Receh.in | Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi baru di atas USD4.200 per ons, Kamis (16/10/2025) dini hari WIB, didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dan memanasnya ketegangan dagang Amerika Serikat–China yang meningkatkan minat investor terhadap aset aman (safe haven).
Rekor Baru di Tengah Ketegangan Global
Mengutip data Reuters di Bengaluru, harga emas
spot melonjak 1,3% menjadi USD4.195,35 per ons pada pukul 24.57 WIB,
setelah sempat menembus rekor intraday di USD4.217,95 — level tertinggi
sepanjang sejarah.
Sementara itu, emas berjangka AS kontrak Desember ditutup naik 0,9%
ke USD4.201,60 per ons, menandai reli panjang yang belum menunjukkan
tanda-tanda berakhir.
Analis Fawad Razaqzada dari City Index dan FOREX.com menyebutkan bahwa reli emas masih sangat kuat, didorong oleh kombinasi faktor geopolitik, moneter, dan psikologis.
“Emas berada dalam tren kenaikan tajam dan belum menunjukkan sinyal berhenti. Ketegangan dagang AS–China yang kembali meningkat membuat investor mencari perlindungan dari risiko pasar saham,” ujar Fawad.
Reli Emas Sudah Naik 60% Tahun Ini
Secara tahunan, harga emas telah naik lebih dari 60% sejak awal 2025, didukung berbagai faktor fundamental seperti:
- Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed,
- Pembelian besar-besaran oleh bank sentral global,
- Tren de-dolarisasi yang mengurangi ketergantungan dunia pada dolar AS,
- Lonjakan arus dana ke ETF berbasis emas, dan
- Tingginya ketidakpastian geopolitik global.
“Dengan level USD5.000 kini hanya berjarak sekitar USD800, tidak banyak yang berani berspekulasi melawan tren emas. Namun, koreksi jangka pendek mungkin akan terjadi untuk mengguncang investor lemah sebelum naik lagi,” tambah Fawad.
Dolar Melemah, Sinyal Dovish Powell Jadi Katalis
Pelemahan dolar AS menjadi katalis penting yang
memperkuat daya tarik emas.
Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan nada dovish dalam
pidatonya, menilai bahwa pasar tenaga kerja AS masih “lesu” dengan
tingkat perekrutan yang rendah, sehingga kebijakan moneter perlu lebih
akomodatif.
Sebagai aset tanpa imbal hasil bunga, emas cenderung diminati di lingkungan suku bunga rendah, karena menjadi instrumen lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
Pasar kini memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini — masing-masing sebesar 25 basis poin pada Oktober dan Desember — dengan probabilitas hampir pasti, yakni 98% dan 100% menurut data CME FedWatch.
Risiko Geopolitik Meningkat: AS–China dan Shutdown Pemerintah
Ketegangan geopolitik kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan kemungkinan memutus sebagian hubungan dagang dengan China, termasuk di sektor strategis seperti logam dan minyak nabati.
Langkah ini dibalas oleh Beijing dengan pengenaan biaya tambahan di pelabuhan-pelabuhan utama, memicu kekhawatiran akan eskalasi perang dagang jilid baru.
Situasi semakin rumit karena penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) di AS telah menghentikan rilis data ekonomi resmi, sehingga mempersempit pandangan kebijakan moneter dan fiskal global.
Perak Ikut Bersinar, Platinum dan Paladium Bervariasi
Reli emas juga mendorong logam mulia lainnya.
Harga perak melonjak 2,3% menjadi USD52,64 per ons, mendekati rekor USD53,60
yang dicapai sehari sebelumnya.
Kenaikan perak dipicu kelangkaan pasokan di London,
yang menciptakan kondisi backwardation ekstrem dan tarif sewa
tertinggi dalam sejarah.
Namun, analis Michael Brown dari Pepperstone mengingatkan potensi
pembalikan cepat bila pasokan fisik mulai pulih.
Adapun platinum naik 0,6% ke USD1.647,55 per ons, sementara paladium justru melemah tipis 0,2% ke USD1.523,66 per ons.
Kesimpulan Receh.in
Reli emas yang menembus USD4.200 per ons menandai babak baru dalam tren bullish komoditas global. Dengan dolar AS yang melemah, prospek suku bunga rendah, dan tensi geopolitik yang meningkat, logam mulia ini kembali menunjukkan perannya sebagai pelindung utama terhadap risiko sistemik dan inflasi global.
💬 “Emas kini bukan sekadar aset aman — ia telah menjadi simbol kepercayaan baru di tengah dunia yang penuh ketidakpastian,” — Receh.in Commodity Insight.
0 Komentar