📌 Pokok Berita:
- PT Petrosea Tbk (PTRO), emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu, menggarap proyek tambang di Pakistan senilai Rp432 miliar (US$26,2 juta).
- Proyek ini dilakukan melalui anak usaha Petrosea Solutions Pakistan (Private) Limited dengan klien Reko Diq Mining Company, salah satu tambang emas-tembaga terbesar di dunia.
- Langkah ini menjadi bagian dari ekspansi global PTRO di bisnis jasa EPC (Engineering, Procurement & Construction) serta strategi diversifikasi usaha di luar Indonesia.
Emiten energi dan pertambangan milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Petrosea Tbk (PTRO), kembali melakukan ekspansi internasional dengan menggarap proyek tambang besar di Pakistan. Melalui anak usahanya, Petrosea Solutions Pakistan (Private) Limited, perseroan menandatangani perjanjian pelaksanaan awal (Limited Notice to Proceed) dengan Reko Diq Mining Company (Private) Limited, perusahaan pertambangan yang berbasis di Karachi.
Dalam keterangan resmi, Presiden Direktur Petrosea Michael menjelaskan bahwa nilai kontrak awal proyek ini mencapai US$26,2 juta atau sekitar Rp432 miliar, dengan jangka waktu penyelesaian sekitar 10 bulan. “Penandatanganan perjanjian ini merepresentasikan ekspansi bisnis dan pengembangan lini jasa EPC Petrosea ke pasar internasional. Ini adalah langkah strategis untuk memastikan pertumbuhan yang terdiversifikasi dan berkelanjutan,” ujarnya, Rabu (8/10).
Proyek Strategis di Salah Satu Tambang Terbesar Dunia
Reko Diq Mining Company merupakan pengelola proyek tambang emas dan tembaga Reko Diq, yang disebut-sebut sebagai salah satu tambang logam terbesar di dunia. Tambang ini berlokasi di Provinsi Balochistan, Pakistan, dan dikelola bersama oleh Barrick Gold Corporation (Kanada) serta pemerintah Pakistan.
Dalam kontrak tersebut, Petrosea akan memberikan layanan Engineering, Procurement & Construction (EPC) yang mencakup pembangunan fondasi beton untuk fasilitas dry plant dan wet plant, serta infrastruktur non-proses dan pekerjaan tanah (earthworks) secara detail. Tahap pelaksanaan proyek ini diharapkan dimulai pada akhir tahun 2025 dan menjadi tonggak pertama Petrosea dalam memperluas operasi ke Asia Selatan.
Langkah ini juga menandai peningkatan skala global Petrosea di sektor jasa pertambangan dan infrastruktur. Selama ini, PTRO dikenal sebagai kontraktor tambang terkemuka di Indonesia dengan portofolio kuat di batu bara, mineral, dan energi terbarukan.
Diversifikasi Usaha di Era Transformasi Energi
Petrosea dalam beberapa tahun terakhir aktif melakukan transformasi bisnis untuk memperluas basis pendapatan di luar sektor batu bara. Melalui anak usaha barunya, Hafar Offshore, perusahaan kini merambah ke jasa EPCI lepas pantai terpadu (offshore engineering) serta proyek-proyek energi baru dan terbarukan.
Ekspansi ke Pakistan ini menjadi bukti nyata strategi diversifikasi yang diusung Prajogo Pangestu — tokoh di balik raksasa energi dan petrokimia Barito Pacific Group. Dengan menembus pasar internasional, Petrosea berupaya memperkuat daya saing global sekaligus memperluas jaringan klien di sektor pertambangan dan energi terintegrasi.
Meski tengah menjadi sorotan positif, saham PTRO pada perdagangan Rabu (8/10) stagnan di level Rp7.275 lantaran masih dalam status suspensi bursa. Kapitalisasi pasar perseroan saat ini mencapai Rp73,63 triliun, menjadikannya salah satu emiten sektor energi dengan valuasi tertinggi di Indonesia.
Kendati belum bisa diperdagangkan secara aktif, pasar menilai langkah ekspansi ke Pakistan ini akan memperkuat fundamental PTRO ke depan, terutama di tengah tren global menuju diversifikasi energi dan peningkatan permintaan logam strategis seperti tembaga dan emas.
Dengan kontrak baru bernilai ratusan miliar dan jangkauan internasional yang semakin luas, Petrosea menegaskan posisinya sebagai pemain Indonesia yang siap bersaing di panggung global — dari Kalimantan hingga Karachi.

 
.png) 
 
 
 
 
0 Komentar