📌 Pokok Berita:
- Harga CPO naik tiga hari beruntun, didorong sentimen positif dari rencana penerapan biodiesel B50 Indonesia dan penguatan minyak nabati di Dalian.
- Trader mulai ambil untung menjelang rilis data bulanan Malaysian Palm Oil Board (MPOB) karena permintaan melemah di tengah harga tinggi.
- Penguatan ringgit dan turunnya harga minyak mentah menekan daya tarik minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel.
Harga minyak sawit mentah (CPO) terus menanjak untuk hari ketiga berturut-turut pada Kamis (9/10), seiring optimisme pasar terhadap rencana Indonesia menerapkan mandatori biodiesel B50 pada 2026. Namun, para analis memperingatkan bahwa reli ini berpotensi menghadapi koreksi jangka pendek menjelang rilis data pasokan dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB).
Mengutip Reuters, harga kontrak berjangka CPO untuk pengiriman Desember 2025 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 26 ringgit atau 0,57% ke posisi 4.571 ringgit per metrik ton (USD1.085,23) pada jeda perdagangan siang.
Kenaikan ini mengikuti penguatan harga minyak nabati di bursa Dalian, terutama minyak kedelai dan minyak sawit, setelah pasar Tiongkok kembali beroperasi pasca libur panjang Hari Nasional.
Menurut Paramalingam Supramaniam, Direktur Pelindung Bestari Sdn Bhd, pasar tengah diselimuti sentimen positif karena faktor kebijakan dan harga komoditas global. “Rencana biodiesel B50 Indonesia menjadi katalis kuat bagi pasar minyak sawit. Namun, reli ini bisa mudah berbalik jika tidak ada pemicu baru. Trader kemungkinan akan melakukan aksi ambil untung menjelang laporan MPOB,” ujarnya di Selangor.
Rencana Biodiesel B50 Jadi Penopang Utama
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM menegaskan
komitmennya untuk mengimplementasikan biodiesel B50 — bahan bakar
campuran dengan 50% biofuel berbasis minyak sawit — mulai 2026.
Kebijakan ini diproyeksikan dapat menekan impor solar hingga miliaran
dolar per tahun serta meningkatkan serapan CPO domestik secara
signifikan.
“Langkah menuju B50 menunjukkan keseriusan Indonesia mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil,” kata Paramalingam. “Ini tentu menjadi kabar baik bagi industri sawit dan berpotensi menjaga harga tetap tinggi hingga 2026.”
Pasar Global Masih Rentan Koreksi
Meski sentimen jangka menengah terlihat positif, sejumlah
faktor risiko masih membayangi pasar.
Para pelaku pasar memperkirakan adanya penurunan permintaan ekspor
karena harga CPO yang tinggi membuat pembeli besar seperti India dan Pakistan
mulai beralih ke minyak nabati alternatif seperti minyak kedelai dan bunga
matahari.
Kontrak soyoil di Dalian tercatat melonjak 2,51%, sementara minyak sawit di bursa yang sama naik 3,92%. Namun di Chicago Board of Trade (CBOT), harga minyak kedelai justru turun 0,27%, menandakan adanya perbedaan dinamika permintaan antar pasar.
Selain itu, penguatan ringgit Malaysia sebesar 0,05% terhadap dolar AS membuat harga CPO dalam denominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri. Kondisi ini dapat menekan volume ekspor dalam jangka pendek.
Dampak Harga Minyak Mentah
Harga minyak mentah global melemah setelah Israel dan Hamas menyepakati fase awal rencana perdamaian di Gaza, yang menurunkan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Selain itu, penguatan dolar AS memperlemah permintaan terhadap komoditas berbasis dolar, termasuk CPO.
Minyak mentah yang lebih murah biasanya menurunkan daya tarik CPO sebagai bahan baku biodiesel, karena margin produksi menjadi lebih tipis bagi produsen bioenergi.
“CPO berada di titik seimbang antara sentimen positif jangka panjang dan tekanan jangka pendek,” jelas Paramalingam. “Jika harga minyak mentah terus turun, pasar akan sulit mempertahankan reli tanpa dukungan permintaan baru.”
Menanti Data MPOB
Pasar kini menantikan laporan bulanan MPOB yang akan
dirilis pekan ini, mencakup data produksi, ekspor, dan stok minyak sawit
Malaysia per akhir September.
Investor memperkirakan adanya peningkatan stok yang dapat membatasi
kenaikan harga lebih lanjut.
“Jika data menunjukkan stok naik lebih dari 3%, pasar kemungkinan akan melakukan koreksi teknikal,” kata seorang trader di Kuala Lumpur. “Namun selama harga bertahan di atas 4.500 ringgit, tren jangka menengah masih positif.”
Dengan kombinasi kebijakan pro-biodiesel Indonesia, likuiditas
pasar Asia yang pulih, dan spekulasi pasokan terbatas menjelang akhir
tahun, harga CPO masih memiliki potensi untuk melanjutkan penguatannya.
Namun, pelaku pasar tetap disarankan berhati-hati terhadap volatilitas
jangka pendek dan aksi ambil untung menjelang laporan resmi MPOB.
0 Komentar