Ticker

4/recent/ticker-posts

Dapat Limpahan Enam Smelter Hasil Korupsi, Prospek Saham TINS Makin Bersinar

Daftar Isi [Tampilkan]

 

Harga saham PT Timah Tbk (TINS) terus melesat setelah perusahaan pelat merah itu resmi menerima limpahan enam smelter dan sejumlah aset rampasan negara senilai Rp6–7 triliun dari pemerintah. Aset tersebut berasal dari hasil sitaan kasus korupsi tata niaga timah yang menjerat sejumlah pihak swasta karena terbukti melakukan aktivitas penambangan ilegal di kawasan milik TINS.

Penyerahan dilakukan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto di Bangka Belitung, Senin (6/10). Dalam kesempatan itu, Prabowo menegaskan bahwa langkah pemerintah merupakan bagian dari upaya mengembalikan aset negara sekaligus memperkuat industri hilir pertambangan nasional. “Di tempat-tempat smelter itu kita lihat sudah ada tumpukan tanah jarang dan juga ingot-ingot timah (bongkahan logam),” ujarnya.

Menariknya, di antara aset yang diserahkan ditemukan pula cadangan logam tanah jarang (rare earth elements), khususnya mineral monasit, yang volumenya diperkirakan mencapai 40.000 ton. Nilai ekonominya disebut fantastis. Jika mengacu pada harga pasar global sekitar USD200.000 per ton dan kurs Rp16.543 per dolar, potensi nilai cadangan tersebut dapat menembus Rp132,4 triliun — angka yang membuat industri pertambangan nasional kembali menjadi pusat perhatian investor.

Bagi PT Timah, penambahan enam fasilitas pengolahan (smelter) sekaligus cadangan logam tanah jarang ini bisa menjadi momentum strategis untuk memperluas portofolio bisnis. Selama ini, perusahaan memang dikenal sebagai produsen timah terbesar di Asia Tenggara, namun ekspansi ke sektor logam tanah jarang dapat membuka peluang baru di rantai pasok mineral kritis global, terutama untuk kebutuhan teknologi baterai dan industri kendaraan listrik.

Analis pasar modal sekaligus Founder WH Project, William Hartanto, menilai bahwa kabar ini memberikan sentimen positif yang kuat terhadap pergerakan saham TINS. “Kemungkinan besar ini akan direspons positif oleh pasar. Saat ini, TINS bergerak menguat dengan support di 2.600 dan resistance di 2.900. Saya merekomendasikan buy on weakness dengan target di kisaran 2.900–3.000,” ujarnya kepada Ipotnews, Rabu (8/10).

Berdasarkan data aplikasi IPOT, harga saham TINS per pukul 14.16 WIB tercatat di Rp2.630 per saham, melonjak tajam dari posisi akhir tahun lalu di Rp1.070. Dengan demikian, saham TINS sudah naik 145,8% sepanjang tahun berjalan (YtD) — salah satu kinerja terbaik di antara emiten sektor pertambangan logam.

Kenaikan ini tidak hanya ditopang oleh berita limpahan aset, tapi juga oleh ekspektasi pasar terhadap peningkatan kinerja fundamental perusahaan. Dengan tambahan smelter, kapasitas produksi TINS akan meningkat signifikan, sehingga mampu menekan biaya pemrosesan sekaligus memperkuat rantai pasok domestik.

Selain itu, potensi pengelolaan rare earth juga menjadi magnet tersendiri bagi investor. Logam tanah jarang seperti monasit, neodimium, dan lantanium kini tengah diburu industri global karena menjadi bahan utama komponen magnet permanen, chip semikonduktor, hingga kendaraan listrik. Di tengah pergeseran dunia menuju energi bersih, cadangan besar yang kini dikuasai TINS bisa menjelma menjadi “aset strategis nasional” yang bernilai ekonomi jangka panjang.

Meski demikian, analis menilai tantangan tetap ada — mulai dari kesiapan teknologi pemurnian logam tanah jarang di dalam negeri hingga kepastian regulasi tata kelola mineral kritis. Namun secara keseluruhan, pelimpahan aset ini memperkuat posisi TINS sebagai pionir industri logam strategis Indonesia.

Dengan fundamental yang kian solid, sentimen positif dari pemerintah, dan prospek ekspansi ke sektor logam masa depan, TINS kini tak hanya sekadar produsen timah, tetapi juga calon pemain utama dalam rantai pasok mineral kritis global.

Posting Komentar

0 Komentar