Ticker

4/recent/ticker-posts

Trump Lunak ke Beijing, Dolar AS Melesat; Euro dan Yen Tertekan

Daftar Isi [Tampilkan]


Poin Penting

  1. Dolar menguat terhadap euro dan yen setelah Presiden Donald Trump melunakkan retorika dagangnya terhadap China, menenangkan pasar global yang sebelumnya terguncang oleh ancaman tarif impor besar-besaran.
  2. Indeks DXY naik 0,2% ke level 99,25, dengan penguatan terbesar terhadap franc Swiss (+0,61%) dan yen Jepang (+0,81%), di tengah ekspektasi pertemuan Trump–Xi akhir Oktober.
  3. Euro dan sterling melemah karena tekanan politik domestik di Eropa, sementara dolar Australia justru menguat 0,7% di tengah sentimen risiko yang membaik.

 

Recehin — Nilai tukar dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama pada perdagangan Senin waktu setempat, setelah Presiden AS Donald Trump melunakkan nada retorikanya terhadap China dan menenangkan kekhawatiran pasar akan perang dagang baru.

Penguatan greenback ini terjadi hanya dua hari setelah Trump mengancam akan mengenakan tarif impor hingga 100% terhadap produk China, yang sempat memicu gejolak besar di pasar saham dan mata uang global. Namun, komentar terbaru Trump yang lebih damai memicu relief rally di pasar global, termasuk di sektor ekuitas dan mata uang berisiko.

Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,2% ke posisi 99,25, memulihkan pelemahan di akhir pekan lalu.

 

Greenback Bangkit, Yen dan Euro Melemah

Dolar AS menguat 0,61% terhadap franc Swiss menjadi 0,804, sementara terhadap yen Jepang melonjak 0,81% ke level 152,36. Penguatan dolar terjadi di tengah volume perdagangan tipis karena pasar Jepang tutup untuk hari libur nasional.

Di pasar Eropa, euro melemah 0,4% ke USD1,1571, terseret ketidakpastian politik setelah Perdana Menteri Prancis Sebastien Lecornu mengumumkan susunan kabinet barunya yang dinilai pasar kurang reformis. Sementara poundsterling juga tergelincir 0,18% ke USD1,3334, tertekan ekspektasi perlambatan ekonomi Inggris akibat kebijakan fiskal yang lebih ketat.

Sebaliknya, dolar Australia (AUD) menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terbaik, menguat 0,7% ke USD0,6514, di tengah membaiknya sentimen risiko dan prospek perdagangan yang lebih positif dengan China. Dolar AS terhadap yuan offshore (CNH) justru melemah tipis 0,14% ke 7,137, menandakan stabilitas relatif di pasar Asia.

 

Nada Lunak Trump Picu Optimisme Baru

Dalam unggahan di platform Truth Social pada Minggu (12/10), Trump menulis pernyataan yang menenangkan pasar:

“Jangan khawatir soal China, semuanya akan baik-baik saja! Presiden Xi adalah orang yang sangat dihormati, hanya sedang mengalami momen sulit. Dia tidak ingin ekonominya terpuruk, begitu juga saya. Amerika ingin membantu China, bukan menyakitinya.”

Pernyataan tersebut menandai perubahan sikap signifikan setelah sebelumnya Trump mengeluarkan ancaman tarif besar pada Jumat (10/10). Nada yang lebih damai itu memicu rebound aset berisiko dan menghidupkan kembali optimisme menjelang pertemuan bilateral Trump–Xi yang dijadwalkan berlangsung di Korea Selatan akhir Oktober ini, menurut Menteri Keuangan AS Scott Bessent.

Eugene Epstein, Head of Trading and Structured Products di Moneycorp New Jersey, mengatakan perubahan arah sentimen tersebut memberi ruang bagi dolar untuk kembali menguat.

“Biasanya dolar menguat saat risiko meningkat, tapi dalam konteks perang dagang, investor justru menjual dolar. Hari ini situasinya berbalik karena tensi dagang tampaknya mulai menurun,” ujarnya dikutip Reuters.

 

Implikasi terhadap Kebijakan The Fed

Analis memperkirakan pergerakan dolar kali ini masih akan sensitif terhadap risiko geopolitik dan arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).
Thierry Wizman, analis dari Macquarie Group, menilai perkembangan negosiasi AS–China akan menjadi variabel penting dalam keputusan suku bunga The Fed pada akhir bulan.

“Jika ancaman tarif tetap menggantung hingga pertemuan FOMC 29 Oktober, The Fed kemungkinan akan lebih berhati-hati. Inflasi AS yang masih tinggi membuat bank sentral sulit menurunkan suku bunga terlalu cepat,” jelasnya.

 

Situasi Politik Asia dan Eropa Jadi Sorotan

Di Asia, penguatan dolar terhadap yen juga didorong ketidakpastian politik di Tokyo setelah partai Komeito menarik diri dari koalisi pemerintahan. Keputusan itu menekan peluang Sanae Takaichi untuk menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang, dan memicu ketidakpastian pasar.

Sementara di Eropa, minimnya dorongan kebijakan baru dari kabinet Prancis dan masih lemahnya inflasi kawasan euro membuat investor kembali mengalihkan dana ke dolar AS dan aset dolar berbunga tinggi.

Dengan ketegangan AS–China yang mulai mencair dan dolar kembali menjadi pilihan utama di tengah pergeseran risiko global, pasar kini menantikan sinyal lanjutan dari pertemuan Trump–Xi. Para pelaku pasar memperkirakan greenback akan tetap mendominasi perdagangan mata uang global menjelang akhir Oktober, setidaknya hingga kejelasan arah kebijakan dagang dan suku bunga AS terungkap.

Posting Komentar

0 Komentar