Recehin— Aktivitas perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang pekan perdagangan 6–10 Oktober 2025. Data BEI mencatat, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) melonjak 12,51% menjadi Rp28,15 triliun per hari, dibandingkan pekan sebelumnya sebesar Rp25,02 triliun per hari.
Kenaikan ini mencerminkan tingginya minat investor di pasar saham domestik, seiring dengan optimisme terhadap prospek ekonomi nasional dan stabilitas pasar keuangan global yang mulai pulih.
Frekuensi Transaksi Naik, Volume Justru Menurun
Meski nilai transaksi meningkat, data BEI menunjukkan adanya penurunan pada volume transaksi. Selama sepekan terakhir, rata-rata volume perdagangan mencapai 42,32 miliar saham per hari, turun 14,88% dibandingkan pekan sebelumnya yang mencatat 49,72 miliar saham.
Sebaliknya, frekuensi transaksi harian justru meningkat tajam sebesar 11,83% menjadi 2,93 juta kali per hari, dari 2,62 juta kali pada pekan sebelumnya. Lonjakan ini menandakan aktivitas jual beli investor semakin aktif, meskipun volume saham yang berpindah tangan lebih rendah.
Peningkatan frekuensi transaksi mengindikasikan minat investor ritel yang masih tinggi, terutama di saham-saham berkapitalisasi menengah dan kecil.
Kondisi tersebut juga menggambarkan rotasi sektor yang mulai terjadi di pasar, di mana investor melakukan penyesuaian portofolio menjelang laporan kinerja kuartal III/2025.
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Masa
Kinerja pasar saham domestik semakin solid dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil menembus rekor tertinggi sepanjang masa (all time high). Pada perdagangan Jumat (10/10), IHSG sempat menyentuh level intraday tertinggi di 8.270, sebelum akhirnya ditutup di 8.257, naik 1,72% dibandingkan penutupan pekan sebelumnya di level 8.188.
Penutupan tersebut bukan hanya menjadi rekor baru, tetapi juga memperkuat posisi IHSG sebagai salah satu indeks regional dengan performa terbaik di Asia sepanjang kuartal keempat tahun ini.
Dengan penguatan tersebut, nilai kapitalisasi pasar (market capitalization) BEI kini mencapai Rp15.560 triliun, naik 3,19% dari Rp15.079 triliun pada pekan sebelumnya.
Kenaikan market cap ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap fundamental emiten besar, terutama di sektor keuangan, energi, dan infrastruktur.
Asing Masih Jual Bersih Sepanjang Tahun
Dari sisi aliran modal asing, BEI mencatat bahwa pada perdagangan Jumat (10/10), investor asing membukukan beli bersih (net buy) sebesar Rp728,91 miliar di seluruh pasar. Namun secara kumulatif, sepanjang tahun berjalan hingga 10 Oktober 2025, investor asing masih mencatat jual bersih (net sell) senilai Rp53,49 triliun.
Meskipun demikian, analis menilai bahwa tekanan jual asing mulai mereda seiring dengan prospek penurunan suku bunga global dan stabilitas rupiah di kisaran Rp16.500–Rp16.600 per dolar AS.
Faktor makro seperti penurunan yield obligasi pemerintah Indonesia dan ekspektasi rate cut BI tahun depan menjadi katalis positif bagi aliran dana asing.
Katalis Utama: Optimisme Ekonomi dan Likuiditas Domestik
Kenaikan nilai transaksi juga didorong oleh melimpahnya likuiditas domestik, termasuk dana institusi lokal dan investor ritel yang semakin aktif di tengah tren suku bunga rendah.
Selain itu, sejumlah sentimen positif ikut menopang penguatan pasar pekan ini:
- Kinerja emiten sektor transportasi dan energi yang mencatat kenaikan tajam lebih dari 6% dalam sepekan.
- Ekspektasi penurunan suku bunga global, khususnya dari The Fed dan Bank Indonesia, yang meningkatkan daya tarik aset berisiko.
- Stabilitas politik dan fiskal dalam negeri, menjelang pembahasan RAPBN 2026 yang fokus pada akselerasi investasi dan hilirisasi industri.
Dengan nilai transaksi yang menembus Rp28 triliun per hari, pasar modal Indonesia kini berada dalam fase konsolidasi positif, di mana arus dana lokal menjadi motor penggerak utama.
Prospek Pekan Depan: IHSG Berpeluang Konsolidasi di Level Tinggi
Dengan capaian rekor baru dan lonjakan aktivitas perdagangan, analis memperkirakan IHSG akan bergerak konsolidatif di kisaran 8.200–8.300 pada pekan depan.
Beberapa faktor yang perlu dicermati investor antara lain:
- Rilis data inflasi AS dan Eropa, yang dapat memengaruhi arah kebijakan suku bunga global.
- Pergerakan harga komoditas utama, terutama minyak dan batu bara.
- Kinerja awal emiten kuartal III/2025 yang mulai diumumkan minggu depan.
Tren jangka menengah IHSG masih bullish, dengan potensi melanjutkan reli ke area 8.400 jika data ekonomi global mendukung.
Pekan perdagangan 6–10 Oktober 2025 menandai fase penguatan signifikan di pasar saham Indonesia. Lonjakan nilai transaksi harian, peningkatan frekuensi perdagangan, dan rekor baru IHSG menjadi bukti kuat bahwa kepercayaan investor terhadap pasar domestik terus tumbuh.
Dengan kombinasi likuiditas yang tinggi, sentimen global yang mulai stabil, dan proyeksi pelonggaran moneter, pasar modal Indonesia berpotensi mempertahankan momentum positifnya hingga akhir tahun.
.png)
0 Komentar