Receh.in — Emiten rokok besar PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menunjukkan pemulihan laba yang kuat sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Perusahaan mencatat laba bersih Rp1,1 triliun, tumbuh 11,5% year-on-year (yoy), melampaui ekspektasi analis dan konsensus yang masing-masing berada di 100% dan 172% dari estimasi setahun penuh, jauh di atas rata-rata historis lima tahun sebesar 77%.
Pendapatan bersih tercatat Rp67,3 triliun, turun 8,9% yoy, namun masih in-line dengan proyeksi analis di 76% dari target tahunan. Meskipun penjualan melemah, peningkatan margin dan efisiensi biaya operasional menjadi pendorong utama kinerja solid tersebut.
Lonjakan Laba Kuartal III-2025
Kinerja GGRM membaik tajam pada kuartal III-2025, dengan laba bersih melonjak 1.384% yoy menjadi Rp990 miliar, naik dari hanya Rp67 miliar di 3Q24. Net profit margin (NPM) naik signifikan ke 4,3% dari 0,3% tahun lalu, menandai salah satu rebound paling kuat dalam sejarah perusahaan.
Pendapatan kuartalan turun 3,8% yoy menjadi Rp22,9 triliun, dipengaruhi penurunan volume penjualan di segmen Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebesar -11,3% yoy dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebesar -5,3% yoy. Namun, kenaikan harga jual SKM sekitar +4,3% yoy dan stabilnya tarif cukai membantu memperbaiki gross profit margin (GPM) menjadi 11,0% (+153bps yoy).
Di saat bersamaan, efisiensi beban operasional (opex) semakin terasa. Opex-to-sales ratio membaik ke 6,1% (-244bps yoy), terutama karena belanja promosi (A&P-to-sales) turun tajam menjadi 1,4% (-172bps yoy). Dampaknya, EBIT margin melonjak ke 4,8% (+391bps yoy), memperkuat basis profit perusahaan di tengah penjualan yang masih melemah.
Efisiensi dan Stabilitas Pajak Dorong Prospek 2026
Menurut laporan IPS Research yang ditulis oleh Andrianto Saputra dan Nicholas Bryan, perbaikan kinerja ini mencerminkan keberhasilan GGRM dalam menjaga efisiensi biaya di tengah pasar yang masih kompetitif.
“Kami memperkirakan margin kotor 3Q25 sebesar 11% dapat dipertahankan hingga FY26, terutama karena kebijakan pemerintah yang mempertahankan tarif cukai tetap (flat) tahun depan,” tulis keduanya dalam riset yang diterbitkan Sabtu (1/11).
Selain itu, efisiensi tenaga kerja juga menjadi faktor pendukung. Rasio gaji terhadap penjualan turun menjadi 2,3% pada 9M25, dari 2,6% di FY24, seiring restrukturisasi operasional dan digitalisasi distribusi.
Dengan perbaikan ini, IPS menaikkan proyeksi laba GGRM FY25/26F masing-masing sebesar 82% dan 100%, mencerminkan keyakinan terhadap pemulihan berkelanjutan.
Rekomendasi Naik ke BUY, Target Harga Rp20.700
Sejalan dengan hasil tersebut, IPS menaikkan rekomendasi GGRM menjadi BUY, dengan target harga baru Rp20.700 per saham, naik dari sebelumnya Rp18.500. Valuasi ini didasarkan pada 11,0x FY26F PE, atau -0,5 standar deviasi dari rata-rata tiga tahun terakhir, yang dinilai masih menarik bagi investor jangka menengah.
“Momentum pemulihan laba yang kuat serta dukungan kebijakan fiskal yang stabil membuat valuasi GGRM kini jauh lebih compelling,” tulis laporan itu.
IPS juga menilai sektor rokok memiliki potensi kenaikan (sector upside) karena Kementerian Keuangan meningkatkan penegakan hukum terhadap rokok ilegal, yang selama ini menekan volume penjualan industri resmi.
Risiko dan Outlook
Risiko utama bagi GGRM tetap terkait penurunan volume penjualan dan peningkatan penetrasi rokok ilegal, terutama di pasar menengah-bawah. Namun, tren efisiensi biaya dan stabilitas cukai memberi ruang bagi margin untuk terus membaik hingga 2026.
Dengan struktur biaya yang lebih ramping dan strategi penyesuaian harga bertahap, GGRM dinilai siap memasuki fase pemulihan laba berkelanjutan, terutama jika daya beli konsumen kembali menguat di paruh kedua 2026.

0 Komentar