Ticker

4/recent/ticker-posts

Tol Bogor–Serpong via Parung: Rp12,35 Triliun untuk Konektivitas, Logistik, dan Pertumbuhan Ekonomi Baru

Daftar Isi [Tampilkan]


Satu lagi megaproyek infrastruktur strategis resmi dimulai. Pada Jumat (3/10), Kementerian Pekerjaan Umum, PT Bogor Serpong Infra Selaras (BSIS), dan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) menandatangani tiga perjanjian penting yang membuka jalan bagi pembangunan Tol Bogor–Serpong via Parung sepanjang 32,03 kilometer dengan nilai investasi mencapai Rp12,35 triliun.

Tiga dokumen yang diteken meliputi Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT), Perjanjian Penjaminan, dan Perjanjian Regres. Dengan penandatanganan ini, tahap persiapan resmi beralih ke fase eksekusi.

 

Skema KPBU dan Konsorsium BUMN–Swasta

Proyek ini dijalankan dengan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), di mana pemerintah bertindak sebagai regulator sekaligus pemberi jaminan, sementara pendanaan dan pelaksanaan proyek dikerjakan oleh konsorsium.

Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang dibentuk adalah PT Bogor Serpong Infra Selaras (BSIS), beranggotakan:

  • PT Persada Utama Infra (PUI) – 52%
  • PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) – 26%
  • PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) – 12%
  • PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) – 10%

Model seperti ini dianggap sebagai salah satu bentuk sinergi berkelanjutan BUMN–swasta, di mana kekuatan finansial, teknis, dan pengalaman manajemen berpadu.

 

Timeline: Dari 2026 hingga 2028

Berdasarkan rencana, proyek akan menempuh perjalanan panjang:

  • Pengadaan lahan: mulai awal 2026
  • Konstruksi: Oktober 2026 – Agustus 2028
  • Masa konsesi: 40 tahun

Artinya, investor dan publik harus menunggu setidaknya tiga tahun sebelum tol ini benar-benar beroperasi. Namun begitu berfungsi, manfaatnya diyakini akan langsung terasa pada lalu lintas Jabodetabek.

 

JORR III: Satu Potongan dari Puzzle Besar

Tol Bogor–Serpong via Parung akan menjadi bagian integral dari Jakarta Outer Ring Road (JORR) III, melengkapi jaringan jalan tol yang menghubungkan:

  • Serpong–Balaraja
  • Bogor Outer Ring Road (BORR)
  • Depok–Antasari (Desari)
  • Sentul Selatan–Karawang Barat

Dengan begitu, tol ini bukan hanya sekadar jalan baru, tapi penghubung strategis antarwilayah di selatan dan barat Jabodetabek. Menurut Menteri PU, Dody Hanggodo, keberadaan tol ini akan memperlancar arus distribusi pangan, energi, hingga logistik.

“Pembangunan jalan tol selalu memiliki arti strategis, bukan hanya menghadirkan infrastruktur fisik, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi nasional,” tegas Dody.

 

Dampak Ekonomi: Dari Logistik hingga FDI

Manfaat ekonomi proyek ini diyakini luas:

  • Menurunkan biaya logistik, dengan mempercepat waktu tempuh distribusi barang antara Bogor–Tangerang.
  • Menarik investasi asing langsung (FDI), karena infrastruktur transportasi yang kuat selalu jadi faktor utama investor global.
  • Menciptakan lapangan kerja baru, baik di tahap konstruksi maupun pascaoperasional.
  • Mendorong pertumbuhan ekonomi regional, terutama di wilayah penyangga Jakarta yang padat penduduk.

Kepala BPJT, Wilan Oktavian, menambahkan bahwa proyek ini sebenarnya prakarsa badan usaha (unsolicited project) sejak 2022, melalui proses evaluasi panjang hingga akhirnya pemenang konsorsium ditetapkan pada Juli 2024.

 

Perspektif Investor: FIRR 12,16%

Bagi pelaku pasar modal, terutama mereka yang memantau saham JSMR dan ADHI, proyek ini membawa harapan baru. Dengan estimasi Financial Internal Rate of Return (FIRR) sebesar 12,16%, proyek tol ini tergolong atraktif.

Artinya, dalam jangka panjang, arus kas dari pendapatan tol akan menopang profitabilitas konsorsium, terutama bagi Jasa Marga sebagai pemegang saham mayoritas kedua.

Direktur Utama BSIS, Eldy Ellyus, menyampaikan optimisme:

“Kami berkomitmen menghadirkan jalan tol yang tidak hanya mempercepat mobilitas, tetapi juga menciptakan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar jalur yang dilalui.”

 

Catatan Recehin: Jalan Panjang Menuju 2028

Bagi pembaca Recehin, kisah Tol Bogor–Serpong via Parung ini punya dua sisi: optimisme dan tantangan.

  • Optimisme datang dari prospek ekonomi, konektivitas, dan potensi keuntungan investasi jangka panjang.
  • Tantangan ada pada pembebasan lahan, disiplin konstruksi, serta konsistensi kebijakan pemerintah.

Jika semua berjalan mulus, 2028 bisa menjadi titik balik mobilitas Jabodetabek, di mana logistik lebih murah, konektivitas lebih lancar, dan kawasan penyangga Jakarta semakin hidup.

 

👉 Jadi, jangan hanya lihat tol ini sebagai jalan beton Rp12,35 triliun. Ia adalah urat nadi ekonomi baru, penghubung kota-kota penyangga, dan cermin dari bagaimana kolaborasi BUMN–swasta bisa membangun fondasi pertumbuhan jangka panjang Indonesia.

 

Posting Komentar

0 Komentar