📌 Pokok Berita:
- Harga emas spot turun 2% ke USD3.959,48 per ounce, kembali di bawah level psikologis USD4.000 setelah investor melakukan aksi ambil untung pasca gencatan senjata Israel–Hamas.
- Penguatan dolar AS sebesar 0,5% menekan permintaan logam mulia, sementara harga perak, platinum, dan paladium juga ikut melemah.
- Meski terkoreksi, harga emas masih naik 52% sepanjang tahun 2025, ditopang pembelian bank sentral, tensi geopolitik, dan ekspektasi pelonggaran suku bunga The Fed.
Recehin — Harga emas dunia berbalik melemah tajam pada perdagangan Kamis (9/10), terseret aksi ambil untung investor menyusul kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang meredakan sebagian ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Emas spot anjlok 1,96% ke level USD3.959,48 per ounce, sementara kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember turun 2,4% menjadi USD3.972,6 per ounce, menurut laporan Reuters dari Bengaluru.
Penurunan ini menandai koreksi signifikan setelah reli besar pada sesi sebelumnya, di mana harga emas sempat menembus USD4.059 per ounce, rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Dolar AS Menguat, Tekan Permintaan Emas
Dilansir Ipotnews, penguatan indeks dolar (DXY)
sebesar 0,5% ke dekat puncak dua bulan membuat harga emas menjadi
relatif lebih mahal bagi investor non-AS.
“Penguatan dolar dan aksi ambil untung menjadi kombinasi yang menekan pasar
emas hari ini,” kata Tai Wong, analis logam mulia independen yang
berbasis di New York.
Menurutnya, sentimen positif terhadap risiko kembali pulih
setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata Gaza, yang menjadi
tahap awal dari inisiatif perdamaian Presiden AS Donald Trump.
Kesepakatan itu mencakup penghentian operasi militer, penarikan sebagian
pasukan Israel, serta pertukaran sandera dengan tahanan Palestina — langkah
yang dinilai pasar sebagai sinyal stabilitas di kawasan.
“Emas bereaksi terhadap penurunan ketegangan. Namun, faktor struktural seperti pembelian bank sentral dan ketidakpastian fiskal global tetap menjadi fondasi bullish jangka panjang,” ujar Wong.
Reli Panjang Terhenti, Tapi Prospek Masih Kuat
Sebelumnya, reli emas sepanjang 2025 ditopang oleh kombinasi
ketegangan geopolitik, penurunan imbal hasil obligasi, serta ekspektasi
pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Sejak awal tahun, harga emas telah menguat 52%, menjadikannya salah satu
aset berkinerja terbaik di antara komoditas global.
Risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan September menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat The Fed membuka ruang dua kali pemangkasan suku bunga tambahan hingga akhir 2025, dengan peluang pemotongan 25 basis poin pada pertemuan Oktober mendekati 95%, menurut CME FedWatch Tool.
“Selama tren penurunan suku bunga dan pembelian emas oleh bank sentral terus berlanjut, tren jangka menengah tetap positif,” ujar Ibrahim Assuaibi, analis mata uang dan komoditas.
Bank sentral global, termasuk Tiongkok, India, dan Polandia, tercatat meningkatkan pembelian emas dalam jumlah besar sepanjang 2025 sebagai bentuk diversifikasi cadangan devisa dan perlindungan terhadap inflasi global.
Kinerja Logam Mulia Lainnya
Tidak hanya emas, harga perak juga melemah 0,2%
ke USD48,93 per ounce, setelah sehari sebelumnya sempat menyentuh USD51,22
per ounce, rekor tertingginya dalam lebih dari satu dekade.
Sementara itu, platinum turun 2,4% ke USD1.622,25 per ouncedan paladium melemah 1,7% menjadi USD1.425,36 per ounce.
Analis mencatat, pasar perak mulai menunjukkan tanda penurunan likuiditas akibat pembelian besar-besaran oleh ETF dan investor institusi, terutama di London dan Amerika. Beberapa lembaga keuangan besar, termasuk Kotak Mahindra Bank di India, bahkan telah menunda pembelian ETF perak baru karena keketatan pasokan fisik.
Outlook: Konsolidasi Sebelum Kenaikan Baru
Meski terkoreksi, sebagian besar analis melihat penurunan
harga emas kali ini bersifat teknikal dan sementara.
Menurut Tai Wong, “Emas mungkin akan terkonsolidasi di kisaran USD3.950–4.000
dalam jangka pendek, sebelum melanjutkan tren naik apabila Fed benar-benar
menurunkan suku bunga.”
Sementara itu, ketegangan geopolitik di Ukraina, ketidakpastian fiskal AS akibat shutdown pemerintahan, serta meningkatnya defisit anggaran global masih berpotensi menopang permintaan logam mulia sebagai aset lindung nilai.
💡 Ringkasan Kinerja Logam Mulia (9 Oktober 2025):
Komoditas |
Harga (USD/ons) |
Perubahan (%) |
Keterangan |
Emas (spot) |
3.959,48 |
-1,96% |
Koreksi setelah reli |
Emas (futures Desember) |
3.972,60 |
-2,40% |
Tertekan dolar |
Perak |
48,93 |
-0,20% |
Setelah rekor tinggi |
Platinum |
1.622,25 |
-2,40% |
Tertekan dolar & gencatan senjata |
Paladium |
1.425,36 |
-1,70% |
Sentimen risiko pulih |
Dengan latar fundamental yang tetap kokoh dan momentum makro yang mengarah ke pelonggaran moneter global, emas masih dipandang sebagai aset defensif utama untuk kuartal IV/2025 — meskipun investor tampaknya tengah mengambil jeda setelah reli spektakuler ke level USD4.000 per ounce.
0 Komentar