Receh.in – PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), emiten tambang kongsi Grup Bakrie dan Grup Salim, memasuki fase transformasi besar dengan melakukan ekspansi agresif ke sektor mineral selain batu bara. Langkah terbaru adalah akuisisi penuh tambang emas asal Australia, Wolfram Limited (WFL), yang diyakini menjadi katalis penting bagi stabilitas dan pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Dengan valuasi batu bara yang cenderung menurun dan pasar global yang semakin menuntut diversifikasi, manuver BUMI ini dinilai tepat waktu sekaligus strategis.
Akuisisi Wolfram: Fondasi Baru Pendapatan Non-Batubara
BUMI resmi memiliki 100% saham Wolfram Limited setelah merampungkan pembelian tahap kedua pada 7 November 2025. Total nilai akuisisi mencapai Rp698,98 miliar atau sekitar A$63,5 juta. Wolfram memiliki dua aset tambang emas utama:
- Crush Creek dengan cadangan 191 ribu oz dan sumber daya 470 ribu oz
- Mount Carlton dengan cadangan 129 ribu oz dan sumber daya 197 ribu oz
Menurut analisis Samuel Sekuritas, akuisisi ini memberikan nilai tambah karena membuka sumber pendapatan baru di luar batu bara. Dampak ekonominya diperkirakan mulai terlihat pada 2026, ketika BUMI menyiapkan investasi capex US$5,8 juta untuk memulai produksi komersial tahap flotasi mulai Juni 2026.
Pada fase lanjutan, perusahaan berencana membangun fasilitas Carbon-in-Leach (CIL) pada 2029 dengan belanja modal US$45,5 juta, yang akan meningkatkan skala produksi emas.
Jika Wolfram mencapai volume penjualan 40.000 oz pada 2027, segmen emas diproyeksikan dapat memberikan tambahan pendapatan US$221 juta, naik 13,6% dari estimasi sebelumnya. Dengan potensi ini, Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli untuk BUMI dengan target harga Rp300, atau potensi kenaikan 34%.
Selain emas dan tembaga, BUMI juga menyiapkan diversifikasi ke bauksit melalui kesepakatan pembelian 45% saham Laman Mining, senilai total US$59,1 juta. Transaksi dilakukan bertahap hingga Oktober 2026 dan menjadi pijakan ekspansi BUMI di mineral strategis domestik.
Di Tengah Pasar Batu Bara Melemah, Kinerja BUMI Tetap Stabil
Meski laba bersih BUMI pada kuartal III/2025 turun drastis 76,1% YoY menjadi US$29,4 juta, operasional perusahaan masih menunjukkan stabilitas.
- Pendapatan Januari–September 2025: US$1.037,3 juta (+11,9% YoY)
- Beban pokok: naik moderat 5,1%
- Laba usaha: melesat 231,9% YoY menjadi US$84,4 juta
- Arus penjualan batu bara: 54,5 juta ton (turun 2%)
- Harga rata-rata (FOB): US$60,4/ton (vs US$73,7 tahun lalu)
Produksi dan penjualan batu bara memang menurun, tetapi efisiensi dan pengelolaan biaya memungkinkan BUMI menjaga profitabilitas usaha.
Pada saat harga komoditas berfluktuasi dan persaingan meningkat, kemampuan mempertahankan kinerja operasional menunjukkan kekuatan struktur biaya dan efektivitas manajemen risiko perusahaan. Samuel Sekuritas menilai pendapatan dan laba bersih BUMI selama Januari–September masih sejalan dengan estimasi tahunannya, sehingga potensi rebound pada kuartal IV—ditopang musim dingin—masih terbuka.
Transformasi Portofolio: Menuju BUMI yang Lebih Terdiversifikasi
Ekspansi BUMI ke emas dan bauksit merupakan bagian dari transformasi jangka panjang untuk memperkuat portofolio mineral penting yang lebih tahan siklus. Bila seluruh proyek berjalan sesuai rencana, pendapatan perusahaan tidak lagi didominasi batu bara seperti satu dekade terakhir.
Aksi korporasi ini sekaligus menjadi sinyal bahwa BUMI ingin berada di jalur pertumbuhan yang lebih berkelanjutan, tidak hanya bergantung pada harga batu bara global yang kian volatil.
Dengan kombinasi stabilitas operasional, pipeline proyek baru, dan proyeksi kontribusi pendapatan dari tambang emas Wolfram pada 2026–2029, saham BUMI kembali menjadi perhatian investor institusi.
Kesimpulannya, BUMI sedang membangun mesin pertumbuhan baru. Jika diversifikasi berjalan lancar dan produksi emas mencapai target, BUMI berpotensi memasuki siklus pertumbuhan berikutnya—lebih stabil, lebih terdiversifikasi, dan tidak lagi sepenuhnya digantungkan pada batu bara.
Bagi investor yang menunggu titik balik strategis, transformasi bisnis BUMI ini adalah momentum yang layak dicermati.
0 Komentar