Receh.in – Emiten migas terafiliasi konglomerat Happy Hapsoro, PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA), kembali melakukan aksi divestasi saham terhadap anak usahanya, PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU). Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 10 November 2025, RAJA kini menggenggam 1,87 miliar saham RATU atau setara 69,01% dari total saham beredar.
Posisi tersebut menurun dibanding 7 November 2025, ketika RAJA masih memegang 1,89 miliar saham (69,63%). Sebelumnya, pada 14 Agustus 2025, RAJA juga tercatat melepas 10 juta lembar saham RATU seharga Rp6.000 per saham dalam rangka divestasi. Meskipun melepas sebagian kepemilikan, RAJA tetap berstatus sebagai pemegang saham pengendali di RATU.
Sebagai informasi, RAJA bergerak di sektor hilir migas, sementara RATU fokus pada bisnis hulu migas dengan kepemilikan hak partisipasi di beberapa blok strategis nasional.
Saham RATU Tetap Menggila Sepanjang 2025
Menariknya, aksi jual RAJA tidak menghalangi kinerja positif saham RATU di bursa. Pada perdagangan 12 November 2025, saham RATU ditutup melemah tipis di Rp9.200 per lembar, turun dari harga pembukaan Rp9.450. Namun, secara year-to-date (YtD), saham RATU sudah melonjak 541,11%, dan dalam enam bulan terakhir naik 54,62%.
Lonjakan harga tersebut sudah terlihat sejak RATU melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Januari 2025. Dalam debutnya, saham RATU langsung naik hampir 25% ke level Rp1.435 per saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp140 miliar. Setelah itu, saham RATU terus menanjak hingga sempat disuspensi oleh BEI pada pertengahan Januari karena kenaikan ekstrem.
Setelah suspensi dibuka, harga saham RATU kembali melesat hingga Rp5.400, menyentuh batas auto rejection atas (ARA). Dengan harga IPO di Rp1.150 per saham, nilai saham RATU tercatat sudah melonjak lebih dari 369% hanya dalam tujuh hari perdagangan.
Kenaikan spektakuler ini membuat RATU menjadi salah satu emiten energi terpanas di 2025, seiring minat tinggi investor terhadap saham sektor migas yang tengah menikmati momentum harga minyak global.
Prospek Bisnis RATU Tetap Cerah
RATU dikenal sebagai perusahaan eksplorasi dan produksi (E&P) non-operator dengan risiko operasional yang rendah. Perusahaan ini memiliki hak partisipasi di dua blok besar: Blok Cepu (2,2%) dan Blok Jabung (8%), yang masing-masing dioperasikan oleh ExxonMobil dan Petrochina.
Meski berstatus non-operator, RATU menargetkan menjadi operator dalam lima tahun ke depan. Strateginya fokus pada merger dan akuisisi blok migas brown field, yakni lapangan tua yang masih produktif dengan arus kas positif. Menurut riset Indo Premier Sekuritas, kombinasi kas internal dan free cash flow (FCF) RATU—sekitar US$15–20 juta per tahun—cukup kuat untuk membiayai ekspansi skala menengah tanpa perlu tambahan utang besar.
Selain itu, pada 27 Oktober 2025, RATU mendirikan dua anak perusahaan baru, yaitu PT Raharja Energi Indonesia dan PT Raharja Energi Negeri, untuk memperluas bisnis di sektor eksplorasi, produksi, dan pengelolaan gas alam. Kedua entitas ini dimiliki 99% oleh RATU dan telah memperoleh pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM pada akhir Oktober 2025.
Dengan portofolio strategis di dua blok migas besar, rencana ekspansi agresif, dan tren harga minyak dunia yang stabil, prospek RATU tetap menjanjikan meski induk usaha RAJA melakukan divestasi bertahap.

0 Komentar