Receh.in – PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) melaporkan kinerja keuangan yang merosot tajam hingga kuartal III-2025. Emiten yang bergerak di sektor manufaktur, infrastruktur, dan energi ini hanya mampu membukukan laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp11,65 miliar sepanjang Januari–September 2025. Angka tersebut ambruk 97,74% dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp515,97 miliar.
Pendapatan Turun Tipis tapi Beban Membengkak, Laba Usaha Merosot
Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian Interim per 30 September 2025 yang dipublikasikan lewat laman IDX, penurunan laba bersih BNBR terutama disebabkan kombinasi antara pendapatan yang stagnan dan beban yang meningkat. Pendapatan neto BNBR turun tipis 2,57% menjadi Rp2,65 triliun, dari sebelumnya Rp2,72 triliun pada sembilan bulan pertama 2024.
Namun pada saat yang sama, beban pokok pendapatan naik dari Rp2,06 triliun menjadi Rp2,15 triliun, sehingga menekan margin profitabilitas perusahaan. Dampaknya, laba bruto BNBR merosot menjadi Rp496,80 miliar, jauh di bawah posisi September 2024 yang mencapai Rp655,66 miliar.
Kinerja operasional juga melemah signifikan. Laba usaha turun drastis ke Rp26,41 miliar, padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya BNBR masih mampu mencatatkan laba usaha sebesar Rp230,66 miliar. Secara keseluruhan, BNBR membukukan rugi neto perusahaan sebesar Rp5,87 miliar, berbanding terbalik dari laba Rp528,93 miliar per September 2024.
Penurunan tajam laba ini tercermin pada laba per saham dasar yang despresentatif anjlok dari Rp11,48 per saham pada 9M24 menjadi hanya Rp0,07 per saham pada 9M25.
Aset dan Ekuitas Meningkat, tetapi Liabilitas Juga Bertambah
Meski laba menurun drastis, posisi neraca BNBR menunjukkan pertumbuhan aset dan ekuitas. Total aset per 30 September 2025 naik menjadi Rp7,19 triliun, dari Rp6,82 triliun pada akhir 2024. Total ekuitas juga meningkat dari Rp3,91 triliun menjadi Rp4,15 triliun.
Namun, total liabilitas BNBR turut bertambah dari Rp2,91 triliun menjadi Rp3,03 triliun, menandakan tekanan keuangan yang perlu dikelola lebih hati-hati oleh perseroan.
Dengan penurunan laba tajam dan tekanan biaya yang meningkat, BNBR memasuki akhir 2025 dengan tantangan berat untuk memulihkan profitabilitas, sekaligus menjaga stabilitas keuangan perusahaan di tengah kondisi industri yang kompetitif.
0 Komentar