Receh.in — Konglomerasi otomotif dan investasi besar PT Astra International Tbk (ASII) melaporkan laba bersih sebesar Rp24,67 triliun pada sembilan bulan pertama 2025, turun 6% year-on-year (YoY) dari Rp26,19 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan kinerja ini terutama disebabkan oleh melemahnya harga batubara global, yang menekan pendapatan segmen pertambangan grup.
Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro mengatakan, meskipun laba turun, fundamental perusahaan tetap solid berkat kontribusi dari sektor otomotif, jasa keuangan, dan ekspansi ke bisnis nontradisional.
“Kami memperkirakan kinerja tahun 2025 masih akan sejalan dengan tren saat ini, dengan dukungan dari bisnis otomotif, jasa keuangan, serta inisiatif baru di sektor kesehatan dan properti,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (31/10).
Pendapatan Stabil, Ekuitas Naik 6%
Pendapatan konsolidasian Astra tercatat Rp243,6 triliun, turun tipis 1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, ekuitas perusahaan meningkat 6% menjadi Rp227,09 triliun, dari Rp213,65 triliun di akhir 2024 — mencerminkan posisi neraca yang tetap kuat.
Segmen Otomotif & Mobilitas mencatat laba bersih Rp8,8 triliun, naik 1% YoY, ditopang oleh bisnis sepeda motor dan komponen kendaraan. Divisi Jasa Keuangan juga tumbuh 8% menjadi Rp6,7 triliun, seiring peningkatan penyaluran pembiayaan otomotif dan kredit korporasi.
Namun, divisi Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi, dan Energi yang dijalankan melalui PT United Tractors Tbk (UNTR) mencatat penurunan laba hingga 26% menjadi Rp7 triliun akibat turunnya harga batubara. Meski begitu, segmen pertambangan emas dan nikel masih menunjukkan kinerja positif dan menjadi penyeimbang di tengah tekanan harga komoditas.
Ekspansi ke Kesehatan dan Properti
Astra terus melanjutkan strategi diversifikasi portofolio. Pada 2025, grup ini memperluas investasi di sektor kesehatan dan properti logistik. Astra kini memegang 20,2% saham di PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), memperkuat eksposurnya di industri rumah sakit nasional.
Selain itu, perusahaan juga menyelesaikan akuisisi 83,7% saham PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP), emiten logistik dan pergudangan modern. Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Astra untuk memperluas sumber pendapatan di luar otomotif dan pertambangan.
Fokus ke Keuangan Sehat dan Nilai Pemegang Saham
Djony menegaskan, Astra akan tetap mengedepankan disiplin keuangan dan efisiensi operasional, sekaligus memanfaatkan kekuatan neraca keuangan untuk memperkuat nilai jangka panjang bagi investor.
“Kami tetap fokus menjaga keunggulan operasional dan kesehatan keuangan. Dengan neraca yang kuat, Astra siap menangkap peluang pertumbuhan sekaligus memberikan nilai tambah bagi pemegang saham,” tutur Djony.
Outlook: Diversifikasi Jadi Penopang
Meski tekanan dari harga komoditas masih berlanjut, analis menilai diversifikasi bisnis Astra di sektor keuangan, logistik, dan kesehatan akan menjadi sumber pertumbuhan baru dalam dua tahun ke depan.
Dengan posisi kas yang solid dan portofolio aset strategis, Astra diperkirakan mampu menjaga kinerja stabil di tengah ketidakpastian global — sekaligus memperluas transisi menuju model bisnis berorientasi investasi jangka panjang.

0 Komentar