Receh.in – Harga saham PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mencatat lonjakan signifikan hingga 33,33% pada perdagangan Selasa (11/11/2025), menandai momentum bullish yang kuat bagi emiten tambang milik kongsi Grup Bakrie dan Grup Salim tersebut. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BUMI ditutup di level Rp200 per saham, naik 50 poin dari harga pembukaan Rp151 per lembar. Dengan posisi ini, saham BUMI telah melonjak 62,60% sepanjang 2025 (year-to-date/YtD) dan meningkat 70,94% dalam enam bulan terakhir.
Kenaikan tajam tersebut terjadi di tengah sentimen positif terkait selesainya akuisisi 100% saham Wolfram Limited (WFL) — perusahaan tambang emas dan tembaga asal Australia Barat — dengan nilai transaksi mencapai Rp698,98 miliar. Aksi korporasi ini menjadi langkah penting bagi BUMI dalam mendiversifikasi bisnisnya di luar sektor batu bara, sekaligus memperkuat citra perusahaan sebagai pemain energi dan mineral terintegrasi.
Selain kabar akuisisi, lonjakan saham BUMI juga dipicu oleh agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 19 November 2025, dengan agenda utama perubahan susunan direksi dan dewan komisaris. Antisipasi pasar terhadap kemungkinan pergantian struktur manajemen turut meningkatkan minat beli, terutama dari investor asing. Berdasarkan data BEI, BUMI menjadi saham paling banyak diborong investor asing dengan transaksi mencapai 2,62 miliar saham, mengungguli saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dan PT Buana Lintas Lautan Tbk. (BULL).
BUMI Masuk Indeks Bergengsi, Bukti Penguatan Likuiditas dan Fundamental
Kinerja impresif saham BUMI juga mendapat dorongan dari masuknya perusahaan ke dalam sejumlah indeks bergengsi BEI dan global. Sejak 3 November 2025, saham BUMI resmi masuk ke LQ45, IDX80, dan Indeks Bisnis-27, sementara anak usahanya PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) berhasil menembus MSCI Global Index. Keikutsertaan ini mempertegas posisi BUMI di jajaran emiten dengan fundamental kuat dan likuiditas tinggi, sekaligus meningkatkan eksposur terhadap investor institusi global.
Kontribusi likuiditas saham BUMI terhadap indeks juga cukup signifikan, yakni 0,73% pada LQ45, 0,71% pada IDX80, dan 1,14% pada Bisnis-27. Berdasarkan laporan keuangan terakhir, per 31 Oktober 2025, kapitalisasi pasar BUMI tercatat mencapai Rp52,7 triliun, dengan rata-rata volume transaksi harian 3,1 miliar saham dan rasio free float 29,19%, menempatkannya di antara emiten dengan likuiditas tertinggi di sektor batu bara.
Dari sisi valuasi, saham BUMI menunjukkan Price-to-Book Value (PBV) sebesar 1,17 kali, mencerminkan posisi harga yang sehat di pasar modal. Dengan fundamental yang stabil, keanggotaan di indeks utama BEI ini dipandang sebagai bentuk pengakuan terhadap keberhasilan perusahaan dalam menjalankan restrukturisasi keuangan dan tata kelola korporasi yang lebih baik.
Para analis yang dihimpun oleh Bloomberg memperkirakan target harga BUMI dalam 12 bulan ke depan berada di kisaran Rp195 per saham, dengan potensi pengembalian 30,9%. Dari dua analis yang memberikan rekomendasi, keduanya kompak menyarankan rekomendasi beli, menandakan keyakinan terhadap prospek jangka menengah perusahaan.
Akuisisi Wolfram Limited, Langkah Strategis Menuju Diversifikasi Non-Batubara
Aksi akuisisi Wolfram Limited (WFL) menandai babak baru bagi BUMI dalam strategi diversifikasi bisnis di sektor mineral strategis. Setelah menuntaskan pembelian sisa 0,32% saham senilai Rp2,21 miliar (AUS$200.335) pada 7 November 2025, BUMI kini resmi menjadi pemegang 100% saham WFL. Langkah ini melengkapi akuisisi tahap pertama sebesar 99,68% yang dilakukan pada awal Oktober dengan nilai transaksi Rp696,77 miliar (AUS$63,29 juta).
Melalui akuisisi ini, BUMI kini memperoleh akses langsung terhadap cadangan emas dan tembaga yang berlokasi di Australia Barat, salah satu kawasan mineral paling produktif di dunia. Tambang Wolfram diproyeksikan dapat memulai produksi dalam satu hingga dua tahun ke depan, dengan kontribusi signifikan terhadap pendapatan perusahaan di jangka menengah.
Pembiayaan akuisisi dilakukan melalui penerbitan surat utang senilai Rp350 miliar, yang menjadi bagian dari strategi ekspansi dan restrukturisasi keuangan BUMI setelah stabil pascarestrukturisasi utang besar beberapa tahun lalu. Aksi ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengelola pendanaan secara disiplin, sekaligus menyiapkan portofolio pendapatan baru di luar batu bara.
Dalam konteks global, langkah BUMI menuju mineral strategis seperti emas dan tembaga dinilai selaras dengan tren transisi energi dan industrialisasi hijau, yang meningkatkan permintaan terhadap logam bernilai tinggi. Transformasi ini menjadikan BUMI tidak lagi sekadar raksasa batu bara, melainkan perusahaan energi dan sumber daya alam yang siap bersaing dalam ekosistem ekonomi hijau masa depan.
Dengan kombinasi kinerja saham yang impresif, peningkatan likuiditas, dan langkah strategis menuju diversifikasi bisnis, BUMI kini berada di jalur transformasi besar. Momentum kenaikan saham yang mencapai lebih dari 60% sepanjang tahun mencerminkan optimisme investor terhadap arah baru perusahaan yang semakin menjanjikan di tengah perubahan lanskap industri energi global.

0 Komentar