Receh.in – PT Bumi Resources Tbk (BUMI) resmi memaparkan rencana besar transformasi perusahaan menjadi Global Holding Company dengan portofolio yang jauh lebih berimbang antara batubara dan mineral. Dalam materi Public Expose yang dirilis Senin (24/11), perseroan menegaskan komitmen untuk mengurangi ketergantungan pada pendapatan batubara melalui diversifikasi agresif ke sektor mineral, logam, bahan kimia, hingga produk hilirisasi bernilai tambah.
Percepatan Diversifikasi, Portofolio Non-Batubara Ditargetkan Capai 50% pada 2031
BUMI menjelaskan bahwa saat ini bisnis perseroan masih sangat didominasi komoditas batubara. Namun dalam jangka menengah, perusahaan percaya mampu mengakselerasi porsi pendapatan dari mineral dan produk non-batubara lainnya. Target jangka panjangnya jelas: pada Tahun Buku 2031, kontribusi pendapatan non-batubara ditargetkan mencapai 50%, setara dengan kontribusi dari segmen batubara.
Proyeksi internal menunjukkan arah transformasi yang konsisten. Pada 2023, komposisi pendapatan perseroan masih 98% dari batubara dan hanya 2% dari non-batubara. Pada 2024, porsi non-batubara meningkat menjadi 5%. Manajemen memproyeksikan angka itu naik menjadi 10% pada 2025, sebelum bergerak bertahap hingga mencapai titik berimbang pada 2031.
BUMI menilai diversifikasi ini krusial untuk memperkuat fondasi bisnis jangka panjang di tengah dinamika permintaan batubara global dan percepatan transisi energi. Hilirisasi produk dan pengembangan portofolio mineral serta logam akan menjadi fokus utama dalam fase ekspansi perusahaan beberapa tahun ke depan.
Situasi Batubara Global Stagnan, Produksi Domestik Diproyeksikan Menurun
Dalam laporannya, manajemen BUMI menyebutkan bahwa permintaan batubara global pada 2025 diperkirakan stagnan dibandingkan 2024. Penurunan permintaan dari China dan India sebagian terkompensasi oleh kenaikan dari negara lain. Meski demikian, China tetap menjadi konsumen utama, terutama dari sektor pembangkit listrik yang masih tumbuh seiring peningkatan kebutuhan energi dan penetrasi energi terbarukan.
Di dalam negeri, tren produksi juga menunjukkan perlambatan. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, produksi batubara Indonesia turun 15% secara tahunan menjadi 509 juta ton. Volume ekspor juga melemah 4,7% akibat penurunan permintaan dari China sebesar 16% dan India sebesar 12%.
Kementerian ESDM memproyeksikan produksi nasional pada 2025 hanya sekitar 750 juta ton, turun 10% dari realisasi 2024 yang mencapai 836 juta ton. Sementara untuk 2026, produksi diperkirakan tidak melebihi 700 juta ton.
Dengan tekanan global dan domestik tersebut, strategi BUMI untuk memperluas portofolio mineral dinilai menjadi langkah penting untuk menjaga ketahanan pendapatan dan memastikan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.
0 Komentar