi di sistem E-IPO belum menyebut soal harga pastinya.
Anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk. itu bakal melepas sebanyak 25,54 miliar saham, sehingga perusahaan berpeluang menghimpun dana segar senilai Rp20,43 triliun.
Menurut analis, harga saham IPO Mitratel itu berpeluang naik saat listing.
“Kami melihat dengan harganya Rp 800 per saham masih ada ruang bagi Mitratel (harga sahamnya) untuk mengalami kenaikan, karena fair price-nya itu Rp 1.050 per saham,” kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, dikutip dari Kompas.com.
Namun, lanjutnya, Mitratel masih dibayangi oleh tantangan untuk bersaing dengan pemain besar lainnya yakni Sarana Menara Nusantara (TOWR) dan Tower Bersama Infrastructure (TBIG).
Sementara itu, dikutop dari Kontan, Mitratel menargetkan pendapatan tumbuh sekitar 11% setiap tahunnya dalam 2-3 tahun ke depan. Begitu juga dengan EBITDA yang dibidik dapat meningkat sekitar 13% per tahun.
Bangun 3.000 Menara Baru
Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan, setelah IPO, Mitratel akan berekspansi lebih agresif dengan meningkatkan pangsa pasar melalui ekspansi organik maupun inorganik.
Dia menyebut, dalam 4 tahun ke depan Mitratel berencana membangun 3.000 menara baru yang merupakan bagian dari pengembangan organik.
Hendra juga menyebut bahwa bahwa Mitratel berencana mengakuisisi sekitar 6.000 menara setelah IPO.
Sebagai gambaran, saat ini Mitratel memiliki 28.030 unit menara dengan 42.016 penyewaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 57% dari total menara tersebut terletak di luar pulau Jawa.
Masih mengutip dari Kontan, disebutkan bahwa sekitar 54%-55% pendapatan Mitratel berasal dari penyewaan menara yang dilakukan Telkomsel, sedangkan sisanya dari Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Hutchison 3 Indonesia masing-masing sekitar 10%.
Di sisi lain, CNBCIndonesia memberitakan soal kekhawatiran Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Gerindra Hendrik Lewerissa soal potensi insider trading (perdagangan orang dalam) dalam IPO Mitratel ini.
Hendrik mengatakan untuk menghindari adanya insider trading ini, perusahaan harus memastikan bahwa informasi yang diberikan kepada seluruh pihak, termasuk publik sama rata.
"Setiap kali melakukan IPO oleh BUMN yang menjadi kegelisahan dan kekhawatiran saya adalah terkait dengan isu insider trading," kata Hendrik dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (10/11/2021), dikutip dari CNBC Indonesia.
0 Komentar