Ticker

4/recent/ticker-posts

Emas Lampaui USD4.100, Disokong Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga AS dan Lonjakan Ketegangan Dagang

Daftar Isi [Tampilkan]


Receh.in
| Harga emas dunia kembali mencetak rekor baru di atas US$4.100 per ons pada perdagangan Selasa (14/10) waktu New York, atau Rabu (15/10) dini hari WIB. Kenaikan tajam ini didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) bulan ini, serta lonjakan minat investor terhadap aset aman (safe haven) di tengah ketegangan dagang Amerika Serikat–China yang kembali memanas.

Emas spot tercatat menguat 0,9% ke posisi US$4.145,85 per ons, setelah sempat menembus rekor intraday US$4.179,48. Sementara itu, emas berjangka AS untuk kontrak Desember naik 0,7% ke US$4.163,40 per ons, menurut data Reuters yang dikutip dari Bengaluru.

Dengan lonjakan terbaru ini, harga emas telah melonjak 57% sepanjang tahun berjalan (year-to-date), sekaligus menembus level psikologis US$4.100 untuk pertama kalinya sejak perdagangan awal pekan.

 

Dorongan Utama: The Fed, Geopolitik, dan De-dolarisasi

Reli harga emas saat ini merupakan hasil kombinasi berbagai faktor global yang saling memperkuat. Investor semakin yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Oktober mendatang, diikuti langkah serupa pada Desember.

Kebijakan moneter yang lebih longgar akan menekan imbal hasil obligasi AS dan memperlemah dolar, yang secara historis menjadi bahan bakar utama reli harga emas. Jerome Powell, Ketua The Fed, dalam pidato terbarunya menegaskan bahwa inflasi dan pasar tenaga kerja belum menunjukkan perubahan signifikan, membuka ruang bagi pelonggaran moneter untuk menopang pertumbuhan ekonomi.

“Emas sedang menikmati momentum sempurna dari kombinasi suku bunga rendah, ketegangan geopolitik, dan tren dedolarisasi global,” ujar Peter Grant, Vice President di Zaner Metals.

Grant menambahkan, ancaman Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan tarif 100% atas produk asal China, disertai kebijakan balasan berupa pembatasan biaya pelabuhan dari pihak Beijing, menambah kekhawatiran pasar terhadap potensi perang dagang jilid baru.

Selain itu, tren de-dolarisasi global — yakni upaya banyak negara mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional — ikut memperkuat permintaan terhadap emas sebagai alternatif penyimpan nilai.

 

Prediksi Harga: Bisa Tembus USD5.000

Beberapa lembaga keuangan besar memperkirakan tren bullish emas masih akan berlanjut hingga tahun depan.
Analis dari Bank of America (BoA) dan Société Générale bahkan memperkirakan harga emas dapat menembus US$5.000 per ons pada 2026, jika tekanan geopolitik dan arah pelonggaran kebijakan moneter global terus berlanjut.

“Permintaan dari bank sentral, terutama di Asia, meningkat signifikan. Mereka mencari diversifikasi cadangan devisa dari dolar AS ke logam mulia,” tulis riset BoA.

Data World Gold Council (WGC) juga menunjukkan bahwa pembelian emas oleh bank sentral global mencapai rekor tertinggi dalam 12 bulan terakhir, dengan kontribusi terbesar dari Tiongkok, India, dan Turki.

 

Pertemuan Trump–Xi Jadi Sorotan

Situasi geopolitik AS–China akan menjadi kunci pergerakan emas dalam beberapa pekan ke depan.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengonfirmasi bahwa Presiden Trump akan bertemu Presiden Xi Jinping di Korea Selatan akhir bulan ini untuk membahas reduksi ketegangan perdagangan.

Namun, pasar masih skeptis terhadap hasil konkret dari pertemuan tersebut, mengingat tensi antara kedua negara telah merambah sektor teknologi, energi, dan infrastruktur strategis.

 

Perak Ikut Bersinar, Paladium Melejit

Tak hanya emas, harga perak spot juga sempat mencetak rekor baru di US$53,60 per ons, sebelum terkoreksi 0,9% menjadi US$51,86 per ons.
Kenaikan perak didukung oleh faktor permintaan industri dan keketatan pasokan fisik, terutama dari sektor panel surya dan semikonduktor.

Logam mulia lainnya bergerak bervariasi:

  • Platinum melemah tipis 0,3% ke US$1.640,76 per ons.
  • Paladium justru melonjak 3,2% ke US$1.521,50, didorong permintaan tinggi dari industri otomotif global.

 

Kesimpulan Receh.in

Rekor baru emas di atas US$4.100 menegaskan bahwa investor global kini kembali menjadikan emas sebagai benteng utama terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, ancaman tarif dagang, serta pergeseran struktur keuangan global menjadikan emas sebagai aset yang tidak sekadar “safe haven”, melainkan simbol kepercayaan baru terhadap nilai riil di tengah dunia yang bergejolak.

💬 “Selama ketidakpastian global belum mereda, emas akan tetap bersinar. Dan kali ini, mungkin lebih lama dari yang kita perkirakan,”Receh.in Market Insight.

 

Posting Komentar

0 Komentar