Ticker

4/recent/ticker-posts

Emas Tembus Rekor USD4.100, Dipicu Tensi Dagang dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga

Daftar Isi [Tampilkan]


Poin Penting

  1. Harga emas dunia menembus rekor baru USD4.100 per ons, dipicu ketegangan dagang AS–China dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
  2. Analis global memperkirakan tren bullish berlanjut, dengan proyeksi dari Bank of America dan Standard Chartered bahwa harga emas bisa mencapai USD5.000 per ons pada 2026.
  3. Harga perak turut melonjak ke USD52,12 per ons, level tertinggi dalam satu dekade, di tengah kondisi pasar yang ketat dan minat investor terhadap aset lindung nilai.

 

Recehin — Harga emas dunia kembali menorehkan rekor baru, melampaui level psikologis USD4.100 per troy ounce untuk pertama kalinya, di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China serta meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada kuartal mendatang.

Pada perdagangan Senin (13/10) waktu setempat, emas spot menguat 2,2% ke USD4.106,48 per ons, setelah menyentuh rekor intraday USD4.116,77. Sementara emas berjangka AS kontrak Desember ditutup melesat 3,3% menjadi USD4.133 per ons, menurut data Reuters.

Kenaikan tajam ini memperpanjang reli sepanjang tahun yang telah membawa harga emas naik sekitar 56% sejak awal 2025, setelah menembus ambang USD4.000 per ons pekan lalu — tonggak psikologis yang menjadi simbol perubahan besar dalam lanskap pasar logam mulia global.

 

Dua Katalis Utama: Politik dan Moneter

Lonjakan harga emas terjadi akibat kombinasi faktor geopolitik dan kebijakan moneter.
Dari sisi politik, Presiden AS Donald Trump kembali memperkeras nada terhadap Beijing pada Jumat (10/10), memicu kekhawatiran pasar bahwa perang dagang baru bisa kembali meletus. Namun, meski hubungan bilateral merenggang, permintaan safe haven meningkat tajam — mendorong investor beralih ke emas sebagai aset pelindung nilai.

Sementara dari sisi kebijakan moneter, pasar kini menilai peluang 97% bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Oktober, serta 100% peluang penurunan lanjutan pada Desember 2025, menurut data CME FedWatch Tool.

Dalam rezim suku bunga rendah, emas — yang tidak memberikan imbal hasil — menjadi semakin menarik bagi investor institusional dan bank sentral. “Investor global kembali ke emas sebagai perlindungan terhadap volatilitas kebijakan dan risiko politik,” ujar Phillip Streible, Chief Market Strategist di Blue Line Futures.

 

Prediksi Analis: Potensi Menuju USD5.000

Sejumlah lembaga keuangan besar kini memperbarui proyeksi mereka terhadap harga logam mulia:

  • Bank of America (BofA) memperkirakan harga emas bisa mencapai USD5.000 per ons pada 2026, seiring meningkatnya pembelian bank sentral dan tren diversifikasi cadangan devisa global dari dolar AS.
  • Société Générale juga memperkirakan harga rata-rata emas akan menembus USD4.700 per ons dalam dua tahun mendatang.
  • Standard Chartered Bank menaikkan proyeksi rata-rata harga emas 2026 menjadi USD4.488 per ons, dan menyebut bahwa reli ini masih memiliki “tenaga panjang”, meski koreksi teknikal jangka pendek dianggap wajar.

“Reli emas ini masih didukung oleh kombinasi struktural — ketidakpastian global, ekspektasi pelonggaran moneter, dan pembelian bank sentral. Koreksi singkat justru akan membuat tren naik lebih sehat,” jelas Suki Cooper, Head of Global Commodities Research di Standard Chartered.

 

Lonjakan Logam Mulia Lainnya

Reli tidak hanya terjadi pada emas. Logam mulia lainnya juga menunjukkan performa spektakuler:

  • Perak spot melonjak 3,1% ke USD51,82 per ons, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi USD52,12 per ons, didorong kombinasi permintaan industri dan minat investasi.
  • Platinum naik 3,9% ke USD1.648,25, sementara paladium melesat 5,2% ke USD1.478,94.

Pasar mencatat kondisi pasokan yang ketat, terutama pada perak dan paladium, karena peningkatan permintaan dari industri teknologi dan energi terbarukan.

 

Risiko Koreksi Jangka Pendek

Meski tren jangka panjang terlihat kuat, sejumlah analis memperingatkan potensi koreksi teknikal dalam waktu dekat. Indikator Relative Strength Index (RSI) emas kini berada di level 80, menandakan kondisi overbought, sementara RSI perak mencapai 83.

“Dalam jangka pendek, tekanan profit-taking bisa terjadi, tetapi fundamental pasar masih bullish. Selama ketidakpastian global dan kebijakan suku bunga rendah bertahan, emas akan tetap menjadi aset unggulan,” ujar Streible menambahkan.

Dengan suku bunga global yang condong menurun, inflasi yang bertahan tinggi, serta ketegangan geopolitik yang berulang, banyak investor kini menilai emas bukan sekadar aset lindung nilai, melainkan pijakan utama dalam portofolio global baru yang didominasi oleh volatilitas dan ketidakpastian ekonomi.

Posting Komentar

0 Komentar