Receh.in—Dua saham milik konglomerat Happy Hapsoro kembali mencuri perhatian. Bukan hanya karena kenaikannya yang luar biasa sepanjang 2025, tetapi karena masuknya salah satu investor institusi paling berpengaruh di dunia: BlackRock.
Perusahaan investasi multinasional tersebut mulai mengoleksi saham PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) dan PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) dalam beberapa bulan terakhir. Untuk pasar yang masih didominasi investor domestik seperti Indonesia, langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa dua emiten ini sedang berada dalam lintasan pertumbuhan yang tak bisa diabaikan.
1. Dua Saham Multibagger, Satu Benang Merah: Permintaan Energi yang Menguat
Lonjakan harga saham RAJA dan RATU sepanjang 2025 membuat keduanya masuk ke daftar saham multibagger paling mencolok tahun ini.
- RAJA naik 130,77% YtD hingga penutupan 3 Desember di Rp6.600.
- RATU lebih ekstrem: melonjak lebih dari 700% sejak IPO 8 Januari 2025.
Kenaikan gila-gilaan ini tak lepas dari prospek bisnis energi yang membaik dan transformasi agresif yang dilakukan kedua perusahaan. Keduanya berada di jantung rantai pasok migas—RAJA fokus pada transmisi dan distribusi energi, sementara RATU menjadi mesin baru di segmen lifting migas dan proyek eksplorasi.
Kenaikan harga yang ekstrem biasanya membuat investor institusi menahan diri. Namun kasus RAJA dan RATU berbeda. Justru saat harga melesat, BlackRock mulai masuk.
2. Pergerakan BlackRock: Koleksi Konsisten, Cost Basis Menarik
Mengacu data Terminal Bloomberg, BlackRock mengakumulasi RAJA dan RATU secara bertahap.
RAJA
- Mulai masuk: November 2025
- Kepemilikan awal: 1,57 juta lembar
- Kepemilikan per Desember 2025: 1,62 juta lembar
- Cost basis rata-rata: Rp4.856,42 per saham
RATU
- Mulai masuk: Agustus 2025
- Kepemilikan awal: 1,21 juta lembar
- Kepemilikan per Desember 2025: 1,43 juta lembar
- Cost basis rata-rata: Rp7.231,01 per saham
- Langsung menjadi pemegang saham terbesar kedua
Masuknya BlackRock pada dua saham yang sudah multibagger ini menandakan dua hal:
- mereka melihat fundamental yang lebih kuat daripada risk premium-nya, dan
- ada potensi lanjutan dari sisi valuasi, ekspansi, maupun konsolidasi sektor energi.
Dalam konteks investor global, langkah seperti ini jarang terjadi kecuali ada narasi pertumbuhan jangka panjang yang solid.
3. Kinerja Fundamental: RAJA Stabil, RATU Agresif Menguat
RAJA: Pendapatan Naik, Laba Sempat Terkoreksi
RAJA mencatat pendapatan US$196 juta pada kuartal III/2025, naik dari US$189,7 juta setahun sebelumnya. Sumber pendapatan terbesar datang dari:
- Penjualan gas: US$106,40 juta
- Lifting migas: US$37,61 juta
- Jasa penyaluran minyak: US$25,75 juta
- Operasi & pemeliharaan: US$4,90 juta
Namun laba bersih turun menjadi US$17,75 juta, terpengaruh aksi korporasi berupa divestasi sebagian kepemilikan di RATU saat IPO. Strategi divestasi ini sejatinya bagian dari penataan ulang portofolio RAJA untuk memperkuat modal dan fokus inti demi pertumbuhan jangka panjang.
RATU: Laba Naik 28,4% di Tengah Pendapatan Turun
RATU justru menunjukkan performa yang lebih agresif:
- Laba bersih 9 bulan 2025: US$11,8 juta (naik 28,4% YoY)
- Pendapatan: US$37,6 juta (turun 13% YoY)
- Beban pokok penjualan: turun 32% YoY
- EBITDA: naik 4,8% YoY menjadi US$23,7 juta
- Ekuitas: naik menjadi US$45,8 juta setelah IPO
- Liabilitas: turun signifikan menjadi US$20,4 juta
Kombinasi pendapatan turun tapi laba naik menandakan satu hal: efisiensi yang luar biasa. Penurunan aktivitas eksplorasi pasca komitmen 2024 membuat COGS merosot, sementara harga minyak yang lebih rendah tidak terlalu menggerus profitabilitas.
RATU menutup 2025 dengan kinerja yang mencerminkan operasional yang sudah matang dan struktur modal yang bersih.
4. Prospek 2026: Ekspansi RATU dan Sinergi Barito–Hapsoro Jadi Magnet Investor Global
Prospek dua emiten ini semakin mencorong setelah berbagai rencana ekspansi terungkap.
RATU Siapkan 7 Aksi Akuisisi
Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi speculative buy dengan target harga Rp20.000. Alasannya:
- RATU menyiapkan 7 rencana akuisisi dalam tiga tahun
- Nilai transaksi potensial mencapai US$10–150 juta
- Dua akuisisi ditargetkan tuntas pada semester I/2026
Jika terwujud, RATU akan berubah dari perusahaan migas menengah menjadi pemain yang memiliki portofolio blok lebih luas, diversifikasi lifting, dan potensi pendapatan yang lebih stabil.
Sinergi Barito – Happy Hapsoro
Keterlibatan Grup Barito memperkuat prospek RATU:
- Manajemen baru yang berpengalaman dari jaringan Barito masuk
- Ada hubungan silang kepemilikan antara PRTO (Prajogo Pangestu) dan RAJA–RATU (Happy Hapsoro)
- Peluang sinergi operasional dan logistik terbuka lebar
Bagi BlackRock, struktur kepemilikan seperti ini sangat menarik: stabil, bertenaga, dan berpotensi memunculkan konglomerasi energi baru.
Kesimpulan: Manuver BlackRock Bisa Jadi Awal Babak Baru
Masuknya BlackRock ke RAJA dan RATU bukan kejadian sehari-hari. Di pasar berkembang, investor global biasanya menunggu bukti konsistensi—dan RAJA serta RATU kini punya itu.
Tiga alasan yang membuat langkah ini penting bagi investor pasar modal Indonesia:
- Validasi pihak ketiga: Investor global bertaraf BlackRock hanya masuk ketika valuasi dan prospek sejalan.
- Momentum pertumbuhan: RAJA stabil di midstream energi, RATU agresif di hulu migas. Kombinasinya menarik.
- Katalis jangka panjang: potensi akuisisi, sinergi Barito–Hapsoro, dan fundamental yang menguat.
Jika 2025 adalah tahun ketika harga saham naik gila-gilaan, maka 2026 bisa jadi tahun ketika keduanya mulai menunjukkan bentuk konglomerasi energi yang lebih besar—dan BlackRock sudah mengambil posisi lebih awal.
0 Komentar