Receh.in – PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) akhirnya menyentuh tonggak penting pada kuartal III/2025: untuk pertama kalinya sejak merger, perusahaan mencatat laba sebelum pajak positif. Momen ini memicu optimisme baru dari pasar dan analis terhadap salah satu emiten teknologi terbesar di Indonesia tersebut.
Mayoritas sekuritas tetap mempertahankan rating bullish untuk saham GOTO. Dari 32 analis yang memantau, 24 analis atau 75,9% merekomendasikan beli, dengan target harga rata-rata Rp91,18 dalam 12 bulan—setara potensi return 42,5% dari harga terkini Rp64.
Jalan Menuju Laba: Fintech dan Gojek Jadi Mesin Baru Pertumbuhan
Perbaikan kinerja GOTO sepanjang 2025 tidak lepas dari keberhasilan dua unit bisnis utamanya: Goto Financial (GoPay) dan Gojek.
Pada kuartal III/2025, GOTO mencatatkan:
- Laba sebelum pajak (adjusted): Rp62 miliar (naik Rp728 miliar YoY)
- EBITDA disesuaikan kuartalan: Rp516 miliar
- EBITDA disesuaikan 9 bulan: Rp1,3 triliun dari target Rp1,4–1,6 triliun
- Target kinerja 2025 direvisi naik menjadi Rp1,8–1,9 triliun
Fintech menjadi lokomotif dengan EBITDA Rp136 miliar—tertinggi dalam sejarah GoPay. Layanan On-Demand Services (ODS) alias Gojek mencetak EBITDA Rp336 miliar, juga memecahkan rekor margin.
Secara tahunan, GOTO melaporkan pendapatan bersih Rp13,29 triliun, naik 14% YoY. Pertumbuhan paling menonjol berasal dari imbal jasa e-commerce yang melesat 43,16% YoY. Biaya dan beban juga terpangkas 1,43% YoY, membantu memperbaiki rugi usaha menjadi hanya Rp222,37 miliar, turun 89,16% dari kuartal sebelumnya.
Dampaknya terasa langsung pada bottom line: rugi bersih menyusut drastis menjadi Rp775,55 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan Rp4,31 triliun setahun lalu.
Menurut analis, dua hal menjadi fondasi kunci perbaikan ini:
- Model bisnis fintech yang semakin efisien dan penetrasi GoPay di segmen mass market
- Margin Gojek yang membaik lewat inovasi layanan dan skala operasional yang lebih ramping
Keduanya membuat GOTO kini dapat menghasilkan laba operasional berbasis kas—sebuah transformasi besar dibandingkan era bakar uang 2021–2023.
Prospek 2026: GOTO Diprediksi Cetak Laba Bersih Perdana
Sentimen optimistis tidak hanya untuk 2025. Sebanyak 22 analis memperkirakan GOTO akan mencetak laba bersih pertama kali pada 2026, menandai titik balik sejak mencatatkan rugi tahunan terus menerus.
Proyeksi konsensus:
- Laba bersih 2026: Rp687,6 miliar (+185,49% YoY)
- Rugi bersih 2025: menyusut ke Rp804,2 miliar (vs rugi Rp5,15 triliun pada 2024)
- Pendapatan 2025: Rp18,14 triliun (+14,17%)
- Pendapatan 2026: Rp20,93 triliun (+15,36%)
Secara keseluruhan, analis melihat bahwa GOTO berada dalam lintasan menuju profit yang berkelanjutan, terutama karena:
- Ekosistem fintech yang makin terintegrasi dengan operasi Tokopedia
- Lonjakan bisnis pembayaran yang mendorong pertumbuhan produk pinjaman
- Gojek yang semakin efisien dan profitable
- Penguatan arus kas bebas
Dukungan kebijakan moneter yang lebih akomodatif pada 2026 juga diproyeksikan memberi ruang tambahan bagi pertumbuhan sektor teknologi digital.
GOTO Sudah Berubah, Pasar Mulai Percaya Lagi
Perbaikan kinerja GOTO yang konsisten sepanjang 2025 membuka babak baru bagi perusahaan yang sempat diragukan kelangsungan bisnisnya. Dengan EBITDA yang mencapai rekor, biaya yang semakin ramping, serta dua motor pertumbuhan yang sama-sama masuk zona untung, pasar menilai transformasi GOTO kini nyata.
Jika proyeksi analis terealisasi, 2026 akan menjadi tahun GOTO mencetak laba bersih pertama kalinya—sebuah pencapaian yang dapat mengubah cara investor memandang valuasi emiten teknologi ini.
Dengan kombinasi katalis profitabilitas, proyeksi pertumbuhan pendapatan dua digit, dan potensi konsolidasi bisnis yang lebih efisien, saham GOTO kembali berada di radar utama investor yang memburu rebound jangka menengah sektor digital.
0 Komentar