Receh.in — Emiten jamu dan produk kesehatan terkemuka PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mencatatkan laba bersih Rp819 miliar hingga sembilan bulan pertama 2025, tumbuh 5,2% year-on-year (yoy).
Menurut laporan IPS Research yang disusun oleh Andrianto Saputra dan Nicholas Bryan, kinerja tersebut in-line dengan ekspektasi analis dan konsensus, masing-masing 65% dan 69% dari proyeksi setahun penuh, sejalan dengan rerata lima tahun terakhir sebesar 67%.
Pendapatan bersih SIDO juga tumbuh stabil 3,9% yoy menjadi Rp2,7 triliun, meski sedikit di bawah panduan perusahaan yang menargetkan pertumbuhan di atas 5% pada tahun ini.
Kuartal III: Laba Naik 28,6%, Penjualan Herbal dan F&B Melonjak
Pada kuartal III-2025, SIDO membukukan pendapatan Rp900 miliar, melesat 23,3% yoy berkat peningkatan kuat di segmen herbal (+22%) dan makanan & minuman (F&B) (+27,3%), sementara farmasi juga mencatat pertumbuhan positif 5,5% yoy.
Pertumbuhan penjualan ini didorong oleh pemulihan permintaan di jalur distribusi tradisional (GT) dan modern (MT). Penjualan dari distributor pihak ketiga bahkan melonjak 95,6% yoy, menggantikan kontribusi distributor afiliasi yang menurun 34,1% yoy.
“Peningkatan volume distribusi di kedua kanal menunjukkan pemulihan konsumsi produk herbal dan minuman kesehatan, terutama menjelang musim pancaroba,” tulis IPS Research dalam risetnya, Sabtu (1/11).
Margin Naik, Tapi Biaya Promosi Melonjak
Secara profitabilitas, gross profit margin (GPM) SIDO meningkat ke 56,2% (+360bps yoy) berkat perbaikan margin produk F&B (+774bps yoy) dan perubahan komposisi penjualan yang lebih banyak berasal dari segmen herbal — produk dengan margin tertinggi.
Namun, lonjakan biaya operasional menjadi faktor penekan utama. Opex-to-sales meningkat ke 26,2% (+336bps yoy), sebagian besar disebabkan oleh kenaikan biaya iklan dan promosi (A&P) yang melonjak +319bps yoy seiring kampanye produk baru dan rebranding di kuartal ketiga.
Dampaknya, margin laba usaha (EBIT) hanya naik tipis ke 29,9% (+24bps yoy). Meski begitu, laba bersih kuartalan tumbuh signifikan 28,6% yoy menjadi Rp218 miliar, dengan net profit margin (NPM) sebesar 24,2% (+99bps yoy).
Prospek: Stabil, tapi Terbatas oleh Daya Beli Konsumen
IPS menilai kinerja SIDO tetap solid di tengah pelemahan daya beli masyarakat kelas menengah bawah dan tingginya persaingan produk kesehatan komersial. Namun, pertumbuhan penjualan yang melambat dan kenaikan biaya promosi dapat membatasi ekspansi margin di kuartal mendatang.
“Kinerja 3Q25 cukup impresif secara top-line, namun beban promosi yang besar menekan ruang kenaikan laba operasional. Kami melihat risiko dari permintaan yang masih sensitif terhadap harga,” tulis Andrianto dan Nicholas.
Rekomendasi: HOLD, Target Harga Rp625 per Saham
Dengan mempertimbangkan keseimbangan antara pertumbuhan penjualan dan efisiensi biaya, IPS mempertahankan rekomendasi HOLD untuk saham SIDO, dengan target harga Rp625 per saham, berdasarkan valuasi 15,0x FY25F PE (-1 SD dari rerata lima tahun).
“Valuasi SIDO saat ini mencerminkan fundamental yang stabil namun tanpa katalis kuat untuk ekspansi margin. Kami lebih menyarankan posisi hold untuk investor defensif,” tulis IPS dalam risetnya.
Risiko utama: tekanan daya beli, kenaikan biaya bahan baku herbal, dan intensitas promosi produk baru yang lebih tinggi dari perkiraan.
Outlook: Konsolidasi Sehat Jelang Musim Puncak Penjualan
Analis menilai SIDO masih berpeluang mencatat pertumbuhan laba single digit di akhir 2025, terutama dari penjualan produk herbal dan minuman energi tradisional. Permintaan diperkirakan meningkat pada kuartal IV berkat musim hujan dan tren kesehatan preventif.
Dengan posisi kas kuat dan rasio dividen historis tinggi, SIDO tetap menjadi salah satu emiten defensif favorit di sektor consumer staples untuk investor jangka menengah.

0 Komentar