Receh.in – Saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) terus menunjukkan tren peningkatan dalam tiga bulan terakhir, didorong oleh kinerja kuartal III/2025 yang solid. Meski pada perdagangan Senin (17/11) sahamnya terkoreksi 3,72% ke Rp2.330, posisi tersebut tetap mencerminkan lonjakan 50,32% dalam tiga bulan dan 10,10% year to date. Banyak analis kini menilai saham unggas ini kembali memiliki daya tarik setelah dua tahun penuh volatilitas.
Kinerja Kuartal III Menguat & Prospek Sektor Unggas Membuka Peluang Baru
Optimisme terhadap JPFA terus menguat setelah perseroan
mencatat peningkatan laba di tengah pasar unggas yang lebih stabil.
Hingga kuartal III/2025, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk naik 15,05% YoY menjadi Rp2,41 triliun.
Penopang utamanya adalah pertumbuhan penjualan di seluruh segmen usaha.
Dalam sembilan bulan pertama 2025, penjualan neto mencapai Rp43,10 triliun, tumbuh 4,42% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Segmen pakan ternak masih mendominasi dengan kontribusi 40,1%, sedangkan makanan olahan unggas menyumbang 25,9%. Pertumbuhan tercepat terjadi pada segmen pengolahan hasil ternak yang melompat 20,72% YoY menjadi Rp7,72 triliun.
Dari sisi biaya, beban pokok penjualan tumbuh moderat. Bahan baku naik 2,61% YoY, sementara beban pabrikasi meningkat 10,62%. Dengan pergerakan itu, laba bruto JPFA menguat 9,71% YoY menjadi Rp8,71 triliun.
Laba periode berjalan tercatat Rp2,63 triliun, didorong kontribusi positif dari ventura bersama serta penurunan beban keuangan. Turunnya suku bunga dan normalisasi harga unggas pada semester II ikut memperkuat ruang laba.
Di pasar, 27 analis kompak memberikan rekomendasi beli, dengan target harga konsensus Rp2.663,80 atau potensi kenaikan sekitar 14,32% dalam 12 bulan. Secara valuasi, JPFA diperdagangkan pada PER 8,2 kali, jauh lebih murah dari pesaing utamanya CPIN yang dihargai 21 kali.
Proyeksi 2025–2026: Sektor Unggas Memasuki Siklus Positif
Maybank Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy on weakness dengan target harga Rp2.800. Analis menilai momentum pemulihan laba JPFA akan berlanjut karena beberapa faktor utama:
- Harga ayam yang telah kembali normal
- Pertumbuhan bisnis produk konsumen
- Perbaikan margin grup
- Yield dividen yang menarik sekitar 5%
Maybank memperkirakan pendapatan JPFA sepanjang 2025 mencapai Rp63,86 triliun (+14,44% YoY) dan laba bersih naik ke Rp3,50 triliun (+15,99% YoY).
Sementara itu, OCBC Sekuritas melihat prospek 2026 semakin cerah. Dengan permintaan unggas yang stabil, program makan bergizi gratis pemerintah, dan kebijakan moneter yang akomodatif, sektor unggas diperkirakan memasuki siklus positif jangka menengah.
OCBC menaikkan estimasi pendapatan JPFA menjadi:
- Rp58,3 triliun untuk 2025 (+2,3% dari proyeksi awal)
- Rp61,8 triliun untuk 2026 (+4,3%)
Proyeksi laba bersih juga terkerek menjadi:
- Rp3,2 triliun untuk 2025 (+17,8%)
- Rp3,5 triliun untuk 2026 (+30,9%)
OCBC mempertahankan rekomendasi buy dengan target harga Rp3.200, salah satu yang tertinggi di pasar.
Secara keseluruhan, konsensus memperkirakan:
- Pendapatan 2025: Rp58,98 triliun (+5,71%)
- Laba bersih 2025: Rp3,25 triliun (+7,74%)
- Pendapatan 2026: Rp63,36 triliun (+7,43%)
- Laba bersih 2026: Rp3,70 triliun (+13,89%)
Masih Layak Dikoleksi?
Meski JPFA sudah naik tajam dalam tiga bulan terakhir, prospek 2026 terlihat semakin solid. Peningkatan permintaan unggas, stabilisasi harga, margin yang membaik, serta dukungan kebijakan pemerintah membuat JPFA berada dalam posisi strategis untuk melanjutkan pemulihan.
Dengan valuasi yang relatif murah dan konsensus analis yang seragam memberi rekomendasi beli, JPFA masih menyimpan potensi untuk kembali “berkokok” lebih keras pada 2026—selama kondisi pasar unggas tetap stabil dan strategi efisiensi berlanjut.
Bagi investor yang mengincar emiten defensif berbasis konsumsi, momentum JPFA saat ini layak diperhatikan.
0 Komentar