Receh.in — Emiten farmasi pelat merah PT Indofarma Tbk (INAF) masih mencatatkan kinerja yang penuh tekanan hingga kuartal III-2025. Namun, rugi bersih perusahaan mulai menyusut 23,66% secara tahunan (YoY) menjadi Rp127,09 miliar, dibandingkan Rp166,48 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Perbaikan tersebut menunjukkan tanda-tanda stabilisasi setelah dua tahun berturut-turut perusahaan mencatatkan kerugian besar akibat beban operasional tinggi dan lemahnya penjualan.
Penjualan Turun Tipis, Rugi Bruto Sedikit Membaik
Sepanjang Januari–September 2025, INAF membukukan penjualan bersih Rp133,73 miliar, turun 3% YoY dari Rp137,87 miliar pada 9M24. Meskipun pendapatan turun, beban pokok penjualan juga berhasil ditekan menjadi Rp145,30 miliar dari Rp149,67 miliar.
Dengan efisiensi tersebut, rugi bruto perusahaan sedikit mengecil menjadi Rp11,57 miliar, dibandingkan rugi bruto Rp11,80 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Setelah memperhitungkan beban pajak, rugi tahun berjalan tercatat Rp127,09 miliar, atau lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Dari sisi laba per saham dasar, kerugian menyusut menjadi Rp41,01 per saham, dari Rp53,72 per saham pada 9M24.
Aset Turun, Ekuitas Masih Negatif tapi Defisit Menyempit
Kondisi neraca Indofarma masih mencerminkan tekanan struktural. Total aset turun menjadi Rp581,55 miliar, dari Rp618,15 miliar di akhir 2024. Namun, kabar positifnya, defisit ekuitas mengecil dari Rp1,14 triliun menjadi Rp890,93 miliar pada akhir September 2025.
Perbaikan juga terlihat dari sisi kewajiban, di mana total liabilitas berhasil ditekan menjadi Rp1,47 triliun, turun dari Rp1,76 triliun pada akhir tahun lalu. Penurunan ini menunjukkan adanya upaya restrukturisasi keuangan yang mulai membuahkan hasil.
Arah Pemulihan Masih Panjang
Meskipun rugi bersih berkurang, INAF masih menghadapi tantangan besar dalam memulihkan kinerja bisnis inti dan mengembalikan ekuitas ke level positif. Sektor farmasi BUMN ini masih dalam proses restrukturisasi operasional dan finansial di bawah pengawasan PT Bio Farma (Persero) sebagai induk holding BUMN farmasi.
Analis menilai, fokus utama INAF ke depan adalah meningkatkan utilisasi pabrik, memperbaiki struktur biaya, dan memperluas kerja sama distribusi produk farmasi generik dan alat kesehatan. Jika strategi efisiensi terus berlanjut, peluang pemulihan bertahap masih terbuka pada 2026.

0 Komentar