Receh.in – Aksi jual saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) kembali menjadi sorotan setelah sosok konglomerat Low Tuck Kwong—yang dikenal sebagai raja batu bara Indonesia—melepas sebagian kecil kepemilikannya. Langkah ini terjadi di tengah tekanan kinerja emiten batu bara serta penurunan harga saham BYAN sepanjang 2025.
Manuver Raja Batu Bara di Tengah Turunnya Saham BYAN
Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat Low Tuck Kwong menjual 1,95 juta saham BYAN, sehingga kepemilikannya turun menjadi 13,40 miliar lembar atau setara 40,22%. Meski begitu, ia tetap menjadi pemegang saham terbesar perseroan.
Aksi jual ini dilakukan saat saham BYAN sedang tidak dalam performa terbaik. Pada penutupan Selasa (18/11/2025), BYAN parkir di Rp17.600, mencerminkan koreksi 14,87% year-to-date. Penurunan harga terjadi sejalan dengan tekanan pada sektor batu bara global dan penurunan kinerja laba perusahaan.
Menariknya, manuver Low Tuck Kwong berlangsung ketika nilai kekayaannya versi Forbes menempatkannya di peringkat ke-2 orang terkaya di Indonesia dan ke-91 dunia, dengan US$24,7 miliar. Mayoritas kekayaannya masih bersumber dari kiprahnya di Bayan Resources, disusul kepemilikan di Metis Energy dan sejumlah entitas lainnya.
Laba Menyusut, Pendapatan Tergerus: Mengapa Kinerja BYAN Melemah?
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2025, Bayan Resources mencatat:
- Laba bersih turun 15,89% YoY menjadi US$522,15 juta
- Pendapatan turun tipis 1,57% YoY menjadi US$2,43 miliar
- Beban pokok meningkat 6,6% YoY menjadi US$1,66 miliar
- Laba kotor terkoreksi 15,51% YoY menjadi US$773,35 juta
Penurunan kinerja BYAN tidak lepas dari dinamika harga batu bara global yang cenderung melemah, diikuti tekanan biaya produksi. Meski pendapatan non-batu bara tumbuh, kontribusinya masih sangat kecil—hanya sekitar US$14,54 juta, dibandingkan segmen batu bara yang mendominasi.
Dari sisi neraca, total aset BYAN turun 13,55% YtD menjadi US$3,04 miliar, sementara ekuitas naik 5,65%, mencerminkan posisi fundamental yang masih solid. Adapun kas dan setara kas stabil di US$548,75 juta, hanya turun tipis dibanding akhir 2024.
Apa Artinya bagi Investor?
Aksi jual Low Tuck Kwong kali ini sangat kecil dibandingkan total kepemilikannya, sehingga lebih mencerminkan penyesuaian portofolio dibanding sinyal perubahan fundamental besar. Namun pasar tetap memperhatikannya di tengah tren pelemahan sektor batu bara.
Dengan valuasi komoditas yang berfluktuasi dan tekanan biaya, investor BYAN perlu mencermati arah kinerja kuartalan berikutnya serta strategi diversifikasi pendapatan perusahaan.
Sementara itu, status Low Tuck Kwong sebagai pemegang saham mayoritas tetap kokoh—menandakan kepercayaan jangka panjangnya pada prospek Bayan Resources, meski sahamnya sedang mengalami tekanan.
BYAN tetap menjadi salah satu emiten batu bara terbesar di Indonesia, tetapi volatilitas harga komoditas dan kinerja yang melambat menjadikannya saham yang menuntut kehati-hatian lebih bagi investor.
0 Komentar