Ticker

4/recent/ticker-posts

Laba Bersih Harum Energy (HRUM) Turun 69% di Kuartal III-2025, Tertekan Biaya Bunga Pinjaman

Daftar Isi [Tampilkan]


Receh.in —
Emiten pertambangan terdiversifikasi PT Harum Energy Tbk (HRUM) melaporkan laba bersih sebesar US$37 juta sepanjang sembilan bulan pertama 2025, anjlok 47% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Capaian ini di bawah proyeksi analis dan konsensus pasar, masing-masing baru mencapai 47% dan 55% dari estimasi laba penuh tahun 2025, menurut laporan riset IPS Research yang disusun oleh Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan.

Pada kuartal III-2025, laba bersih HRUM merosot tajam menjadi US$8 juta, turun 77% yoy dan 69% qoq, meski pendapatan justru naik 9% qoq.

“Kinerja laba kuartal ketiga tertahan oleh lonjakan beban bunga hingga US$28 juta, dibandingkan hanya US$4 juta pada kuartal sebelumnya,” tulis IPS dalam risetnya, Sabtu (1/11).

 

Beban Bunga Jadi Penekan Utama Laba Bersih

Lonjakan biaya bunga terjadi setelah HRUM melakukan penarikan pinjaman senilai US$381 juta pada kuartal ketiga, yang meningkatkan beban keuangan secara signifikan.
Di sisi lain, laba kotor (gross profit) justru naik 6% qoq berkat perbaikan margin di segmen nikel, sementara biaya operasional (opex) relatif stabil di kisaran US$23 juta.

“Kinerja operasional masih solid, terutama dari sisi nikel, namun peningkatan beban bunga menyebabkan tekanan besar terhadap laba bersih,” ungkap IPS Research.

 

Operasional: Nikel Menguat, Batu Bara Stagnan

Pendapatan HRUM pada kuartal III-2025 didukung oleh kenaikan volume penjualan nikel sebesar 13% qoq, sementara bisnis batu bara cenderung flat.
Harga jual rata-rata (average selling price/ASP) batu bara tercatat stabil di US$77 per ton, dengan volume penjualan 1,5 juta ton (-2% qoq).

Stripping ratio (SR) naik menjadi 11x, yang sedikit menaikkan biaya produksi batu bara menjadi US$48 per ton.
Manajemen memperkirakan volume batu bara pada kuartal IV-2025 akan berada di kisaran 1,1–1,4 juta ton, sesuai target tahunan 5–5,3 juta ton (9M25: 3,9 juta ton).

Sementara itu, segmen nikel mencatat peningkatan yang signifikan:

  • Volume penjualan naik +13% qoq menjadi 20,9 ribu ton
  • EBITDA segmen nikel tumbuh +10% qoq menjadi US$21,8 juta
  • Penjualan nikel matte naik +15% qoq, didorong oleh harga matte yang lebih kuat sepanjang 3Q25.

Selain itu, anak usaha PT Position berhasil menjual 270 ribu wmt bijih nikel sejak Juli 2025, meski masih di bawah kuota RKAB tahunan sebesar 1,8 juta wmt.

 

Prospek: Fokus Pemulihan dan Proyek HPAL

Meski kuartal ketiga mencatat penurunan laba tajam, HRUM tetap memiliki prospek positif berkat potensi pemulihan margin dan kontribusi proyek High Pressure Acid Leach (HPAL) yang sedang digarap melalui anak usaha Bumi Sulawesi Enamel (BSE).

“Kami mempertahankan pandangan positif terhadap HRUM, terutama karena peningkatan produksi nikel dan potensi proyek HPAL yang akan memperkuat diversifikasi pendapatan jangka panjang,” jelas tim riset IPS.

 

Rekomendasi: BUY, Target Harga Rp1.150 per Saham

IPS mempertahankan rekomendasi BUY untuk saham HRUM dengan target harga Rp1.150 per saham, seiring potensi pemulihan laba di kuartal IV dan prospek bisnis nikel yang menjanjikan.
Saham HRUM saat ini diperdagangkan di level valuasi 11x FY26F P/E, relatif menarik untuk sektor logam dasar.

Namun, analis mengingatkan beberapa risiko utama bagi kinerja HRUM ke depan:

  • Keterlambatan proyek HPAL BSE,
  • Ketidakpastian kuota produksi (RKAB) 2026, dan
  • Fluktuasi harga nikel serta biaya pendanaan.

 

Sekilas Kinerja HRUM 9M25

Indikator

9M25

Perubahan (YoY)

Keterangan

Laba Bersih

US$37 juta

-47%

Di bawah estimasi IPS & konsensus

Laba Bersih 3Q25

US$8 juta

-77% yoy / -69% qoq

Tertekan beban bunga US$28 juta

Pendapatan

+9% qoq

Ditopang volume nikel +13% qoq

ASP Batu Bara

US$77/t

Stabil

Volume 1,5 juta ton (-2% qoq)

Stripping Ratio

11x

Naik

Biaya produksi US$48/t

EBITDA Nikel

US$21,8 juta (+10% qoq)

Harga matte lebih kuat

 

Posting Komentar

0 Komentar