Receh.in – Di sebuah panggung gemerlap di hadapan ribuan orang yang memujanya, seorang wanita karismatik bernama Dr. Ruja Ignatova menjanjikan sebuah revolusi.
Dengan gelar dari Oxford dan penampilan yang meyakinkan, ia mendeklarasikan bahwa mata uang kripto ciptaannya, OneCoin, akan menjadi "pembunuh Bitcoin."
Ia bukan sekadar menjual sebuah koin; ia menjual sebuah mimpi—mimpi kekayaan instan yang bisa diakses oleh siapa saja, di mana saja. Ribuan orang dari seluruh dunia, dari London hingga Uganda, terpesona.
Mereka menuangkan tabungan hidup mereka, meyakinkan teman dan keluarga untuk ikut serta. Namun, di balik fasad kemewahan dan janji-janji muluk itu, tersembunyi sebuah kebohongan kolosal yang pada akhirnya akan merenggut lebih dari $4 miliar dari tangan orang-orang biasa.
Ini adalah kisah OneCoin, penipuan Ponzi terbesar dalam sejarah kripto, dan hilangnya sang "Cryptoqueen" yang mendalanginya.
Mesin Penjual Mimpi Bernama OneCoin
Diluncurkan pada akhir 2014, OneCoin dipasarkan dengan sangat cerdik. Ia tidak menargetkan para ahli teknologi, melainkan orang awam—mereka yang mendengar desas-desus tentang Bitcoin tetapi merasa terlambat untuk ikut serta.
Lini bisnis utamanya bukanlah teknologi, melainkan penjualan "paket edukasi" tentang perdagangan dan investasi. Paket-paket ini berharga mulai dari ratusan hingga ratusan ribu Euro. Setiap pembelian paket memberikan investor "token" gratis, yang kemudian bisa digunakan untuk "menambang" OneCoin.
Di sinilah kejeniusan skemanya bermain. OneCoin mengadopsi model pemasaran berjenjang (MLM), di mana investor diberi imbalan bukan hanya dari kenaikan nilai koin mereka, tetapi juga dari merekrut anggota baru. Ini menciptakan efek bola salju yang dahsyat.
Jen McAdam, seorang wanita dari Skotlandia, adalah salah satu dari ribuan korban yang terjerat. Awalnya, ia menginvestasikan 1.000 Euro setelah diajak seorang teman.
Ketika ia melihat nilai investasinya di dasbor akun OneCoin-nya meroket sepuluh kali lipat dalam waktu singkat, ia tak ragu menambah dana dan mengajak kerabatnya bergabung. Total, komunitas kecilnya menginvestasikan lebih dari £200.000. Mimpi indah itu terasa begitu nyata.
Namun, ada satu masalah besar: semua itu palsu. Tidak pernah ada blockchain yang berfungsi di balik OneCoin. Server penambangan yang diklaim berada di Bulgaria dan Hong Kong hanyalah fiksi. Kenaikan nilai yang dilihat para investor di akun mereka hanyalah angka-angka yang diketik oleh administrator di sebuah kantor di Bulgaria.
OneCoin tidak bisa digunakan untuk membeli apa pun, dan satu-satunya cara untuk mencairkannya adalah melalui bursa internal bernama xcoinx, yang sepenuhnya dikendalikan oleh perusahaan.
Bursa itu sering kali "dalam pemeliharaan" dan pada akhirnya ditutup total pada Januari 2017, menjebak semua uang investor di dalamnya.
Runtuhnya Kerajaan Sang Ratu
Sejak awal 2016, bendera merah mulai berkibar. Para ahli kripto seperti Timothy Curry dan Bjorn Bjercke secara terbuka menyebut OneCoin sebagai penipuan, menyoroti tidak adanya teknologi blockchain yang bisa diverifikasi.
Otoritas keuangan di berbagai negara, dari Norwegia hingga Hungaria, mengeluarkan peringatan bahwa OneCoin adalah skema piramida.
Ruja Ignatova, sang "Cryptoqueen," menanggapi semua kritik dengan arogansi. Ia terus menggelar acara-acara mewah di seluruh dunia, dari Wembley Arena di London hingga Makau, meyakinkan para pengikutnya bahwa mereka adalah bagian dari sebuah gerakan revolusioner dan para kritikus hanyalah "pembenci."
Ia hidup dalam kemewahan, membeli properti mewah di Kensington, London, dan berpesta di kapal pesiar pribadinya.
Namun, di balik layar, jerat hukum mulai mengencang. Pada Oktober 2017, saat surat perintah penangkapan dari pemerintah AS dikeluarkan untuknya, Ruja Ignatova melakukan langkah terakhirnya. Ia menaiki penerbangan Ryanair menuju Athena, Yunani, dan setelah itu, ia lenyap tanpa jejak.
Kekosongan kepemimpinan diisi oleh adiknya, Konstantin Ignatov. Namun, itu tidak berlangsung lama. Konstantin ditangkap di Los Angeles pada 2019 dan kemudian mengaku bersalah atas tuduhan penipuan dan pencucian uang.
Ia mengakui bahwa OneCoin adalah penipuan dari awal hingga akhir. Salah satu pendiri lainnya, Sebastian Greenwood, dijatuhi hukuman 20 tahun penjara di AS.
Warisan Penipuan dan Pencarian yang Tak Berujung
Hingga hari ini, Ruja Ignatova masih buron dan menjadi salah satu dari sepuluh buronan paling dicari oleh FBI, dengan hadiah $5 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya.
Para korban, seperti Jen McAdam, terus berjuang mencari keadilan. Baru-baru ini, sebuah perintah pembekuan aset global dikeluarkan terhadap Ruja dan para kaki tangannya, sebuah langkah kecil dalam upaya panjang untuk mengembalikan kerugian para investor.
Kisah OneCoin meninggalkan pelajaran pahit bagi dunia investasi, terutama bagi mereka yang baru mengenal kripto:
- Waspadai FOMO (Fear of Missing Out): Dorongan emosional untuk ikut-ikutan karena melihat orang lain untung adalah musuh terbesar investor. OneCoin mengeksploitasi FOMO dengan sempurna.
- Pengetahuan adalah Kekuatan: Jangan pernah berinvestasi pada sesuatu yang tidak Anda pahami. Jika sebuah proyek kripto tidak memiliki white paper yang jelas, tim pengembang yang transparan, dan teknologi blockchain yang bisa diaudit, anggap itu sebagai penipuan.
- Lakukan Riset Anda Sendiri (DYOR): Jangan hanya percaya pada janji-janji manis dari para promotor. Cari tahu secara mandiri, baca ulasan dari sumber-sumber tepercaya, dan dengarkan suara-suara kritis.
Pada akhirnya, OneCoin bukanlah sebuah mata uang kripto. Ia adalah sebuah kultus yang dibangun di atas kebohongan, didorong oleh keserakahan, dan dipimpin oleh seorang "ratu" yang kini menjadi buronan global.
Kisahnya adalah pengingat abadi bahwa dalam dunia investasi yang bergerak cepat, janji keuntungan yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan, hampir selalu memang tidak nyata.
0 Komentar